Share

5. Titik Buntu

Author: ReyNotes
last update Huling Na-update: 2023-01-25 11:17:51

“Sandra?”

Wanita yang dipanggil Aldric menoleh. Wajah cantiknya seketika memucat. Namun begitu, ia terlihat berusaha menguasai dirinya karena sedang bersama Alex.

Untuk sesaat mereka hanya saling menatap dengan pandangan tak percaya. Aldric meneliti wanita di depannya yang semakin anggun dengan penampilan yang sangat berbeda. Sementara Sandra dengan spontan merapatkan tubuh Alex kepada tubuhnya.

Aldric memaksa Sandra untuk berbicara. Dengan langkah berat, Ibu dari Alex itu mengikuti kemauan lelaki yang telah menyakiti hatinya bertahun-tahun yang lalu. Mereka pergi ke restoran dan meminta ruang tersendiri.

“Tuan Muda Alex, ada ruang baca kecil di pojok restoran. Kita ke sana, yuk,” tawar Marvin.

“Aku bukan Tuan Muda kamu,” balas Alex dengan ketus.

“Alex sayang, bicara yang sopan!” Sandra mengingatkan putranya dengan suara lembut.

Anak lelaki itu spontan menundukkan kepala kepada Sandra. “Maaf, Mom.”

Melihat perilaku Alex kepada Sandra, Aldric terkesima. Putranya terlihat santun pada sang Mommy. Suara wanita di depannya begitu lembut namun tegas saat berbicara dengan putranya.

“Pergilah bersama Uncle Marvin sebentar,” pinta Sandra.

Alex memperhatikan sang Mommy. Ia menganggukkan kepala kemudian melirik Aldric dengan tatapan tajam sebelum meninggalkan meja mereka.

“Anak yang cerdas,” puji Aldric.

“Terima kasih.”

Mereka saling terdiam saat pelayan datang dengan minuman pesanan mereka. Aldric menatap wanita cantik di depannya yang mengenakan pakaian tertutup dari kepala hingga ujung kakinya.

Dengan satu tarikan napas panjang, Aldric berucap. “Mengapa kamu tidak memberitahuku bahwa kita memiliki anak?”

“Karena aku tidak mau Tuan mengetahuinya. Aku tidak mau Tuan mengambil Alexku.”

Aldric mendengus pelan. “Mengapa kamu berpikir aku akan mengambilnya?”

“Sekarang apa yang Tuan inginkan?” Sandra mengabaikan pertanyaan Aldric.

“Beritahu Alex bahwa aku ayah kandungnya.”

“Untuk apa?”

Kini pengusaha sukses di depan Sandra merenung. Ia belum memiliki rencana apapun. Karir politiknya bahkan akan hancur jika partainya mengetahui ia memiliki anak di luar nikah. Apalagi saat ini ia memiliki seorang tunangan.

“Paling tidak aku akan bertanggung jawab membiayai kehidupannya.” Akhirnya Aldric menemukan jawaban.

Sandra menggeleng keras. “Aku bisa menghidupinya tanpa kurang satu apapun.”

“Bagaimanapun Alex juga anakku.” Tegas Aldric.

“Selama tiga tahun Tuan tidak mengetahuinya ‘kan? Anggap saja selamanya seperti itu.” Sandra berdiri.

Semakin lama, Sandra semakin tak sanggup berbicara dengan lelaki yang menaruh benih di rahimnya tanpa ia sadari. Rasanya seperti harus kembali ke kubangan duka saat ia hamil tanpa seorang suami. Memilih pergi jauh dari keluarga agar nama keluarga tetap bersih tanpa aib yang dibawanya.

“Sandra, please, tunggu dulu.” Aldric menahan tangan Sandra yang akan pergi.

“Lepas!” desis Sandra seraya menarik tangannya dari genggaman Aldric. “Jangan sentuh aku. Tuan lihat sendiri aku sudah berubah. Aku sudah bertobat dan tidak ingin menambah dosa. Tuan bukan mahramku,” imbuhnya lagi.

Sambil mengangkat kedua tangannya, Aldric berusaha untuk tetap mempertahankan pembicaraan dengan Sandra.

“Kita belum selesai bicara, Sandra.”

“Tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan. Aku sudah melewati badai dalam kehidupanku, jangan Tuan kembalikan lagi badai itu kepadaku. Aku tak kan sanggup. Tolong, pergilah. Anggap tak pernah ada cerita apapun di antara kita,” lirih Sandra sambil terisak.

