🌹🌹🌹
Setalah pulang dari rumah Marvel, Riana memutuskan untuk jalan kaki saja menuju rumahnya. Ia tahu itu teramat jauh tapi rasa kecewa terhadap kekasihnya membuat ia mampu melakukannya.
Selangkah demi selangkah ia menyusuri jalanan beraspal yang masih begitu ramai.
"Sebenarnya Marvel kemana, mengapa dia tidak cepat pulang." gerutu Riana dengan bibir manyun.
"Apa mungkin Marvel, masih bersama Utari!" pikir gadis itu menerka-nerka.
"Ah, bodoh amat dengan mereka berdua!" geramnya menendang satu botol bekas minuman ke sembarang tempat. Tanpa sengaja mengenai punggung seseorang.
"Astagfirullah ...." pekiknya lalu berlari mendekati orang yang terkena tendangan botol bekas itu.
"Maaf, Mas! Saya tidak sengaja!" ucapnya panik saat melihat baju pria di depannya ini basah terkena tumpahan sisa-sisa minuman di botol yang ditendangnya.
"Maaf, maaf! Lihat nih, basah!" sungut pria itu sambil menunjukkan bajunya yang basah.
"Iya, Mas! Saya tidak sengaja!" gugup Riana melihat tatapan pria itu ia bergidik takut.
"Berhubung kamu sudah melakukan kesalahan, aku akan menghukummu. Tapi jika kamu bisa melakukan satu hal untukku, aku akan memaafkan kesalahanmu itu!" pria itu menatap wajah Riana. Ia baru menyadari jika gadis di depannya ini begitu anggun dan manis.
"Apa itu? Aku akan melakukan jika aku bisa!" tukas Riana merasa senang ada harapan untuk dimaafkan oleh pria itu.
"Berkencanlah denganku!" tandas pria itu dengan kerlingan nakal.
"Apaaa ...." mata Riana seakan lompat mendengar permintaan pria tak dikenalnya itu. Namun ia segera menutupi keterkejutannya itu.
"Maaf kalau untuk itu aku tidak bisa!"
"Mengapa? Aku lihat kamu wanita kesepian!" ungkap pria itu dengan senyum genitnya.
Satu tamparan keras mendarat di pipi pria itu. Dengan wajah garang ia mengelus bekas tamparan Riana yang terlihat membekas.
"Kurang ajar! Kamu semakin berani padaku!" bentak pria itu dengan kemarahan yang di tahan.
"Tamparan itu adalah untuk mulut yang tidak pernah mengenal sopan santun dalam berbicara!" ujar Riana tanpa rasa takut lagi menyelimuti hatinya.
Pria di hadapan Riana tertawa melihat tingkah gadis itu yang semakin berani.
"Jangan macam-macam di tempat, Nona! Kamu akan semakin dalam bahaya bila teman-teman komplotanku datang kemari!"
Riana terkejut mendengar ucapan pria itu, jadi saat ini ia sudah masuk ke kandang macan.
"Ya Tuhan, Selamatkan aku dari kesialan ini!" bisik Riana merasa takut juga.
Riana mengedarkan pandangan melihat ke sekelilingnya yang terlihat mulai sepi. Riana bergidik ngeri.
"Kamu mau atau tidak!" tanya pria itu mengulangi permintaannya tadi. Ia berjalan mendekat ke arah Riana. Gadis itu segera melangkah mundur.
"Kamu tak akan bisa lari dari tempat ini! Lebih baik bertemu denganku, dari pada ketemu dengan teman-temanku. Kamu akan menyesal nanti!" jelas pria yang belum menyebutkan namanya sejak tadi.
Riana hanya terdiam. Memandang kanan kiri ia semakin takut melihat segerombolan anak muda yang berjalan mendekat.
"Mati aku!" Riana mengigit bibirnya, ketakutannya semakin menjadi.
"Maaf ya, Mas!" teriak Riana sambil berlari menjauh. Namun dengan cepat pria itu mengejar dan meraih tangan Riana.
