Home / Romansa / CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU / 16. Rahasia yang Terbongkar

Share

16. Rahasia yang Terbongkar

Author: A. Rietha
last update Last Updated: 2025-05-10 07:54:39

Suara bariton yang sangat familiar itu membuat Miranti membeku. Miranti mendapati Adrian berdiri di luar pintu dapur.

Tubuh tingginya tampak tegap dalam balutan kemeja biru tua yang digulung hingga siku. Namun, wajahnya yang biasanya tenang kelihatan gelisah.

”Pak Adrian? Ada apa?” Miranti meletakkan roti yang dibawanya ke atas meja pantry. Jantungnya berdegup kencang. ”Bianca—"

”Bianca sakit,” jawab Adrian langsung. ”Dia diare sejak pagi.”

Miranti mendekati laki-laki itu cepat, hampir menabrak Pipit yang masih menghalangi pintu dapur, ”Parah?”

”Dokter sudah memberikan obat, tapi Bianca butuh kamu,” lanjut Adrian dengan suara rendah. ”Dia tidak mau minum dari dot.”

”Jadi ini majikanmu?” tanya Pipit, tak berusaha menyamarkan nada ingin tahunya.

Miranti hanya mengangguk singkat, terlalu fokus pada keadaan Bianca untuk meladeni rasa ingin tahu Pipit.

”Saya Adrian,” pria itu memperkenalkan diri dengan singkat, ”Saya butuh Miranti untuk menyusui Bianca, bayi saya, sekarang juga. Dia menola
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   22. Nyonya Linda Himawan

    Lima tahun yang lalu…”Jadi ini yang kalian lakukan saat semua pegawai sudah pulang?”Adrian dan Miranti kaget bukan kepalang saat suara keras terdengar di belakang mereka. Keduanya langsung melepaskan pelukan, dan menoleh ke arah pintu.Miranti hanya bisa menundukkan kepala saat Nyonya Linda Himawan berdiri berkacak pinggang dengan mata melotot di ambang pintu. Adrian yang mendengar teguran itu juga hanya bisa berdiri kaku.”Maaf, Nyonya Linda,” sahut Miranti takut.Miranti sangat mengenal Nyonya Linda Himawan. Istri Direktur sekaligus petinggi eksekutif di Andromeda Mall tempatnya bekerja sebagai pegawai magang.”Ini bukan tempat untuk pacaran,” ujar Linda dengan nada dingin, ”Apalagi setelah jam kerja.”Adrian akhirnya memberanikan diri untuk berbicara, “Kami minta maaf. Tapi ini tidak seperti yang Anda pikirkan.””Oh begitu?” Linda menatap lekat-lekat kedua muda-mudi yang tertangkap basah olehnya itu, ”Lalu apa yang sedang kalian lakukan malam-malam begini, berpelukan di tempat y

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   21. Aku Harus Bagaimana

    ”Sebaiknya kau tinggal di sini. Bukan untuk beberapa hari, tapi seterusnya.”Miranti mendongak menatap Adrian. Hal ini sudah sangat sering mereka bicarakan, tapi Miranti tetap kukuh dengan pendiriannya.Selama ini Miranti merasa akan lebih baik jika mereka tinggal terpisah. Miranti hanya tak mau menimbulkan masalah apalagi masalah dengan keluarga Adrian.”Kita sudah sering membahas ini, tapi maaf, aku tak bisa,” jawab Miranti.”Kenapa? Kau hanya bilang kalau itu yang terbaik. Tapi terbaik untuk siapa?” Adrian bertanya dengan tangan bersedekap di depan dadanya.Miranti hanya tersenyum tipis. Seharusnya Adrian sudah tahu alasannya tanpa perlu banyak bertanya.”Mungkin aku terpaksa merepotkanmu selama beberapa hari ke depan,” ucap Miranti lesu, ”tapi aku tak bisa tinggal di sini untuk seterusnya.”Adrian menautkan alisnya. Wajahnya tampak kecewa dengan kekeraskepalaan Miranti.”Jadi, kau masih mau kembali ke kos itu. Setelah bapak kosmu yang brengsek itu ingin memperkosamu?” Suaranya men

