Share

6. Teman Mommy

Author: ReyNotes
last update Last Updated: 2023-01-26 17:36:12

Pesawat Gulfstream jet mengudara meninggalkan Jerman. Aldric memandang ke luar jendela. Kenangannya di Bali ternyata bukan hanya tentang bisnis. Pantas saja dulu saat ia meninggalkan Bali, ia seperti merasa meninggalkan sesuatu yang berharga.

Marvin yang duduk persis di depan Aldric, melirik bosnya. Pengusaha terkenal di beberapa negara itu sedang mengusap-usap bibir dengan ibu jarinya. Matanya memandang Jerman yang semakin menjauh. Asisten setia itu tidak berani menerka ke mana pikiran bosnya saat ini.

“Aku ingin ada yang menjaga Sandra dan Alex di Jerman, Marv,” ucap Aldric pelan namun jelas terdengar oleh Marvin.

“Baik, Tuan. Akan saya siapkan pengawal untuk mereka.”

“Jangan sampai Sandra curiga. Minta para pengawal itu menyamar.”

“Siap, Tuan.”

Sekembalinya Aldric dari Jerman, ia tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Hati dan pikirannya terus menerus dibayangi Sandra dan Alex. Berkali-kali ia melihat foto maupun video kebersamaannya di Jerman yang diam-diam diabadikan sang asisten.

Aldric saat ini sangat sibuk. Ia mulai mendapat jadwal untuk berkampanye di beberapa tempat. Pengusaha yang memang terkenal dingin namun memiliki jiwa sosial tinggi itu mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak.

“Anda mendapat jadwal untuk berkampanye pada komunitas warga Asia yang telah memiliki green card di Inggris, Tuan,” ucap Marvin.

“Warga Asia?”

“Benar, Tuan. Mereka terdaftar sebagai calon pemilih pada pemilihan gubernur tahun ini.”

“Apa pekerjaan mereka?”

“Sebagian besar pengusaha dari berbagai ras, termasuk Indonesia.”

Mendengar nama Indonesia, Aldric langsung menghentikan kegiatannya yang sedang menandatangani beberapa berkas. Selalu saja ada yang mengingatkannya dengan Sandra. Seolah ada daya magnet yang menariknya kembali saat ia berada di Bali, Indonesia.

Akhirnya Aldric bertemu dengan para pengusaha Asia. Mereka saling berdiskusi dan mengungkapkan kendala-kendala yang mereka alami sebagai imigran legal di Inggris. Hingga di akhir pertemuan, politikus yang terdaftar sebagai calon gubernur itu mendapat kesempatan untuk berbicara dengan salah satu lelaki yang berpakaian gamis.

“Tuan Aldric, terima kasih atas diskusinya. Semoga kaum muslim kelak dapat menambah rumah ibadah baru yang kami butuhkan.”

“Terima kasih kembali, Ustadz. Ehm … boleh saya bertanya sesuatu?”

“Tentu saja.”

“Saya pernah mendengar kata mahram. Apa sebenarnya arti dari mahram itu Ustadz?”

Lelaki yang dipanggil Ustadz tersebut tersenyum simpul mendapatkan pertanyaan dari Aldric. Ia mempersilahkan Aldric duduk di depannya. Setelah itu, ia memberikan satu buah buku tentang Islam.

“Mahram adalah orang-orang yang haram untuk dinikahi karena sebab keturunan, persusuan atau pernikahan dalam syariat islam,” jawab Ustadz.

“Selengkapnya Anda bisa membaca sendiri pada buku ini. Silahkan, buku ini untuk Anda,” imbuhnya lagi.

Aldric menerima buku tersebut. Ia masih belum mengerti apa yang ustadz tersebut jelaskan. Namun waktu mereka memang hanya sedikit. Ustadz mengatakan pada lelaki di hadapannya bahwa ia bebas menghubunginya kapan saja untuk bertanya tentang islam.

Setiap akhir pekan, Aldric melakukan kunjungan rahasia untuk menemui pemuka agama bernama Ustadz Rachman tersebut. Lelaki yang selalu menggunakan gamis itu selalu ramah serta sabar dalam menjawab setiap pertanyaan. Ia juga menerima Aldric dengan sangat baik, sehingga lama kelamaan, calon gubernur itu semakin tertarik mempelajari islam.

“Jadi sebenarnya Anda penasaran mempelajari islam karena melihat teman Anda tersebut sekarang menggunakan hijab?”

“Kira-kira begitu. Apa itu salah?”