"Jangan berlaku bodoh! Kamu tenanglah bersamaku, daripada jadi mangsa para preman itu!" bisik pria itu di telinga Riana saat melihat teman-temannya sudah berada di depannya.
Riana akhirnya diam saja saat pria yang tak dikenalnya itu merangkul pundaknya dengan santai.
"Waah, kekasih barumu lagi, Nih! Masih bening pula!" seru salah satu pria yang berbadan besar dan brewokan itu.
"Dimana kamu dapat yang bening gini, Erik! Ajak-ajak kita dong!" timpal salah satunya lagi. Dan diiringi tawa gelak dari para preman itu.
"Nantilah, lain waktu aku akan mengajak kalian!" ucap pria yang di panggil Erik itu. Lalu mengajak Riana meninggalkan tempat itu.
Setelah berjalan agak jauh dari mereka, Erik melepaskan tangannya dari pundak Riana.
Riana terkejut mendengar ucapan pria itu, jadi saat ini ia sudah masuk ke kandang macan.
"Ya Tuhan, Selamatkan aku dari kesialan ini!" bisik Riana merasa takut juga.
Riana mengedarkan pandangan melihat ke sekelilingnya yang terlihat mulai sepi. Riana bergidik ngeri.
"Kamu mau atau tidak!" tanya pria itu mengulangi permintaannya tadi. Ia berjalan mendekat ke arah Riana. Gadis itu segera melangkah mundur.
"Kamu tak akan bisa lari dari tempat ini! Lebih baik bertemu denganku, dari pada ketemu dengan teman-temanku. Kamu akan menyesal nanti!" jelas pria yang belum menyebutkan namanya sejak tadi.
Riana hanya terdiam. Memandang kanan kiri ia semakin takut melihat segerombolan anak muda yang berjalan mendekat.
"Mati aku!" Riana mengigit bibirnya, ketakutannya semakin menjadi.
"Maaf ya, Mas!" teriak Riana sambil berlari menjauh. Namun dengan cepat pria itu mengejar dan meraih tangan Riana.
"Jangan berlaku bodoh! Kamu tenanglah bersamaku, daripada jadi mangsa para preman itu!" bisik pria itu di telinga Riana saat melihat teman-temannya sudah berada di depannya.
Riana akhirnya diam saja saat pria yang tak dikenalnya itu merangkul pundaknya dengan santai.
"Waah, kekasih barumu lagi, Nih! Masih bening pula!" seru salah satu pria yang berbadan besar dan brewokan itu.
"Dimana kamu dapat yang bening gini, Erik! Ajak-ajak kita dong!" timpal salah satunya lagi. Dan diiringi tawa gelak dari para preman itu.
"Nantilah, lain waktu aku akan mengajak kalian!" ucap pria yang di panggil Erik itu. Lalu mengajak Riana meninggalkan tempat itu.
Setelah berjalan agak jauh dari mereka, Erik melepaskan tangannya dari pundak Riana.