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   20. Dalam Dekapan

    ”Miranti, kau tidak apa-apa?”Suara yang sangat Miranti kenal membuatnya membuka mata dengan cepat. Pandangannya yang kabur perlahan menangkap sosok Adrian yang berjongkok di sebelahnya dengan wajah cemas.Rambut pria itu berantakan, napasnya tersengal, dan matanya—mata cokelat tua itu—dipenuhi kemarahan dan kekhawatiran yang bercampur aduk.”A-Adrian?” bisik Miranti tak percaya.Adrian melempar balok kayu yang dipegangnya ke sembarang arah. Suara berdebam keras memantul di dinding gudang ketika balok itu mendarat. Kedua tangannya yang hangat kemudian meraih bahu Miranti yang gemetar.”Aku di sini. Kau aman sekarang,” ucapnya dengan suara dalam yang menenangkan.Dengan lembut, Adrian membantu Miranti berdiri. Kaki perempuan itu nyaris tak mampu menopang tubuhnya sendiri.Sesuatu dalam diri Miranti runtuh. Bendungan emosi yang ditahannya sejak tadi jebol seketika. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan. Isakan keras keluar dari tenggorokannya yang terasa perih.”Dia... dia menco

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   19. Rudapaksa

    ”Saya mau pulang saja.”Miranti mundur selangkah untuk menyelamatkan dirinya. Sekarang ia tahu pikiran kotor Darto. Dan bodohnya, Miranti baru menyadarinya sekarang,Miranti menepis tangan Darto. Jantungnya berdegup liar, memukul-mukul rusuknya supaya ia cepat melarikan diri. Ucapan Darto membuatnya waspada. Instingnya berteriak supaya ia segera menjauh.”Mau ke mana?” Darto menyeringai, giginya berkilat di bawah cahaya bulan yang redup. ”Kita belum selesai bicara, Mbak Miranti.””Saya harus pulang,” Miranti berusaha menjaga suaranya tetap tenang meski tubuhnya gemetar. ”Besok saya harus kerja lagi.””Kerja lagi atau melayani majikan di tempat tidur lagi?” Darto mendengus. ”Pasti menyenangkan ya, bisa bergulat panas di ranjang dengan majikanmu.”Miranti tak mau lagi mendengar ucapan Darto yang merendahkannya. Ia membalikkan tubuhnya dan hendak berlari kembali ke arah kos, tapi tangan Darto lebih cepat, mencekal lengannya yang kurus.”Lepaskan!” Miranti memberontak, tapi cengkeraman Da

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   18. Muslihat

    Setelah dua hari menginap di rumah Adrian, Miranti baru bisa pulang. Selama sakit Bianca benar-benar lengket dan tidak mau pisah dengannya. Miranti sendiri juga tidak tega meninggalkan Bianca dalam kondisi seperti itu.Miranti baru bisa meninggalkan Bianca setelah memastikan bayi mungil itu tidak rewel lagi. Bianca sudah mau digendong Asti. ”Besok pagi aku kembali,” bisiknya pada Adrian sebelum pergi, mengabaikan tatapan kecewa pria itu.Mianti berjalan menyusuri trotoar menuju tempat kosnya. Malam belum begitu larut. Masih banyak kendaraan yang lalu lalang.Ponselnya bergetar. Pesan dari Adrian.Sudah sampai mana?Miranti mengetik cepat: Hampir sampai kos.Belum larut, tapi gang menuju kosnya sudah sepi. Di ujung gang, lampu pos ronda berkedip suram menunjukkan siluet seseorang duduk di salah satu bangku di pos ronda.Miranti memicingkan mata, mengenali sosok yang duduk sendirian di sana—Pak Darto, bapak kosnya.Asap rokok meliuk-liuk di sekitar pria itu. Saat menyadari kehadiran M

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   17. Gosip Panas

    Pipit berjalan tergesa menuju rumah Bu Darto. Diketuknya pintu rumah itu dengan tidak sabar. Ketukannya semakin keras saat tidak ada sahutan dari dalam rumah.Tak berselang lama pintu rumah terbuka. Bu Darto kelihatan tidak senang karena harus meninggalkan sinetron favoritnya. Dahi wanita gemuk pendek itu berkerut saat menatap Pipit yang berdiri di depan pintu rumahnya.”Ada apa, Pit? Mukamu kelihatan panik begitu,” tanya Bu Darto sambil mengamati raut wajah Pipit yang tampak tidak tenang.Pipit menoleh ke kiri dan kanan, matanya menyipit waspada.”Saya punya informasi penting. Tentang Miranti. Kita bicara di dalam saja, Bu,” bisik Pipit dengan suara rendah seperti takut ada yang akan menguping pembicaraan mereka.Bu Darto merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Wajahnya seketika ikut menegang. Penghuni baru itu memang sejak awal sudah membuatnya penasaran. Terlalu pendiam, terlalu tertutup untuk ukuran seorang yang mengaku sebagai pengasuh bayi.”Masuklah!” ajak Bu Darto sambil membu