Bagaimana mungkin tidak ada cerita antara mereka jika sekarang ada seorang anak dari hasil cerita masa lalu itu? Tapi demi melihat wajah Sandra yang memohon dan terisak di depannya, membuat Aldric sangat terluka. Hatinya tersentuh melihat wanita yang mengandung anaknya secara diam-diam itu meneteskan airmata di hadapannya.

"Apa Tuan membuat Mommyku menangis?" Tiba-tiba Alex telah berada di samping mereka.

Anak kecil itu kembali menatap tajam kepada pria di depannya. Pandangan mata anak pemberani itu membuat Adric menggeleng pelan. Tangan mungil Alex mengenggam telapak tangan sang Mommy seolah ingin memberikan kekuatan baru. 

"Mommy tidak apa-apa, Alex. Ayo, kita pergi sekarang." Sandra menganggukkan kepalanya kepada Aldric dan segera berlalu.

Aldric hanya menatap kepergian wanita cantik dan putranya itu tanpa satu kata pun. Ia terduduk kembali, merenungi pembicaraannya dengan Sandra barusan. Sialnya, ia kembali tidak dapat membuat keputusan.

Setiba di apartemen, Sandra berusaha bersikap biasa saja di depan sang putra. Mereka kini tengah berada di ranjang. Bersiap untuk melakukan rutinitas setiap malam, membaca buku atau sekedar bercerita kegiatan mereka hari ini.

“Mom?”

“Ya, sayang?”

“Apa benar Tuan yang tampan tadi adalah Daddyku?”

“Kamu sudah memiliki Daddy Luke dan Daddy Deniz, Nak.”

Dua nama tersebut adalah kakak kandung Sandra yang tinggal di Indonesia. Mereka bergantian datang ke Jerman untuk menemani sang adik bungsu sejak  hamil. Luke dan Deniz ‘lah yang selama ini menggantikan peran seorang ayah untuk Alex.

“Tapi wajahnya sangat mirip denganku ‘kan?” Alex menatap sang Mommy dengan raut wajah penasaran.

“Ada banyak orang dengan kemiripan di dunia ini, Alex.”

Alex tidak menjawab. Tangannya bergerak-gerak memainkan rambut sang Mommy. Usianya baru 3 tahun, tetapi Alex memiliki kecerdasan berbahasa serta berpikir yang sangat baik.

“Bagaimana kalau Tuan itu datang lagi, Mom?”

“Mommy rasa dia akan kembali ke negaranya dan kita tidak akan bertemu dengannya lagi.”

***

Telah satu jam Aldric tercenung memandang city light dari jendela kamar hotelnya. Sebagai seorang pengusaha dan politikus, ia terbiasa menyelesaikan masalah dengan keputusan yang selalu tepat. Tapi saat ini, ia benar-benar menemukan titik buntu, tak tau harus melakukan apa.

“Nyonya Sandra telah menyelesaikan program S2 di University of Hamburg. Sekarang beliau mengajar sebagai dosen literasi di universitas yang sama.”

“Menurut tetangga di kediaman Nyonya, ia selalu rutin dikunjungi oleh dua orang lelaki yang disebut Alex sebagai daddy. Mereka adalah kakak-kakak kandung Nyonya dari Indonesia.”

Asisten pribadi Aldric terus mengungkapkan penyelidikannya tentang Sandra dan Alex. Walaupun tanpa komentar apapun dari Tuannya, ia terus berbicara hingga semua informasi tersebut telah selesai ia sampaikan.

Dengan mengembuskan napas panjang, Aldric menatap Marvin. “Jadi Sandra belum menikah?”

Marvin menggeleng pelan menjawab pertanyaan Aldric yang telah dua kali Tuannya tanyakan.

“Lalu bagaimana, Tuan? Apa yang akan kita lakukan sekarang?”

“Siapkan pesawat. Kita kembali ke Inggris.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
FR3Y GG
like father like son
goodnovel comment avatar
greenhulk
alex kecil kereenn nih kymy
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • CINTA SATU MALAM DENGAN CEO   392. Akhir yang Bahagia

    Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun

  • CINTA SATU MALAM DENGAN CEO   391. Keluarga Ideal

    Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya

  • CINTA SATU MALAM DENGAN CEO   390. Sandra Bule

    “Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa

  • CINTA SATU MALAM DENGAN CEO   389. Menikmati Peran Baru

    Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa

  • CINTA SATU MALAM DENGAN CEO   388. Menertawakan Masa Lalu

    Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin

  • CINTA SATU MALAM DENGAN CEO   387. Kompak

    Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status