Share

Bab 6

🌹🌹🌹

Marvel mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi ia tak ingin ibunya semakin kecewa. Kalau Riana ia tak peduli gadis itu sudah terbiasa kecewa karenanya.

Sepuluh menit kemudian Marvel sampai juga di halaman rumahnya. Ia bergegas turun dan menemui kedua orang tuanya. Rumah mewah itu sudah nampak sepi. 

"Ya Tuhan ... Aku terlambat! Semua orang sudah pulang!" Marvel segera membuka pintu rumahnya. 

Ia melihat ayah dan ibunya masih tengah asyik ngobrol di ruang tengah mereka hanya tinggal berdua. 

Marvel mengucapkan salam, namun ayah dan ibunya tak menanggapi. Malah mereka semakin asyik mengobrol.

"Ayah, Ibu! Maaf aku terlambat!" ucapku saat berada tepat di hadapan mereka berdua.

Ayah Marvel memberi tatapan tajam menusuk sedang ibunya hanya diam tak menanggapi.

"Mana Riana, Bu!" tanya Marvel dan pria itu yakin kalau gadis itu telah pulang.

"Kenapa tidak sekalian besok pagi pulangnya!" cetus ibu Marvel dengan tatapan penuh kekecewaan.

"Ayah dan Ibu tidak pernah mengajarimu untuk menjadi seseorang yang buta hati mati rasa! Apa sebenarnya kekurangan Riana hingga kamu selalu menyakiti hatinya!" Bentak Ayah Marvel tak mampu lagi menahan kesabarannya.

 Putra pewaris seluruh hartanya mempunyai sikap yang jauh berbeda dengannya. 

"Apa kau tidak bisa mencintai satu wanita saja!" Ibu Marvel ikut memarahi anak semata wayangnya itu. 

"Maaf, Bu!" 

"Kamu pikir dengan maafmu, akan merubah sifat burukmu itu! Pikirkan baik-baik sebelum semua terlambat, Vel! Riana adalah gadis yang tepat untuk mendampingimu!" tandas Ayah Marvel dengan emosi memuncak. 

"Aku masih muda, Yah! Aku masih bisa jatuh cinta lagi! Aku tak ingin terikat, aku sudah memberi tahu Riana jika dia tak mampu bertahan, aku ijinkan dia pergi!" kilah Marvel 

"Plaak ... Plak ....!" Tamparan keras mendarat di pipi Marvel. Pria itu meringis kesakitan.

"Ayah ....!" Ibu Diah terkejut melihat suaminya tega menampar anak yang begitu ia sayangi.  

"Hanya karena Riana, Ayah menamparku!" delik Marvel menatap kasar pada ayahnya.

"Bukan karena Riana! Tapi ini karena kelakuan burukmu!" tukas Ayah Marvel lalu meninggalkan ruangan itu. 

"Ibu juga kecewa padamu, Vel! Kau tahu Riana begitu menjagamu,  saat Om dan Tante menanyakan keberadaan mu ia dengan tegas menutupi semua keburukanmu! Bahkan Ibu tahu saat itu hatinya kecewa! Matanya selalu ke arah pintu, ia begitu menanti kedatanganmu!" penjelasan Ibu Diah membuat Marvel terdiam.

"Mungkin saat ini matamu tertutup oleh kebaikannya, tapi nanti jika sudah kehilangannya, kamu pasti akan menyadari!" 

Marvel merenungi setiap ucapan Ibunya itu. Mungkin ada benarnya. Ia memang harus mempertahankan Riana. 

"Marvel tahu, Bu! Riana melakukan semua itu karena mencintaiku!" 

"Jika kamu tahu, jaga dia! Jangan biarkan dia meninggalkanmu!" tandas Ibu Diah dan meninggalkan putranya sendiri di ruang itu.

Marvel mengacak rambutnya. Ia tahu pasti Riana saat ini kecewa tapi untuk menghubungi gadis itu ia enggan. 

Kalau Riana mencintainya dan membuktikan apa yang pernah diucapkan itu pasti pintu maaf selalu terbuka untuknya.

"Mungkin saat ini matamu tertutup oleh kebaikannya, tapi nanti jika sudah kehilangannya, kamu pasti akan menyadari!" 

Marvel merenungi setiap ucapan Ibunya itu. Mungkin ada benarnya. Ia memang harus mempertahankan Riana. 

"Marvel tahu, Bu! Riana melakukan semua itu karena mencintaiku!" 

"Jika kamu tahu, jaga dia! Jangan biarkan dia meninggalkanmu!" tandas Ibu Diah dan meninggalkan putranya sendiri di ruang itu.

Marvel mengacak rambutnya. Ia tahu pasti Riana saat ini kecewa tapi untuk menghubungi gadis itu ia enggan. 

Kalau Riana mencintainya dan membuktikan apa yang pernah diucapkan itu pasti pintu maaf selalu terbuka untuknya.

"Ayah begitu kecewa pada anak itu, Bu!" sendu Ayah Marvel saat melihat istrinya sudah menyusul ke dalam kamar.

Pria setengah baya itu menarik nafas dalam. Memikirkan darimana Marvel mewarisi sifat buruknya saat ini. Seingatnya ia tak pernah seperti itu. Mencintaipun hanya sekali hingga seumur hidup.

Ibu Marvel mengelus lembut tangan suaminya untuk sedikit membantu mengurangi kegelisahan pria itu.

"Entah dari mana dia mewarisi sifat buruknya itu, Bu!" Ayah Marvel masih saja memikirkan tentang anaknya.

"Sudahlah, Yah! Marvel masih muda, jiwa ababilnya masih labil kemana-mana! Ibu yakin, nanti dia akan berubah!" tutur Ibu Diah begitu lembut. 

Pak Wijaya hanya mengangguk lemah.

"Ayah begitu kecewa pada anak itu, Bu!" sendu Ayah Marvel saat melihat istrinya sudah menyusul ke dalam kamar.

Pria setengah baya itu menarik nafas dalam. Memikirkan darimana Marvel mewarisi sifat buruknya saat ini. Seingatnya ia tak pernah seperti itu. Mencintaipun hanya sekali hingga seumur hidup.

Ibu Marvel mengelus lembut tangan suaminya untuk sedikit membantu mengurangi kegelisahan pria itu.

"Entah dari mana dia mewarisi sifat buruknya itu, Bu!" Ayah Marvel masih saja memikirkan tentang anaknya.

"Sudahlah, Yah! Marvel masih muda, jiwa ababilnya masih labil kemana-mana! Ibu yakin, nanti dia akan berubah!" tutur Ibu Diah begitu lembut. 

Pak Wijaya hanya mengangguk lemah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status