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   16. Rahasia yang Terbongkar

    Suara bariton yang sangat familiar itu membuat Miranti membeku. Miranti mendapati Adrian berdiri di luar pintu dapur.Tubuh tingginya tampak tegap dalam balutan kemeja biru tua yang digulung hingga siku. Namun, wajahnya yang biasanya tenang kelihatan gelisah.”Pak Adrian? Ada apa?” Miranti meletakkan roti yang dibawanya ke atas meja pantry. Jantungnya berdegup kencang. ”Bianca—"”Bianca sakit,” jawab Adrian langsung. ”Dia diare sejak pagi.”Miranti mendekati laki-laki itu cepat, hampir menabrak Pipit yang masih menghalangi pintu dapur, ”Parah?””Dokter sudah memberikan obat, tapi Bianca butuh kamu,” lanjut Adrian dengan suara rendah. ”Dia tidak mau minum dari dot.””Jadi ini majikanmu?” tanya Pipit, tak berusaha menyamarkan nada ingin tahunya.Miranti hanya mengangguk singkat, terlalu fokus pada keadaan Bianca untuk meladeni rasa ingin tahu Pipit.”Saya Adrian,” pria itu memperkenalkan diri dengan singkat, ”Saya butuh Miranti untuk menyusui Bianca, bayi saya, sekarang juga. Dia menola

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   15. Konfrontasi Dimulai

    Miranti baru saja menyelesaikan lipatan terakhir pakaian yang ia setrika ketika ketukan di pintu kamarnya terdengar. Miranti membuka pintu kamarnya dan melihat Bu Darto berdiri di luar kamar kosnya.”Siang, Bu,” sapa Miranti. Ia bergegas merapikan rambut dan menyeka keringat yang menetes di dahinya..”Boleh saya masuk, Mbak Miranti?” tanya Bu Darto, matanya dengan cepat menjelajahi kamar di balik bahu Miranti.”Tentu, Bu. Maaf berantakan, saya baru selesai setrika baju.” Miranti mundur, memberi jalan.Bu Darto melangkah masuk, matanya menilai setiap sudut ruangan. Dia duduk di satu-satunya kursi yang ada di kamar tanpa dipersilakan, jari-jarinya saling bertaut erat di pangkuannya.”Kita belum pernah ngobrol langsung. Maklum saya baru pulang dari Semarang. Bagaimana, sudah betah di sini, Mbak?” Bu Darto memulai pembicaraan, suaranya dibuat lebih ramah.Miranti duduk di tepi ranjang. Ia menatap ibu kos yang baru kali ini ia temui. Bu Darto memang sering keluar kota untuk mengurus ibunya

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   14. Curiga

    Bu Darto baru saja pulang dari Semarang setelah beberapa minggu menemani ibunya yang terkena stroke. Tubuhnya lelah, pikirannya apa lagi. Belum sempat ia meletakkan tasnya, Pipit, penghuni kos yang terkenal suka bergosip, langsung menghampirinya.”Bu Darto sudah pulang? Alhamdulillah! Bagaimana kabar ibu di Semarang?” sapa Pipit dengan mata berbinar, jelas menunggu kesempatan untuk berbagi informasi.”Sudah membaik, Pit. Tapi masih butuh kontrol rutin,” jawab Bu Darto sambil menghela napas. ”Ada apa? Kelihatannya kamu ingin bercerita sesuatu.”Pipit mendekat, matanya berkilat penuh semangat, ”Bu Darto harus tahu tentang penghuni baru kita. Namanya Miranti dan dia tinggal di kamar yang itu!””Ada penghuni baru yang tinggal di kamar atas? Kenapa dengan dia?” tanya Bu Darto sambil melirik ke kamar kos di lantai dua. Hatinya mulai was-was.”Menurut anak-anak kos, dia itu ani-ani, Bu!” bisik Pipit dramatis, ”Masa iya dia perempuan baik-baik? Setiap hari dia pulang malam terus. Aku malah per

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status