🌹🌹🌹
Erik membawa gadis yang baru dikenalnya itu berjalan menjauh dari para preman itu. Iapun segera melepaskan rangkulannya.
"Maaf! Aku harus berbuat begitu, agar mereka tak curiga!" ucap Erik sambil memandang gadis di sampingnya.
Riana terdiam dan akhirnya tersenyum simpul ia tak percaya jika pria di hadapannya ini telah menolong dari para preman itu.
"Terima kasih, maaf sudah menaruh curiga padamu!" kekeh Riana.
"Aku tahu! Tampang sepertiku ini sudah pasti mencurigakan!" Erik tertawa lepas. Riana ikut tertawa mendengar ucapan Erik.
"Dimana rumahmu! Mengapa gadis secantik kamu keluyuran di jalan malam-malam begini!" tanyanya lagi seraya menatap wajah bening Riana. Gadis itu begitu anggun dan nampak begitu cantik di mata Erik. Hingga untuk berlaku kurang sopanpun ia enggan.
"Aku dari rumah calon mertuaku! Aku lagi kesal dan aku memutuskan jalan kaki untuk pulang!" ungkap Riana dengan wajah di te
🌹🌹🌹"Riana, tunggu!" panggil seseorang di belakang gadis itu.Riana menoleh dan melihat Utari mendatanginya. Wajah kalem Riana terlihat tidak suka dengan kehadiran gadis ini."Dimana, Marvel! Kenapa aku hubungi tidak aktif!" tanya Utari tanpa basa-basi."Kamu pikir aku menyembunyikannya! Bukankah dia semalam bersamamu!" sahut Riana dengan suara lembutnya.Utari semakin masam mendengar sindiran Riana. Ia yakin tak mungkin Marvel menceritakan kebersamaannya semalam."Carikan pria itu untukku, ada yang ingin aku bicarakan! Aku yakin kamu pasti tahu dimana keberadaannya." Utari memberi perintah pada Riana.Riana tertawa mendengar permintaan itu. Apa gadis di hadapannya ini sudah gila seenaknya saja memberi perintah."Kamu pikir aku kacungmu!" sergah Riana dengan senyum tersungging."Plak ... Plak!"Tamparan kelas mendarat di pipi manis Riana. Gadis itu menatap tajam pada Utari apa maks
🌹🌹🌹Utari yang melihat Marvel menarik tangan Riana, segera mengikutinya. Perasaan cemburu menguasai hati, ia harus berusaha merebut cinta dan perhatian dari Marvel.Utari juga melihat bagaimana Riana begitu kasar pada Marvel membuat harapan baru di hatinya, untuk semakin besar memiliki pria itu.Tak lama ia melihat Marvel pergi dan iapun segera menyusul kemana langkah pria itu."Marvel ... Tunggu!" panggilnya dengan berlari.Marvel menggumam tak jelas melihat kehadiran Utari."Aku merindukanmu!" ucap Utari dengan cepat memeluk pria di hadapannya itu.Marvel melepaskan diri dari pelukan Utari, pria itu merasa risih dengan kelakuan gadis itu."Jaga sikapmu, ini tempat umum! Jangan sampai orang mengira, kamu adalah wanita murahan!" cetus Marvel dengan tangan bersidekap di dada."Marvel ...." sembur Utari merasa tak terima dengan ucapan kekasihnya itu."Aku kekasihmu, wajar saja aku memelukm
🌹🌹🌹Marvel dan Riana semakin salah tingkah dengan semua pertanyaan dari nenek."Aku ingin bulan depan kalian bertunangan!" cetus Nenek dan itu membuat kedua insan itu terkejut dan tak mampu menjawab apa-apa."Aku tak ingin ada penolakan lagi!" tambah Nenek lagi lalu meminta Riana mengikutinya ke dapur."Aku tak ingin Marvel semakin semena-mena padamu, Na!" lirih Nenek sambil mengusap lembut tangan Raina."Aku baik-baik saja, Nek! Bahkan Marvel begitu sayang padaku!" sahut Riana dengan penuh kelembutan.Nenek tertawa manis, ia tahu Riana berbohong padanya. Marvel tak mungkin secepat itu berubah. Dan semalam Diah sudah menghubunginya dan mengatakan semua Ia sangat yakin bila sudah bertunangan Marvel tak akan berani macam-macam lagi."Pasti nenek menghasut lagi Riana!" Marvel mengacak rambut, saat Nenek dan kekasihnya tak muncul-muncul juga.Tanpa sadar akhirnya Marvel terlelap juga di sofa empuk i
🌹🌹🌹Teramat pagi Riana telah tiba di kampus, setelah semalam harus menginap di rumah Neneknya Marvel."Siapa menghubungiku sepagi ini!" kening Riana bertautan melihat nomor baru menghubunginya.Gadis itu enggan untuk menjawab panggilan itu. Ia membiarkan meski berkali-kali dering panggilan itu masuk."Woy, kupingmu budek ya, Na!" tegur Jeni saat melihat Riana hanya diam mengabaikan panggilan masuk itu."Ribut, Ah!" jawab Riana malas.Jeni segera merampas gawai Riana dan mengecek nomor yang telah memanggilnya berkali-kali. Namun ia juga tak mengenalinya."Kira-kira siapa yang menghubungiku sepagi ini, Jen!" tanya Riana pada sahabatnya itu."Mungkin calon pacar barumu, Na!"Mata Riana segera membulat dan memberi kepalan tangan pada sahabatnya itu."Gimana hubunganmu dengan lelaki brengsek itu, Na! Semoga tidak berlanjut, aku selalu berdoa untuk itu!""Doamu jelek amat sih! Harusnya