🌹🌹🌹Erik membawa gadis yang baru dikenalnya itu berjalan menjauh dari para preman itu. Iapun segera melepaskan rangkulannya."Maaf! Aku harus berbuat begitu, agar mereka tak curiga!" ucap Erik sambil memandang gadis di sampingnya.Riana terdiam dan akhirnya tersenyum simpul ia tak percaya jika pria di hadapannya ini telah menolong dari para preman itu."Terima kasih, maaf sudah menaruh curiga padamu!" kekeh Riana."Aku tahu! Tampang sepertiku ini sudah pasti mencurigakan!" Erik tertawa lepas. Riana ikut tertawa mendengar ucapan Erik."Dimana rumahmu! Mengapa gadis secantik kamu keluyuran di jalan malam-malam begini!" tanyanya lagi seraya menatap wajah bening Riana. Gadis itu begitu anggun dan nampak begitu cantik di mata Erik. Hingga untuk berlaku kurang sopanpun ia enggan."Aku dari rumah calon mertuaku! Aku lagi kesal dan aku memutuskan jalan kaki untuk pulang!" ungkap Riana dengan wajah di te
🌹🌹🌹"Riana, tunggu!" panggil seseorang di belakang gadis itu.Riana menoleh dan melihat Utari mendatanginya. Wajah kalem Riana terlihat tidak suka dengan kehadiran gadis ini."Dimana, Marvel! Kenapa aku hubungi tidak aktif!" tanya Utari tanpa basa-basi."Kamu pikir aku menyembunyikannya! Bukankah dia semalam bersamamu!" sahut Riana dengan suara lembutnya.Utari semakin masam mendengar sindiran Riana. Ia yakin tak mungkin Marvel menceritakan kebersamaannya semalam."Carikan pria itu untukku, ada yang ingin aku bicarakan! Aku yakin kamu pasti tahu dimana keberadaannya." Utari memberi perintah pada Riana.Riana tertawa mendengar permintaan itu. Apa gadis di hadapannya ini sudah gila seenaknya saja memberi perintah."Kamu pikir aku kacungmu!" sergah Riana dengan senyum tersungging."Plak ... Plak!"Tamparan kelas mendarat di pipi manis Riana. Gadis itu menatap tajam pada Utari apa maks
🌹🌹🌹Utari yang melihat Marvel menarik tangan Riana, segera mengikutinya. Perasaan cemburu menguasai hati, ia harus berusaha merebut cinta dan perhatian dari Marvel.Utari juga melihat bagaimana Riana begitu kasar pada Marvel membuat harapan baru di hatinya, untuk semakin besar memiliki pria itu.Tak lama ia melihat Marvel pergi dan iapun segera menyusul kemana langkah pria itu."Marvel ... Tunggu!" panggilnya dengan berlari.Marvel menggumam tak jelas melihat kehadiran Utari."Aku merindukanmu!" ucap Utari dengan cepat memeluk pria di hadapannya itu.Marvel melepaskan diri dari pelukan Utari, pria itu merasa risih dengan kelakuan gadis itu."Jaga sikapmu, ini tempat umum! Jangan sampai orang mengira, kamu adalah wanita murahan!" cetus Marvel dengan tangan bersidekap di dada."Marvel ...." sembur Utari merasa tak terima dengan ucapan kekasihnya itu."Aku kekasihmu, wajar saja aku memelukm
🌹🌹🌹Marvel dan Riana semakin salah tingkah dengan semua pertanyaan dari nenek."Aku ingin bulan depan kalian bertunangan!" cetus Nenek dan itu membuat kedua insan itu terkejut dan tak mampu menjawab apa-apa."Aku tak ingin ada penolakan lagi!" tambah Nenek lagi lalu meminta Riana mengikutinya ke dapur."Aku tak ingin Marvel semakin semena-mena padamu, Na!" lirih Nenek sambil mengusap lembut tangan Raina."Aku baik-baik saja, Nek! Bahkan Marvel begitu sayang padaku!" sahut Riana dengan penuh kelembutan.Nenek tertawa manis, ia tahu Riana berbohong padanya. Marvel tak mungkin secepat itu berubah. Dan semalam Diah sudah menghubunginya dan mengatakan semua Ia sangat yakin bila sudah bertunangan Marvel tak akan berani macam-macam lagi."Pasti nenek menghasut lagi Riana!" Marvel mengacak rambut, saat Nenek dan kekasihnya tak muncul-muncul juga.Tanpa sadar akhirnya Marvel terlelap juga di sofa empuk i