“Tidak ada yang salah jika Anda ingin mempelajari sesuatu dengan niat yang baik. Allah membuka pintu hidayah atau petunjuk kepada siapa pun dengan cara yang tidak terduga.”

Secara garis besar, Aldric mendapatkan penjelasan, bahwa Sandra kemungkinan telah bertobat pada dosa besar yang pernah ia lakukan. Pengusaha kaya raya itu menahan napasnya mengingat dosanya sendiri.

***

“Daddy Luke,” seru Alex. Anak lelaki itu berlari dan langsung melompat ke dalam pelukan lelaki yang baru saja datang ke apartemennya.

“Hey boy.” Luke, kakak kandung Sandra menciumi kedua pipi keponakannya.

“Daddy bawa puzzle yang aku minta?”

“Tentu saja, anak pintar.”

“Yeayy … aku tidak sabar mau menyelesaikan puzzle itu.”

Malam harinya, Alex dan Luke bermain di ruang keluarga. Sandra mengambil kesempatan tersebut untuk keluar dan bersenang-senang bersama teman-temannya. Sambil menemani keponakannya bermain, kakak kedua Sandra itu menonton siaran berita bisnis dunia.

“Apa dia orang terkenal?” Alex menunjuk lelaki yang sedang berada di layar kaca televisi mereka.

“Terkenal di Eropa. Dia pengusaha sukses, kaya raya dan kini sedang mencalonkan diri menjadi seorang gubernur,” jawab Luke seraya mengusap sayang kepala Alex.

“Dia pernah datang menemuiku di sekolah. Dia bilang dia teman Mommy.”

Dengan tatapan tak percaya, Luke menatap keponakannya yang berbicara sambil tetap bermain. Apa Alex salah orang? Aldric Rafantino Osborn datang menemuinya di sekolah?

“Oh ya? Lalu kalian bicara apa?”

“Aku bertanya apakah dia daddyku karena wajahnya sangat mirip dengan wajahku.”

Bagai terkena sengatan listrik, Luke berjengit kaget, membulatkan matanya dengan mulut terbuka. Ditatapnya bergantian antara layar datar di hadapan mereka dengan wajah sang keponakan. Alex benar. Ia adalah versi mini lelaki tampan yang terkenal di Inggris tersebut.

“Ehm.” Luke berusaha menjernihkan tenggorakannya. “Lalu dia bilang apa?”

“Dia tidak menjawab. Saat aku bertanya pada Mommy, ia juga tidak menjawab pertanyaanku,” balas Alex tak acuh.

Lelaki yang sedang bersama Alex itu berusaha mencerna informasi yang baru saja ia dapatkan. Selama ini, keluarganya memang tidak memaksa Sandra untuk mengungkapkan siapa ayah kandung Alex. Apalagi saat dinyatakan hamil, adik perempuan satu-satunya itu mengatakan ia tidak tau siapa yang tidur dengannya karena ia sedang mabuk.

Orang tua mereka kemudian menyetujui keputusan Sandra untuk tinggal di Jerman. Selain untuk menghindari gunjingan sanak keluarga, adiknya itu memang mendapatkan beasiswa belajar di negeri ini. Secara berkala, anggota keluarga selalu bergantian menemani satu-satunya anak perempuan keluarga Javier.

Setelah Alex terlelap. Luke memikirkan kembali percakapannya dengan sang keponakan. Ia lalu meraih laptopnya dan mencari banyak informasi tentang Aldric melalui media sosial. Luke memutuskan menelpon seseorang.

“Leah?” Luke berbicara dengan sahabat dari adiknya.

“Kak Luke? Apa ada sesuatu dengan Sandra?” tanya seseorang di sana dengan nada khawatir.

“Tidak. Jangan khawatir. Sahabatmu dan putra tampannya baik-baik saja.”

“Alhamdulillah. Lalu, ada apa, Kak?”

“Kamu ingat saat Sandra menjadi liaison officer di Bali? Apa adikku itu pernah bercerita ia menjadi LO untuk pengusaha negara mana?”

