Share

10. CEO MESUM

Ini adalah hari kedua Katrina bekerja efektif di kantor sekaligus hari ke dua Katrina mencari cinta pertamanya, Reyhan.

Sepulang bekerja nanti, Katrina berniat mendatangi rumah lamanya di perumahan Medina, Jakarta Selatan. Sekaligus bersilaturahmi ke rumah Anggia. Sahabatnya sejak kecil yang notabene menjadi tetangganya selama enam belas tahun Katrina tinggal di Jakarta. Katrina sangat merindukan Anggia.

Anggia adalah sosok sahabat terhebat sepanjang sejarah kehidupan Katrina. Anggia itu sosok gadis yang sangat periang. Dia bawel, jahil, centil, kadang kalau moodnya sedang tidak baik, dia suka sewot-sewot sendiri, tidak jelas. Tapi satu hal yang paling membuat Katrina merasa nyaman bersahabat dengan Anggia, dia itu tulus. Anggia itu sosoknya agak kekanak-kanakkan dan manja, karena dulu, Anggia hanya tinggal bersama ke dua orang tuanya di Jakarta. Jadi, semua kebutuhan Anggia selalu dituruti oleh ke dua orang tuanya tanpa terkecuali. Tante Hanum dan Om Haris sangat menyayangi Anggia. Di mata Katrina, Anggia itu adalah sosok yang sangat beruntung, karena memiliki keluarga yang lengkap. Anggia pernah bercerita tentang Kakak laki-lakinya yang tinggal di Bandung, ikut bersama Omah dan Opahnya. Tapi selama Katrina tinggal di Jakarta dan menjadi sahabat Anggia, tak pernah sekalipun Katrina bertemu atau dikenalkan oleh Kakak laki-lakinya itu, karena memang sang Kakak sendiri yang tidak pernah mau di ajak ke Jakarta oleh orang tuanya. Dari cerita Anggia, sepertinya hubungan sang Kakak dengan orang tua Anggia itu kurang baik, maka sebab itulah Anggia selalu terlihat seperti seorang anak tunggal. Sementara mengenai nama asli Kakak Anggia itu, Katrina sendiri lupa. Anggia jarang menyebutkan namanya, dia lebih sering memanggilnya dengan sebutan "Aa".

"Eh, lo tau nggak Sya? Ada siapa di dalem ruangan kantornya Pak Hardin sekarang?" celetuk sebuah suara yang tiba-tiba terdengar dari dalam toilet karyawan wanita.

Katrina menoleh sekilas kepada beberapa karyawati yang sedang bermake up dan bergosip ria di toilet ketika dia hendak menggunakan toilet.

"Kayaknya sih cewek baru lagi," sahut suara lain.

Dari dalam toilet Katrina jelas mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Tapi dia tak ingin terlalu ikut campur. Karena menurutnya itu tidak penting.

"Aduh ampun ya! Pagi-pagi dateng ke Kantor bawa cewek, terus mereka berduaan, lama gitu di dalem ruangan yang tertutup! Ih! Nggak punya etika banget sih Bos lo, Sya!"

"Eh, Bos gue itu Pak Hardin, kan Bos lo juga Anita, helloow!"

"Ah si Nita, bisa-bisanya bilang begitu. Giliran dia yang di ajak berduaan di dalem ruangannya Pak Hardin aja, girangnya setengah mampus! Tujuh hari tujuh malem, pasti yang di bahas itu lagi-itu lagi. Pak Hardin kok ganteng banget sih ya? Bibirnya itu loh, seksi banget, nggak nahan gue! Huh! Dasar! Pake ngomongin soal etika lagi," kali ini wanita paling ujung yang sedari tadi diam mulai ikutan nimbrung bergosip. Dia bahkan memperagakan gaya bicara sahabatnya yang bernama Nita, yang memang terlihat agak berlebihan kalau bicara. Seperti dibuat-buat. Mungkin agar terlihat lebih lemah gemulai dan seksi. Entahlah!

"Bilang aja lo jeleous. Dasar Anita, muna!" timpal Kisya.

Katrina keluar dari toilet dan baru saja selesai memasang kain penutup wajahnya yang sengaja dia lepas.

Katrina tidak mengenal siapa wanita-wanita itu, hanya salah satu dari mereka yang bernama Kisya yang dia tahu adalah sekretaris Hardin.

Katrina sadar tengah menjadi pusat perhatian wanita-wanita penggosip itu yang kini mulai berbicara setengah berbisik di belakangnya dan Katrina sama sekali tidak perduli.

Katrina mulai berjalan menuju ruangannya yang terletak berhadapan dengan ruangan Bosnya. Katrina jadi melirik sekilas ke arah pintu ruangan yang kondisinya tertutup rapat itu. Pikirannya mendadak melantur, saat dia mengingat isi percakapan karyawati-karyawati di dalam toilet tadi. Hingga setelahnya dia terus beristigfar dalam hati.

