Share

CINTA LELAKI DISABILITAS
CINTA LELAKI DISABILITAS
Penulis: Yulie Nofriani

Takut Kehilangan

Di sebuah Cafe Ceria duduklah sepasang kekasih. Sekilas lihat mereka seperti pasangan yang bahagia. 

Makan nasi goreng special rasa sambal ijo. Keduanya makan dengan lahap dan sekali-kali saling menyuapi satu sama lain. Bikin iri siapa saja yang melihat. 

Cinta tumbuh seiring waktu, sebab dipupuk oleh kasih sayang dan perhatian. Namun cinta tetap akan memudar jika rasa itu telah menjadi hambar. 

Mungkin sahabat menjadi cinta banyak terjadi. Akan tetapi, cinta menjadi sahabat sulit untuk dijelaskan, sikap posesif akan menghiasi hubungan tersebut. 

 

selesai makan dua sejoli itu melanjutkan berbincang-bincang hal ringan selayaknya sepasang kekasih dimabuk cinta hingga ... Sang wanita mulai menyuarakan isi hatinya. 

"Maaf Bang, hubungan kita sebatas sahabat, atau kakak adek saja. Bukan pacar lagi, Adek pengen putus." Ujar Zola to the point dengan wajah menunduk. Tangannya saling bertautan satu sama lain. 

"Kenapa dek? Apakah kamu sudah bosan?" protes Fikar menahan sesak dihati. Menatap lekat wanita yang duduk dihadapannya. 

Zola mendongakkan wajah. Menatap Iba lelaki dihadapannya. Tidak mungkin ia menyampaikan alasan yang sebenarnya. 

"Nggak Bang, adek sayang dengan abang. Tetapi pengen hijrah, agar jika kita berjodoh, sudah siap menjadi wanita yang akan merindukan surga! Wanita yang menjadi Madrasah pertama untuk anak-anak nanti." sahutnya mantap. Meski tatapan itu menyembunyikan sesuatu yang lain. 

Fikar mengulum senyum. Meskipun tadi sempat berburuk sangka kepada Zola, kekasihnya. Emang benar sih. Penampilan Zola sedikit berubah, pakaiannya terkesan agamis/hijaber. Hal itu membuatnya langsung percaya. 

Terharu! Sudah jelas. Wanita dihadapannya memikirkan masa depan mereka. Sehingga Fikar yakin Zola adalah pilihan terbaik untuknya. 

"Baiklah Dek, kita akan bersahabat! Tapi kenapa tiba-tiba minta putus? Kamu malu ya, pacaran dengan lelaki cacat sepertiku!" terka Fikar. Sebab ada yang mengganjal dihati. 

Zola gelagapan. Ia menjadi salah tingkah, kalimat barusan terasa mengulitinya. Semakin menunduk. Takut jika Fikar mencari kebenaran dibalik kedua manik matanya. 

Bagaimanapun mereka sudah lama mengenal karakter pasangan. Satu-satunya cara menyembunyikan sesuatu dengan bersikap tenang dan menetralkan perasaan. 

Terlihat Zola menarik napas panjang. Lalu menatap tajam Fikar. 

"Abang nggak boleh berburuk sangka gitu! Walaupun adek minta putus kan sudah dijelasin alasannya. Apalah maksudnya nuduh adek? Kita sudah lama kenal bukan sebulan, dua bulan ... Masa nggak bisa bedain?" ketus Zola tak terima tuduhan yang dilontarkan Fikar. 

Dia merengut, memasang wajah ngambek andalannya selama ini. Setidaknya mampu menghilangkan resah yang bersarang dihati gadis muda itu. 

"Nggak dek! Abang hanya memastikan saja! Bahwa prasangka Abang salah." Jawab Fikar dengan wajah memelas. 

Zola hanya diam dan bersikap cuek. Tak merespon apalagi melihat ke arah Fikar. Dia sibuk mengaduk-aduk pop ice permen karet dihadapannya. 

Seolah tidak mendengarkan Fikar bicara. 

Sudut mata gadis itu melirik Fikar yang tampak salah tingkah. Tersenyum tipis sebab tahu kalau Fikar tidak akan sanggup diabaikan apalagi dicuekin. 

"Dek, Maaf ya! Abang nggak maksud nuduh. Maaf sudah buruk sangka. Janji nggak gitu lagi ..." lirih Fikar pelan berusaha menekan ego demi terbitnya seuntas senyum dari bibir wanita yang dia sayangi. 

Dan Benar saja. 

Zola tersenyum lebar dan merespon dengan anggukan. 