🌹🌹🌹Jeni tak sanggup lagi melihat sahabatnya terus-menerus disakiti. Ia harus melakukan sesuatu untuk membuka mata Riana agar gadis itu bisa melihat keburukan kekasihnya itu."Sebenarnya kamu mencintai Marvel itu karena apa sih, Na! Mengapa cintamu begitu bodoh?" celetuk Jeni dengan penuh kekesalan."Aku mencintainya karena Allah, Jen! Aku percaya dia akan sadar dengan perlakuannya itu!""Kapan? Sampai kamu mati!" ketus Jeni.Riana hanya mampu diam, ia menyadari semuanya tapi entahlah rasa cinta pada Marvel dapat mengalahkan segalanya."Kamu itu wanita bodoh yang aku kenal selama ini, disakiti, diduakan tetap diam saja! Kemana sebenarnya hatimu, Na!""Aku saja tak sanggup melihatnya!" imbuh Jeni lagi seraya ikut duduk di samping Riana."Marvel seperti itu hanya ingin mencari yang terbaik, Jen! Wajarlah laki-laki mempunyai banyak cinta!" ucap Riana dengan ketenangan hati yang besar."Wajar kamu bilang
1🌹🌹🌹Marvel semakin gelisah dengan semua pertanyaan ayah Utari bahkan laki-laki paruh baya itu meminta untuk segera meresmikan hubungannya dengan Utari. "Bagaimana, Nak Marvel! Kapan kamu akan membawa orang tuamu kemari?""Itu pak ... Itu, ayah saya masih ada urusan di luar negeri bila sudah selesai saya akan bawa mereka kemari!" Jawab Marvel asal saja."Kemana sih, Utari! Kenapa dia lama sekali di dalam!" gerutu Marvel dalam hati."Wah asyik ya ngobrolnya, yuuk kita makan. Semua menu hidangan sudah tersedia!" celetuk Utari dengan senyum manis dan segera mengajak Marvel untuk mengikuti langkah ayahnya."Aku mau pulang, Tar! Ada yang harus aku lakukan. Nanti lain kali aku ke sini lagi deh!" Marvel menarik tangan Utari untuk mendengarkannya lebih dulu."Ayah akan tersinggung kalau kamu menolaknya, Vel! Tolong hargai perasaan ayah dan ibuku!" Utari merasa tidak suka mendengar penolakan Marvel unt
🌹🌹🌹Marvel terdiam mendengar ucapan Riana. Andai saja gadis di hadapannya ini tahu kalau dirinya telah menodai cinta suci, mungkin Riana tak akan bertahan hingga saat ini."Kenapa diam, Vel? Apakah kau sudah melakukan sesuatu pada Utari!" tanya Riana dengan tatapan menyelidik saat melihat Marvel terbuai dengan lamunannya."Apa ...." sentak Marvel sedikit terkejut."Wajahmu memerah, apakah kamu sudah melakukannya pada Utari!" Riana menyipitkan mata melihat kegugupan Marvel. Ia semakin yakin dengan ucapan Kayla."Aduh, Na! Kamu ngomong apa sih? Mana mungkin aku sekurang ajar itu pada perempuan!" kilah Marvel dengan gaya angkuhnya.Riana hanya mengangkat kedua bahunya. Lalu segera masuk ke dalam mobil Marvel."Aku akan mencari tahu sendiri, apakah kamu memang masih menjaga kesucian cintamu!" batin Riana dan larut dalam diamnya."Percayalah, Na! Aku masih menjaga cinta kita, aku tak akan macam-macam pada
🌹🌹🌹Riana ikut bersama Marvel ke rumah Utari, pandangan heran dari orang tua Utari melihat kehadirannya."Ini siapa, Nak?" tanya ibunda Utari pada Marvel dan membuat pria itu kebingungan untuk menjawabnya. Riana tersenyum dan menundukkan kepalanya santun."Dia Riana, Bu! Sepupunya Marvel!" seru Utari dari dalam rumah."Iya, Bu! Dia sepupuku!" ucap Marvel sambil menarik tangan Riana agar lekas memperkenalkan diri."Riana!" ucap Riana dengan pelan.Utari tersenyum penuh kemenangan. Iapun segera membawa Marvel masuk ke dalam tanpa memperdulikan Riana.Ibunda Utari segera mengajak Riana, namun gadis itu menolak memilih untuk menunggu di kursi luar saja."Terima kasih, Nak! Kalau bukan kamu yang mengantar Utari siapa lagi! Apotek sangat jauh dari sini!" Ayah Utari segera membenarkan duduknya agar bisa leluasa bercerita pada Marvel."Bapak sakit apa, kok tiba-tiba! Bukannya tadi baik-baik saja!" tanya Marvel pel