Share

Bab 7

🌹🌹🌹

Setalah pulang dari rumah Marvel, Riana memutuskan untuk jalan kaki saja menuju rumahnya. Ia tahu itu teramat jauh tapi rasa kecewa terhadap kekasihnya membuat ia mampu melakukannya. 

Selangkah demi selangkah ia menyusuri jalanan beraspal yang masih begitu ramai. 

"Sebenarnya Marvel kemana, mengapa dia tidak cepat pulang." gerutu Riana dengan bibir manyun. 

"Apa mungkin Marvel, masih bersama Utari!" pikir gadis itu menerka-nerka. 

"Ah, bodoh amat dengan mereka berdua!" geramnya menendang satu botol bekas minuman ke sembarang tempat. Tanpa sengaja mengenai punggung seseorang. 

"Astagfirullah ...." pekiknya lalu berlari mendekati orang yang terkena tendangan botol bekas itu. 

"Maaf, Mas! Saya tidak sengaja!" ucapnya panik saat melihat baju pria di depannya ini basah terkena tumpahan sisa-sisa minuman di botol yang ditendangnya. 

"Maaf, maaf! Lihat nih, basah!" sungut pria itu sambil menunjukkan bajunya yang basah.

"Iya, Mas! Saya tidak sengaja!" gugup Riana melihat tatapan pria itu ia bergidik takut. 

"Berhubung kamu sudah melakukan kesalahan, aku akan menghukummu. Tapi jika kamu bisa melakukan satu hal untukku, aku akan memaafkan kesalahanmu itu!" pria itu menatap wajah Riana. Ia baru menyadari jika gadis di depannya ini begitu anggun dan manis.

"Apa itu? Aku akan melakukan jika aku bisa!"  tukas Riana merasa senang ada harapan untuk dimaafkan oleh pria itu. 

"Berkencanlah denganku!" tandas pria itu dengan kerlingan nakal.

"Apaaa ...." mata Riana seakan lompat mendengar permintaan pria tak dikenalnya itu. Namun ia segera menutupi keterkejutannya itu.

"Maaf kalau untuk itu aku tidak bisa!" 

"Mengapa? Aku lihat kamu wanita kesepian!" ungkap pria itu dengan senyum genitnya. 

Satu tamparan keras mendarat di pipi pria itu. Dengan wajah garang ia mengelus bekas tamparan Riana yang terlihat membekas. 

"Kurang ajar! Kamu semakin berani padaku!" bentak pria itu dengan kemarahan yang di tahan.

"Tamparan itu adalah untuk mulut yang tidak pernah mengenal sopan santun dalam berbicara!" ujar Riana tanpa rasa takut lagi menyelimuti hatinya. 

Pria di hadapan Riana tertawa melihat tingkah gadis itu yang semakin berani.

"Jangan macam-macam di tempat, Nona! Kamu akan semakin dalam bahaya bila teman-teman komplotanku datang kemari!"

Riana terkejut mendengar ucapan pria itu, jadi saat ini ia sudah masuk ke kandang macan.

"Ya Tuhan, Selamatkan aku dari kesialan ini!" bisik Riana merasa takut juga. 

Riana mengedarkan pandangan melihat ke sekelilingnya yang terlihat mulai sepi. Riana bergidik ngeri.

"Kamu mau atau tidak!" tanya pria itu mengulangi permintaannya tadi. Ia berjalan mendekat ke arah Riana. Gadis itu segera melangkah mundur. 

"Kamu tak akan bisa lari dari tempat ini! Lebih baik bertemu denganku, dari pada ketemu dengan teman-temanku. Kamu akan menyesal nanti!" jelas pria yang belum menyebutkan namanya sejak tadi. 

Riana hanya terdiam. Memandang kanan kiri ia semakin takut melihat segerombolan anak muda yang berjalan mendekat. 

"Mati aku!" Riana mengigit bibirnya, ketakutannya semakin menjadi. 

"Maaf ya, Mas!" teriak Riana sambil berlari menjauh. Namun dengan cepat pria itu mengejar dan meraih tangan Riana.

"Jangan berlaku bodoh! Kamu tenanglah bersamaku, daripada jadi mangsa para preman itu!" bisik pria itu di telinga Riana saat melihat teman-temannya sudah berada di depannya.

Riana akhirnya diam saja saat pria yang tak dikenalnya itu merangkul pundaknya dengan santai.

"Waah, kekasih barumu lagi, Nih! Masih bening pula!" seru salah satu pria yang berbadan besar  dan brewokan itu. 

"Dimana kamu dapat yang bening gini, Erik! Ajak-ajak kita dong!" timpal salah satunya lagi. Dan diiringi tawa gelak dari para preman itu.

"Nantilah, lain waktu aku akan mengajak kalian!" ucap pria yang di panggil Erik itu. Lalu mengajak Riana meninggalkan tempat itu. 

Setelah berjalan agak jauh dari mereka, Erik melepaskan tangannya dari pundak Riana.

Riana terkejut mendengar ucapan pria itu, jadi saat ini ia sudah masuk ke kandang macan.

"Ya Tuhan, Selamatkan aku dari kesialan ini!" bisik Riana merasa takut juga. 

Riana mengedarkan pandangan melihat ke sekelilingnya yang terlihat mulai sepi. Riana bergidik ngeri.

"Kamu mau atau tidak!" tanya pria itu mengulangi permintaannya tadi. Ia berjalan mendekat ke arah Riana. Gadis itu segera melangkah mundur. 

"Kamu tak akan bisa lari dari tempat ini! Lebih baik bertemu denganku, dari pada ketemu dengan teman-temanku. Kamu akan menyesal nanti!" jelas pria yang belum menyebutkan namanya sejak tadi. 

Riana hanya terdiam. Memandang kanan kiri ia semakin takut melihat segerombolan anak muda yang berjalan mendekat. 

"Mati aku!" Riana mengigit bibirnya, ketakutannya semakin menjadi. 

"Maaf ya, Mas!" teriak Riana sambil berlari menjauh. Namun dengan cepat pria itu mengejar dan meraih tangan Riana.

"Jangan berlaku bodoh! Kamu tenanglah bersamaku, daripada jadi mangsa para preman itu!" bisik pria itu di telinga Riana saat melihat teman-temannya sudah berada di depannya.

Riana akhirnya diam saja saat pria yang tak dikenalnya itu merangkul pundaknya dengan santai.

"Waah, kekasih barumu lagi, Nih! Masih bening pula!" seru salah satu pria yang berbadan besar  dan brewokan itu. 

"Dimana kamu dapat yang bening gini, Erik! Ajak-ajak kita dong!" timpal salah satunya lagi. Dan diiringi tawa gelak dari para preman itu.

"Nantilah, lain waktu aku akan mengajak kalian!" ucap pria yang di panggil Erik itu. Lalu mengajak Riana meninggalkan tempat itu. 

Setelah berjalan agak jauh dari mereka, Erik melepaskan tangannya dari pundak Riana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status