Lelaki itu bernapas lega. Kalau sudah ngambek biasanya lama membujuk Zola. 

Mereka asik bercerita apa saja yang dialami selama tidak bertemu. Sebab Zola sudah memiliki pekerjaan tetap. Terkadang Fikar merasa risih melihat tatapan orang di Cafe mengarah ke kakinya yang cacat. Lelaki itu benci tatapan kasihan dari mereka. Membuat minder berdekatan dengan Zola yang sempurna.

Tiba-tiba Fikar kembali berkata yang membuat Zola mati kutu. 

"Dek, Jangan pernah tinggalin abang ya? apapun alasannya. Akan tetapi, jika rasa sayang itu sudah hilang. Kasih tahu abang! Jangan langsung menghilang sebab Adek semangat hidup abang saat ini." Terang Fikar dengan wajah sendu. 

Oh, Tuhan. Kenapa hal ini harus menimpa kami, pundakku terasa berat! Batin Zola. 

Zola menatap lekat kedua manik Fikar. Tidak ada satupun kata yang ia ucapkan. Hanya anggukan pelan sebagai isyarat untuk meyakinkan Fikar. Ditambah senyum manis sebagai pelengkap.

Melihat ketulusan Zola, Fikar bisa bernapas dengan lega. Semoga apa yang disampaikan sama dengan dipikirkan. 

🍒🍒🍒

Kisah cinta Fikar dan Zola sudah terikat selama 4 tahun. Bukan waktu yang singkat. 

Jika kredit motor mungkin sudah lunas selama 3-4 tahun. Keduanya sudah mengetahui keburukan satu sama lain. Orang tua mereka juga mendukung penuh hubungan mereka. Asal masih dalam hal wajar! 

Zola Septia adalah anak dari orang tua yang sangat disegani dikampungnya. Mantan Pemuka Agama. Zola anak bungsu dari tiga bersaudara. Ia perempuan satu-satunya. Masih duduk dikelas dua Sekolah Menengah Atas. 

Berbeda dengan Fikar. Dia anak seorang petani. 

Ya. Petani perkebunan sawit berhektar-hektar. Orang tuanya kaya. Akan tetapi tidak terlihat. Sebab orang tua sangat tawadhu' Fikar anak tengah dari tiga bersaudara. 

Kejadian malang itu mengubah seluruh kehidupan Fikar dan keluarga. 

🍒🍒🍒

Siang ini Bu hasnah, ibunya Fikar. Merasa tak tenang. Perasaannya campur aduk. Akhirnya ia memutuskan untuk menelpon kedua anaknya untuk memastikan keadaan mereka baik-baik saja. 

Fikar dan Jeri tak dapat dihubungi. Sepertinya tidak membawa ponsel. Sebab samar-samar Bu Hasnah mendengar suara dering ponsel di kamar Sang Anak. Mereka dari siang sudah berangkat, tanding bola volly antar Kampung. 

Bu Hasnah bangkit dari duduknya dan meletakkan ponsel jadulnya di atas nakas. Melangkah ke Dapur untuk mengambil wudhu lalu melakukan salat hajat. Meminta ketenangan dan keselamatan untuk anak-anaknya. 

"Ya Allah, Zat yang Maha Mengetahui. Hamba ikhlas akan takdirmu. Jika sesuatu terjadi kepada keluarga ini. Berikanlah hamba kekuatan untuk tetap berdiri di atas kerapuhan hati." 

Bu Hasnah bersenandika dalam hati diiringi dzikir yang menyejukkan. Tidak dapat dipungkiri kegelisahan itu begitu nyata. 

"Hamba berserah diri kepada-Mu, Ya Allah." "Lirihnya. 

Selesai berdzikir.

Hatinya kembali tenang. Ia pasrahkan semua kepada sang pencipta. Lalu melanjutkan aktivitas. 

Sore telah berganti senja, udara terasa senyap. Dada Bu Hasnah berdebar hebat. Seakan alam turut merasakan kegundahan dan kecemasan yang dirasakan oleh seorang Ibu. Perasaan tak karuan. Akan tetapi, ia berusaha tetap tenang.

Hingga kabar itu datang mengejutkan Bu Hasnah ....

"Mbok, Fikar kecelakaan di sana! Dia ditabrak mobil. Cepat Mbok! Bang Jeri sudah disana, lagi cari bantuan." Teriak Anton--tetangga Bu Hasnah. Tanpa turun dari motor, panik tingkat Kampung. 

🍒🍒🍒🍒

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
awal yang bagus.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status