Home / Romansa / CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER / Bab 6. Tantangan Tuan Dharmajie

Share

Bab 6. Tantangan Tuan Dharmajie

Author: Seruling Emas
last update Huling Na-update: 2023-10-23 20:00:58

Ranti mencari asal suara. Itu berasal dari seorang pria yang rambutnya sudah memutih seluruhnya. Ranti menduga, bahwa itu adalah ayah dari Darius. Dia bergegas berjalan ke sana sambil menunduk. Di samping pria itu, duduk seorang wanita cantik yang penampilan elegannya berhasil menyamarkan garis usia.

“Saya, Tuan,” katanya menghadap.

“Kenapa Darius bisa hilang dari pengawasanmu? Bukankah kau dipekerjakan untuk mengurusnya!” Wanita cantik itu langsung mencecar Ranti dengan pertanyaan telak.

“Saya sedang menyiapkan sarapan untuk Tuan Darius, Nyonya,” jawab Ranti jujur.

“Hah! Jangan banyak alasan! Kalau terbukti kau lalai dalam tugas, jangan mengira kami akan melepaskanmu begitu saja!” Pria lain di ruangan memberi ancaman.

“Ya! Apa Hendra tidak ada menceritakan padamu bahwa kami telah enuntut salah seorang perawat ke muka hukum akibat  melalaikan tugas?” Wanita cantik itu menambahkan informasi yang berrhasil membuat tengkuk Ranti meremang takut.

“Maafkan saya, Nyonya. Saya memang mendapat tugas menyiapkan makanan Tuan Darius. Saat saya antar, Tuan sudah tak ada di kamarnya!” Ranti menjawab dengan teguh.

“Sudah! Aku sudah melihat rekaman cctv dan dia memang tidak berkata bohong!” Pria tua berambut putih itu menenangkan suasana panas. Yang lain mencibir dengan wajah masih tidak puas pada gadis itu.

“Apa isi tas itu?” tanya wanita cantik itu lagi.

“Pakaian saya, Nyonya,” sahut Ranti.

“Apa kau ingin membawa barang-barang di rumah tanpa sepengetahuan Hendra?!” tuduh seorang pria lain lagi.

Wajah Ranti memerah. Dia sangat tersinggung karena dituduh mencuri. Dia membalas tatapan sinis pria itu dengan mata berapi-api. Saya bekerja untuk mendapatkan uang yang halal. Saya bukan pencuri!” kata Ranti dengan suara meninggi.

Pria itu tak mengira bahwa perawat baru itu akan berani membalas kata-katanya. Dia sudah akan membalas saat Ranti kembali  bicara.

“Anda boleh memeriksa tas itu untuk mencari barang-barang milik keluarga Anda. Namun, jika tak ada satu pun barang curian di sana, saya akan balik menuntut Anda!” katanya berani.

“Lancang!”

Wanita cantik itu begitu murka melihat keberanian Ranti. Dia sampai berdiri dari duduknya dengan wajah memerah dan tangan terangkat untuk menampar atau memukul gadis muda di depannya.

Ranti yang melihat bahaya, segera menutup wajah dan mengalihkan pandangan ke arah lain. Pukulan yang sedang melayang itu tak berhasil mendarat di pipinya.

“Sudah! Kalian semua keluar! Aku mau bicara dengannya!” Pria beruban itu bersuara dan memukulkan tongkatnya di lantai. Yang lain langsung diam dan saling pandang. Tak lama semua orang keluar dan meninggalkan Ranti bersama pria tua itu, termauk si wanita yang emosinya memuncak akibat tak berhasil melampiaskan kekesalan pada gadis muda di depannya.

“Aku bisa lihat kau sangat berani!” Pria itu menatapRanti dengan mata tajam menusuk.  “Akan tetapi, keberanian yang tidak pada tempatnya, bukanlah hal yang baik. Ancamanmu itu tak berarti apa-apa bagi kami!”

Pria itu mendecih sebelum melanjutkan kata-katanya yang sinis. “Putraku membutuhkan perawat yang berani dan kuat. Sanggup menahan diri dan punya sabar segudang. Apa kau masih ingin bekerja di sana atau mengundurkan diri seperti pengecut?”

“Jadi, saya tidak dipecat, Tuan?” tanya Ranti dengan mata membulat tak percaya.