🌹🌹🌹Teramat pagi Riana telah tiba di kampus, setelah semalam harus menginap di rumah Neneknya Marvel."Siapa menghubungiku sepagi ini!" kening Riana bertautan melihat nomor baru menghubunginya.Gadis itu enggan untuk menjawab panggilan itu. Ia membiarkan meski berkali-kali dering panggilan itu masuk."Woy, kupingmu budek ya, Na!" tegur Jeni saat melihat Riana hanya diam mengabaikan panggilan masuk itu."Ribut, Ah!" jawab Riana malas.Jeni segera merampas gawai Riana dan mengecek nomor yang telah memanggilnya berkali-kali. Namun ia juga tak mengenalinya."Kira-kira siapa yang menghubungiku sepagi ini, Jen!" tanya Riana pada sahabatnya itu."Mungkin calon pacar barumu, Na!"Mata Riana segera membulat dan memberi kepalan tangan pada sahabatnya itu."Gimana hubunganmu dengan lelaki brengsek itu, Na! Semoga tidak berlanjut, aku selalu berdoa untuk itu!""Doamu jelek amat sih! Harusnya
🌹🌹🌹Jeni tak sanggup lagi melihat sahabatnya terus-menerus disakiti. Ia harus melakukan sesuatu untuk membuka mata Riana agar gadis itu bisa melihat keburukan kekasihnya itu."Sebenarnya kamu mencintai Marvel itu karena apa sih, Na! Mengapa cintamu begitu bodoh?" celetuk Jeni dengan penuh kekesalan."Aku mencintainya karena Allah, Jen! Aku percaya dia akan sadar dengan perlakuannya itu!""Kapan? Sampai kamu mati!" ketus Jeni.Riana hanya mampu diam, ia menyadari semuanya tapi entahlah rasa cinta pada Marvel dapat mengalahkan segalanya."Kamu itu wanita bodoh yang aku kenal selama ini, disakiti, diduakan tetap diam saja! Kemana sebenarnya hatimu, Na!""Aku saja tak sanggup melihatnya!" imbuh Jeni lagi seraya ikut duduk di samping Riana."Marvel seperti itu hanya ingin mencari yang terbaik, Jen! Wajarlah laki-laki mempunyai banyak cinta!" ucap Riana dengan ketenangan hati yang besar."Wajar kamu bilang
1🌹🌹🌹Marvel semakin gelisah dengan semua pertanyaan ayah Utari bahkan laki-laki paruh baya itu meminta untuk segera meresmikan hubungannya dengan Utari. "Bagaimana, Nak Marvel! Kapan kamu akan membawa orang tuamu kemari?""Itu pak ... Itu, ayah saya masih ada urusan di luar negeri bila sudah selesai saya akan bawa mereka kemari!" Jawab Marvel asal saja."Kemana sih, Utari! Kenapa dia lama sekali di dalam!" gerutu Marvel dalam hati."Wah asyik ya ngobrolnya, yuuk kita makan. Semua menu hidangan sudah tersedia!" celetuk Utari dengan senyum manis dan segera mengajak Marvel untuk mengikuti langkah ayahnya."Aku mau pulang, Tar! Ada yang harus aku lakukan. Nanti lain kali aku ke sini lagi deh!" Marvel menarik tangan Utari untuk mendengarkannya lebih dulu."Ayah akan tersinggung kalau kamu menolaknya, Vel! Tolong hargai perasaan ayah dan ibuku!" Utari merasa tidak suka mendengar penolakan Marvel unt
🌹🌹🌹Marvel terdiam mendengar ucapan Riana. Andai saja gadis di hadapannya ini tahu kalau dirinya telah menodai cinta suci, mungkin Riana tak akan bertahan hingga saat ini."Kenapa diam, Vel? Apakah kau sudah melakukan sesuatu pada Utari!" tanya Riana dengan tatapan menyelidik saat melihat Marvel terbuai dengan lamunannya."Apa ...." sentak Marvel sedikit terkejut."Wajahmu memerah, apakah kamu sudah melakukannya pada Utari!" Riana menyipitkan mata melihat kegugupan Marvel. Ia semakin yakin dengan ucapan Kayla."Aduh, Na! Kamu ngomong apa sih? Mana mungkin aku sekurang ajar itu pada perempuan!" kilah Marvel dengan gaya angkuhnya.Riana hanya mengangkat kedua bahunya. Lalu segera masuk ke dalam mobil Marvel."Aku akan mencari tahu sendiri, apakah kamu memang masih menjaga kesucian cintamu!" batin Riana dan larut dalam diamnya."Percayalah, Na! Aku masih menjaga cinta kita, aku tak akan macam-macam pada