Jawaban Leah membuat Luke mengerutkan keningnya dalam-dalam. Nama yang diucapkan Leah benar-benar membuat darahnya mendidih. Tangannya mengepal kuat menahan amarah yang bertahun-tahun lalu ia dan keluarganya simpan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (14)
goodnovel comment avatar
Aisah Muhammad
Kok bab selanjutnya ga bisa dibuka jdi penasaran nih
goodnovel comment avatar
Aisah Muhammad
Maaf gimana cara membuka ban selanjutnya
goodnovel comment avatar
Ayu Riani
seru,,, dan hars sabar menunggu hehe
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • CINTA SATU MALAM DENGAN CEO   392. Akhir yang Bahagia

    Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun

  • CINTA SATU MALAM DENGAN CEO   391. Keluarga Ideal

    Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya

  • CINTA SATU MALAM DENGAN CEO   390. Sandra Bule

    “Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa

  • CINTA SATU MALAM DENGAN CEO   389. Menikmati Peran Baru

    Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa

  • CINTA SATU MALAM DENGAN CEO   388. Menertawakan Masa Lalu

    Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin

  • CINTA SATU MALAM DENGAN CEO   387. Kompak

    Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena

  • CINTA SATU MALAM DENGAN CEO   386. Assalamualaykum, Adik Nayya

    Alex menggenggam rangkaian bunga indah di tangan kanan. Tangan kirinya memegang kotak berwarna merah muda. Anak lelaki tampan itu membawa hadiah yang akan ia persembahkan untuk ibu dan adik perempuannya.Di sampingnya Alzam berjalan membawa bungkusan. Bungkusan berisi susu almond untuk putri tercinta yang baru saja melahirkan bayi perempuan cantik. Minuman itu diyakini berkhasiat untuk melancarkan produksi ASI.Setelah mengetuk pintu, Alzam membuka pintu. Alonso segera berdiri saat melihat besannya masuk. Mereka berpelukan dengan akrab.“Selamat pagi. Bagaimana kabar cucu cantik kita hari ini?”“Ia sedang menyusu.” Helen menoleh pada tirai tertutup di samping mereka.“Oh, baiklah. Susu almond untuk ibu menyusui aku letakkan di dalam lemari pendingin, ya.”“Iya.”Alex lalu menghampiri Grandma dan Grandpanya. Anak lelaki itu mencium telapak tangan keduanya. Helen dan Alonso membalas dengan mengecup sayang kepala serta pipi cucu tampan mereka.“Apa kamu membawa bunga untuk Mommy?” tanya

  • CINTA SATU MALAM DENGAN CEO   385. Pasca Melahirkan

    Helen mengamati bayi cantik di dalam dekapannya. Ia berdiri dan mengayun pelan sambil terus tersenyum. Tangannya pun tak henti mengelus kulit halus cucu cantiknya.“Cantik sekali cucu grandma, ya,” puji Helen. Entah sudah berapa puluh kali ia mengucapkan kalimat tersebut sejak melihat Nayya.Hingga Alonso datang menghampiri dan kini berdiri di samping istrinya. Lelaki tua itu juga ikut mengelus kepala baby dan sesekali menciumnya.“Sudah! Jangan diciumi terus. Nanti Nayya bangun!” desis Helen galak.Sandra terkekeh. “Sama seperti Aldric semalam, Mom. Nayya sedang asyik menyusu malah dicium-cium hingga akhirnya menangis.”Kepala Helen menggeleng mendengar penuturan menantunya. Wanita itu meletakkan Nayya sangat hati-hati di dalam box bayi. Lalu, box tersebut ia tutup dengan kelambu halus.“Kamu mau makan, darling?” tanya Helen.“Boleh, Mom.”“Eits, sudah. Di ranjang saja. Biar Mommy yang antar makananmu.” Helen mencegah Sandra yang akan turun dari tempat tidur.Sandra menurut. Ia duduk

  • CINTA SATU MALAM DENGAN CEO   384. Kekesalan Alex

    Tak hentinya Aldric menatap wajah mungil di dekapan Sandra. Bayi perempuan cantik itu sedang menyusu pada ibunya. sesekali, lelaki itu mencium pelan kepala sang putri.“Sayang!” protes Sandra. “Nanti dulu cium-ciumnya. Dia sedang menyusu.”“Baby cantik wangi sekali, My love. Dia pakai parfum bayi apa?”Sandra terkekeh geli mendengar pernyataan suaminya. “Bayi belum boleh pakai pewangi apapun, sayang. Ini murni aroma tubuh Baby.”“Benarkah? Kok wangi sekali?” Aldric kembali mencium rambut dan pipi putrinya.Gerakan Aldric membuat bayi yang sedang menyusu itu berhenti mengisap sari makanan dari sang ibu. Matanya menatap Sandra. Kepala mungil bayi perlahan bergerak mengusel dada di hadapannya.“Tuh ‘kan, Baby jadi berhenti menyusu karena kamu ganggu,” gerutu Sandra. Wanita itu lalu mencoba memasukkan kembali area areolanya ke dalam mulut bayinya.Namun, bayi pe

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status