“Ini sebuah tantangan buatmu. Aku mendengar informasi dari Hendra tentang keluargamu yang kau ceritakan padanya. Aku hanya ingin sedikit membantu dan memberimu kesempatan terkakhir,”

“Saya bersedia, Tuan. Terima kasih untuk kesempatan ini. Saya akan melakukan yang terbaik di waktu berikutnya,” potong Ranti cepat.

“Aku belum selesai bicara!” Pria tua itu membentak.

Wajah bahagia gadis muda itu langsung hilang. Dia terlalu bersemangat hingga tidak menunggu Tuan Dharmajie menyelesaikan kalimatnya. Dengan takut Ranti menundukkan kepala sembari berbisik lirih. “Maaf ....”

Gadis itu dapat mendengar hembusan napas kuat dan jengkel pria berkuasa di depannya itu. Sekarang gadis itu ingat bahwa dia pernah melihat pria itu di layar televisi entah kapan. Sepertinya dia orang terkenal.

“Kesempatan ini hanya sekali! Begitupun, karena kau sudah membuat satu kelalaian ...  maka,  jika kau melakukan kelalaian sekali lagi, aku tidak akan main-main lagi denganmu! Keluargaku mungkin bukan hanya akan memecatmu, tapi juga membawamu ke muka hukum!”

Ranti membelalakkan matanya ngeri. Tak boleh terjadi sesuatu apa pun padanya. Ibunya tidak akan berdaya jika mengurus adiknya sendirian. Dia meragu dan berpikir ulang.

“Apa kau berani?”

Ranti bisa melihat sikap angkuh pria tua itu tak hanya muncul di wajah, tapi juga dalam suaranya. Benar-benar orang yang berwibawa dan mengetahui kedudukannya di atas gadis itu.

“Jika tak berani, silakan keluar. Aku akan menganggap ini tak pernah terjadi. Ini kesempatanmu untuk pergi dengan damai!”

Gadis muda itu masih berdiri kaku di depan Tuan Dharmajie. Tentu saja dia takut jika harus berhadapan dengan hukum atas kelalaiannya dalam menjaga seorang pasien yang tidak memahami apa yang telah diperbuatnya. Telapak tangannya yang menggenggam tali tas pakaian itu tiba-tiba berkeringat lebih banyak dan membuatnya merasa gerah dan tidak nyaman berada di kamar ber-ac itu.

Baru kali ini dia dihadapkan pada pilihan yang lebih sulit dari pada memilih apakah akan membeli beras lebih dulu, atau beli pulsa ponsel dari sisa uang gaji di akhir bulan.

“Aku tak punya waktu lama!” Suara pria tua itu memecah keheningan ruangan.

Ranti menatap nanar dan ada kesedihan di balik bintik hitam matanya. Terbayang baginya sang adik yang harus tertunda perawatan ke rumah sakit, kalau dia tak punya pekerjaan. “Baik! Akan saya terima tawaran ini!”

Tak ada tekad menggebu dalam suara itu. Hanya tersisa kepasrahan atas pilihan hidup berat yang harus dijalaninya.

“Bagus! Jangan kecewakan aku!” kata pria itu tegas.

Ranti hanya bisa mengangguk dengan kepasrahan. Apa pun yang terjadi nanti, dia hanya harus melakukan tugasnya saat ini. Diserahkannya takdir hidup pada Yang Maha Kuasa. Dia hanya perlu bekerja dengan lebih baik lagi setelah ini. Setetes air mata yang dia tak tau artinya, bergulir jatuh tanpa terasa. Entah karena takut, ataukah jelmaan ketidakberdayaan.

Kemudian pintu ruangan dibuka. Tampak seorang perawat mendorong masuk sebuah brankar dengan Darius terbaring di atasnya. Pria itu memejamkan mata seperti orang tertidur. Ranti menyingkir menjauh dari tengah ruangan karena semua kerabat pria itu memenuhi ruangan.

Setelah membenarkan posisi pasien dan memeriksa semua alat yang terpasang padanya, perawat yang mengantar memberi sedikit peringatan sebelum keluar. “Tolong jangan terlalu ramai di dalam ruangan. Pasien butuh istirahat!”

Tanpa diperintah, Ranti memilih keluar dan menunggu di lorong rumah sakit bersama Pak Hendra. Dia tahu sedang tak dibutuhkan di sana, saat ini. Keluarga Pasien itu telah berkumpul semua di sana.