Hari ini sepertinya Katrina datang kepagian. Suasana kantor masih sangat sepi. Katrina melihat ada tiga buah berkas di meja kerjanya yang harus dia selesaikan hari ini.

Sebuah telepon berdering. Telepon yang terletak di meja kerja Kisya yang ada di sebelahnya.

Berhubung hanya ada dia seorang di ruangan itu, Katrina pun mengangkat telepon itu.

"Halo Kisya? Tolong bilangin Pak Hardin suruh angkat telepon di ruangannya. Itu telepon penting, dari Pak Syamsul di Bandung. Cus ya, Pak Syamsulnya udah marah-marah nih!" suara di seberang terdengar panik.

"Tapi Mba, aku bu-" kan Kisya.

Kalimat Katrina terpotong begitu telepon di seberang sana langsung diputus. Padahal dia baru hendak menjelaskan.

Katrina bingung setengah mati, dia jadi maju mundur di depan ruangan Hardin. Dia ingin masuk untuk menyampaikan amanah dari resepsionis tadi kepada Hardin. Hanya saja, dia ragu. Dia takut apa yang saat ini hinggap di kepalanya itu benar.

Katrina tahu Hardin sedang tidak seorang diri di dalam sana melainkan sedang bersama seorang wanita yang entah itu siapa. Yang jelas Katrina merasa risih dengan hal-hal yang mungkin saja terjadi di dalam sana. Ketika seorang laki-laki dan seorang wanita berada berduaan di sebuah ruangan tertutup maka pihak ke tiganya adalah syaiton.

Tapi sepertinya, amanah yang disampaikan si resepsionis itu pun penting.

Katrina masih berdiri di depan pintu ruangan Hardin tanpa menyadari pintu itu dibuka dari dalam.

Hardin kaget. Dan Katrina lebih kaget lagi. Karena posisi Katrina berdiri benar-benar persis di depan pintu ruangan itu. Katrina pun reflek memundurkan langkahnya menjauh dari atasannya yang hampir saja menubruknya dari balik pintu itu, di mana saat laki-laki itu keluar, posisi Hardin sedang bercengkrama dengan wanitanya, membuat laki-laki itu tidak fokus berjalan.

Hardin reflek melepaskan tangannya yang melingkar di pinggul wanita yang keluar bersamanya dari dalam ruangan itu. Seorang wanita cantik dengan tubuh tinggi, ramping, dan pakaian yang bisa dikatakan sangat minim.

Hardin terlihat kikuk. Dia membenarkan posisi jas kantornya yang terlihat agak berantakan.

"Ngapain kamu berdiri di situ? Kamu mau mengintip saya?" tanya Hardin galak.

Katrina menundukkan kepalanya bermaksud ingin meminta maaf, tapi bukan kata maaf yang keluar dari mulutnya melainkan sebuah suara jeritan tertahan.

"Astagfirullahal'adzim!"

Katrina sontak beristighfar dan reflek memalingkan pandangannya ke arah lain, saat tanpa sengaja, arah pandangannya tertuju pada retsleting celana Hardin yang masih terbuka. Sepertinya Katrina mendadak ingin pingsan saat itu juga.

Sementara Hardin yang menyadarinya langsung buru-buru membenarkan retsleting celananya. Dia jadi salah tingkah. Apalagi saat tiba-tiba wanita di sampingnya itu berkata seraya tertawa kecil.

"Masih kurang sayang? Mau tambah lagi?" suara itu terdengar manja. Wanita itu mengalungkan lengannya di leher Hardin yang menyambutnya dengan senyuman penuh arti.

Katrina benar-benar ingin muntah menyaksikan hal itu!

Sungguh menjijikan! Bagaimana bisa perusahaan ini maju dengan sangat pesat sementara kelakuan pemimpinnya sangat tidak bermoral? Katrina tidak bisa berhenti memaki dalam hati.

"Ada perlu apa kamu berdiri depan pintu ruangan saya?" tanya Hardin sok cool, padahal dalam hati dia benar-benar malu.

"Tadi ada telepon dari bagian resepsionis, katanya Pak Syamsul telepon dari Bandung, penting. Permisi!" Katrina menyadari wajahnya mulai memanas. Seperti terbakar. Hingga setelahnya dia lebih memilih untuk segera pergi dari hadapan dua orang manusia menjijikan itu.

Hardin tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia berjalan melewati Katrina bersama salah satu wanita koleksinya itu ketika Katrina sudah duduk di meja kerjanya. Hardin mencoba berjalan sesantai mungkin, dia sempat melirik ke arah Katrina, hanya sekilas tapi sialnya di saat yang bersamaan tatapan tajam mata bercelak hitam itu pun juga sedang menatapnya balik. Hardin buru-buru memalingkan wajahnya ke arah lain.

Dia terus memaki dalam hati. Memaki dirinya sendiri. Dirinya yang terlihat begitu bodoh pagi ini. Dan kenapa harus wanita itu yang memergokinya?

Shit! Pekik batinnya kesal.

Herofah

Semoga suka..

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status