“Apa kata Tuan Dharmajie?” tanya Hendra memecah keheningan antara mereka berdua.

“Tuan memberi saya kesempatan kedua,” kata  Ranti dengan suara tercekat.

Hendra seperti bisa merasakan kengerian yang tengah melingkupi gadis di depannya. “Jika kau merasa tawaran itu mengancammu, kau bisa menolaknya. Tak ada yang memaksamu untuk menerimanya, bukan?”

Ranti menggeleng lemah. “Keadaan saya sendiri yang memaksa saya mencoba tantangan ini.” Gadis itu membuang pandang ke ujung lorong yang mengarah pada jendela kaca besar, menampakkan pemandangan luas antara kelabu dan birunya langit Jakarta.

Hendra menatap gadis itu datar. “Bekerja pada keluarga Dharmajie tidak pernah mudah. Semoga kau tidak menyesalinya nanti!”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER   Bab 27. Ujian Kesabaran

    Juliano menatapnya sejenak dengan pandangan tajam, kemudian mengangguk. “Bagus! Nanti kau akan diantar ke tempat kerjamu oleh sekretaris di luar.”Pria itu segera mengakhiri perbincangan mereka dan Oscar keluar dengan santai, sambil menenteng kota makannya. Setelah menerima surat penugasan dari sekretaris, seorang OB kembali mengantarnya ke tempat yang diperintahkan. Oscar mengikutinya.“Apakah kali ini Anda sudah memeriksa di mana akan ditempatkan?” tanya OB itu.“Kenapa?” tanya Oscar heran.“Saya tidak mau Anda membanting berkas-berkas itu di tempat lain dan menyulitkan orang lain seperti di basement waktu itu!”Oscar mengamati pria itu dengan seksama dan kemudian dia tertawa. Dia ingat bahwa pria itu adalah OB yang sama yang pertama kali mengantarkannya ke basement untuk bekerja sebagai petugas parkir.“Jangan kkhawatir ....”Oscar kembali tertawa. Hari ini hatinya sama sekali tidak akan terganggu oleh insiden apapun. Hingga mereka sampai di ruangan HRD dan Oscar menyerahkan surat

  • CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER   Bab 26. Nasehat Asep dan Kakek

    Oscar menatap kakeknya dengan pandangan tak percaya. “Jika Kakek punya kecurigaan, bagaimana Kakek bisa sangat tenang menghadapi mereka? Bagaimana Kakek bisa terus hidup bersama mereka?” tanya Oscar dengan suara rendah.“Kematian ibumu tak ada hubungannya denganku!” balas Dharmajie Pambudi enteng.“Kakek!” seru Oscar lagi. Dia sama sekali tak senang mendengar hal itu.“Bagaimana dengan perkataan Papa bahwa istri cantik Kakek itu berselingkuh di belakang? Bagaimana kalau dua Paman jahat itu ternyata bukan putra Kakek? Itulah sebabnya mereka ingin merebut perusahaan utama dari tangan keluargaku! Makanya mereka membunuh Mama! Apa Kakek rela harta yang Kakek usahakan justru dikuasai oleh putra entah siapa!”Suara rendah dan sengit itu membuat panas telinga Dharmajie Pambudi. “Papamu itu sakit. Kenapa kau masih mendengarkan ucapan orang sakit? Aku terus mengabaikan hal itu, karena kasihan dengan penyakit yang dia derita. Aku tak mau membuatnya lebih sulit lagi.”Pria itu melemparkan pandan

  • CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER   Bab 25. Nasehat Kakek

    Hendra terheran-heran dengan sikap pria muda di depannya ini. Sejak anak muda itu kembali dari pendidikannya di luar negeri, sikap curiganya sangat mendominasi. Kepolosan masa remajanya telah hilang tak berbekas. Jelas sekali kalau mata itu menuntut penjelasan.“Tidak terjadi hal yang aneh, Tuan Muda,” sahut Hendra.“Keputusan aneh atau tidak itu, hanya bisa aku yang memutuskan., bukan Pak Hendra!” Suara itu begitu ketus. Mengingatkan pelayan tua itu tentang siapa yang berkuasa di kediaman megah tersebut.Maka pelayan itu duduk dengan tegak dan menceritaan semua kejadian di rumah Ranti dan membiarkan pria muda itu menngambil kesimpulan sendiri. Dia tak peduli akan seperti apa keputusan itu nanti. Bukankah itu bukanlah urusannya!Oscar duduk di teras belakang setelah berenang siang itu. Dia masih belum menemukan celah untuk memecat perawat itu. Dia mencurigai ada sesuatu, namun dia sendiri tidak tahu itu apa. Dia belum menemukan bukti untuk menguatkan kecurigaan hatinya. Entah kenapa d

  • CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER   Bab 24. Adik Ranti

    “Baik, Tuan!” Pelayan Tua itu tersadar dan segera menjawab. Dia mengenal tuannya sejak lama. Kebaikan hatinya tak perlu dipertanyakan lagi. Kembali didorongnya lagi kursi roda saat melihat seorang wanita parobaya keluar dan melihat mereka dengan heran.“Mereka siapa, Nduk?” tanya sang ibu.Ranti melepas pelukan dari adiknya dan mencium tangan sang ibu. Dia menoleh ke belakang. “Itu majikan Ranti, Bu.”“Salam,” sapa Darius ramah. Suaranya sangat sopan. “Maaf, kami tidak minta ijin dulu untuk datang.”“Oh, tidak apa-apa. Ayo silakan masuk. Tempat kami seadanya saja.” Wanita paro baya itu terlihat malu dan wajahnya memerah. Kediamannya bukanlah tempat yang layak dikunjungi orang sekaya majikan sang putri.Darius cepat tanggap dan membuat keputusan tepat. “Saya rasa, duduk di teras ini akan menyenangkan. Saya ingin melihat suasana setelah terkur

  • CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER   Bab 23. Ke Rumah Ranti

    Ranti melongo dan Oscar ternganga mendengar kata-kata itu. Pak Hendra menggeleng-gelengkan kepala tak berdaya. Semula dia mengira bahwa Darius akan melupakan pembicaraan kemarin pagi. Tak diduga, ternyata Darius mencatat hal itu di buku agar tidak terlupa.“Apa maksudnya ini?” Oscar yang pertama bereaksi. Dia tidak mengetahui apa yang dimaksud sang papa.“Aku akan pergi dengannya!” kata Darius dengan ekspresi tak bersalah.“Untuk apa? Lagi pula, Papa tidak mengatakan padaku lebih dulu tentang ini,” protes anaknya.“Sejak kapan aku harus melapor padamu?” Darius bertanya dengan ekspresi keheranan yang nyata. Pria itu tampak tidak suka mendengar kata-kata yang dilontarkan putranya.Ocsar kebingungan bagaimana menjawab kata-kata itu. Jika dia salah merangkai kata, maka papanya akan tersinggung dan hubungan mereka bisa rusak.“Maksudnya, aku punya rencana untuk Papa hari ini. Tapi ternyata Papa membuat rencana lain. Ini bagaimana jadinya?” Anak muda itu mencoba menjelaskan dengan versi yan

  • CINTA PERAWAT TUAN MILIARDER   Bab 22. Mulai Nyaman

    Gadis itu menarik sebuah kursi lagi dan duduk di depan Darius. Dia menurut saja meskipun perutnya sudah merasa lapar. Yang ada di pikiran Ranti hanya agar pria itu lebih tenang setelah fase emosionalnya tadi.Gadis itu tersenyum penuh candaan, “Kalau saya tidak bisa membantu banyak jangan marahi saya, Tuan.”Terbukti, Darius bisa ikut tersenyum mendengar kata-kata gadis itu. “Aku hanya sedang tak ingin sendirian,” jawabnya jujur.Jawaban itu merubah raut wajah Ranti seketika. Rasa iba muncul ke permukaan, dan dia tak suka itu. Darius telah berusaha sangat keras melawan penyakitnya. Dia tak butuh rasa iba, namun penghormatan yang dalam. Dengan menelan ludah kasar, gadis itu menepis rasa itu dari hatinya.“Anda punya saya, Pak Hendra dan Tuan Muda Oscar di rumah ini. Jangan pernah merasa sendirian. Jangan melemah, karena kami semua mendukung Anda.”Darius yang siap untuk menulis huruf demi huruf di kertas, terhenti mendengar kata-kata yang dilontarkan Ranti. Pria itu mengangkat kepala d

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status