Share

70. Teror yang Dimulai

Penulis: A. Rietha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-08 11:02:31

Jam menunjukkan pukul enam pagi ketika Rino sudah berdiri di ujung jalan, mata tajamnya terpaku pada rumah berlantai dua dengan pagarnya yang tertutup rapat. Rumah Adrian. Rumah tempat Miranti sekarang tinggal.

"Sekarang waktunya," gumam Rino sambil menyeringai.

Kesepakatan dengan Keysha masih terngiang jelas di telinganya. Ia harus membuat Miranti menderita, membuatnya takut sampai wanita itu pergi dari rumah Adrian.

Rino memilih posisi di bawah pohon yang rindang tepat di depan rumah Adrian. Tempat yang sempurna untuk mengawasi tanpa terlalu mencolok.

Rino tahu kebiasaan Miranti yang selalu membuka jendela kamar di lantai dua setiap pagi untuk mengganti udara. Ia tinggal menunggu.

Tidak sampai sepuluh menit, tirai di jendela lantai dua mulai bergerak. Rino menegakkan tubuhnya, memastikan wajahnya terlihat jelas. Kemudian sosok Miranti muncul. Rambut panjangnya masih terurai. Wajah polos tanpa riasan. Meski begitu, Miranti nampak cantik.

Mata mereka bertemu sekilas.

Miranti membeku d
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   76. Panggilan yang Tak Diinginkan

    Suara dering ponsel membuat Adrian berhenti melanjutkan kalimatnya. Miranti menatap layar yang berkilau dengan nama yang membuatnya bergidik—Rino. Tangannya bergetar saat mengambil ponsel, wajahnya memucat seketika."Angkat saja," kata Adrian dari sofa seberang, menurunkan laptopnya. "Kenapa didiamkan?"Ponsel itu berhenti berdering, tapi tak lama kemudian bunyi itu kembali mengisi ruangan. Nama yang sama. Rino. Miranti menelan ludah, jari-jarinya mencengkeram ponsel hingga buku-buku jarinya memutih."Siapa yang menelepon?" Adrian bangkit dari sofa, langkahnya mendekati Miranti yang masih terdiam. "Kamu terlihat pucat.""Ah, ini..." Miranti mengelak, menjauhkan ponsel dari pandangan Adrian. "Teman lama. Dia mau pinjam uang."Adrian mengerutkan dahi. Ada sesuatu yang tidak benar dari nada bicara Miranti. Gadis itu biasanya bicara tenang, tapi kali ini suaranya terdengar gemetar."Teman lama?" Adrian melangkah lebih dekat. "Kenapa tidak diangkat kalau hanya mau pinjam uang?""Aku... aku

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   75. Hidup dalam Bayang-Bayang

    Miranti menatap layar ponselnya dengan wajah pucat. Pesan masuk lagi. Selalu seperti ini setiap hari.Tangannya bergetar saat membaca deretan kata-kata kotor yang dikirim Rino. Pesan-pesan menjijikkan yang membuatnya ingin muntah setiap kali membacanya."Aku tahu kamu di mana, cantik. Jangan kira bisa sembunyi terus..."Miranti segera menghapus pesan itu, seperti yang selalu dilakukannya. Tapi jejak kecemasan tetap tertinggal di dadanya. Miranti sudah mengabaikan pesan maupaun panggilan telepon dari Rino, namun lelaki itu tak pernah berhenti mengganggunya. Malah semakin parah.Ia melirik Adrian yang sedang fokus pada laptopnya di ruang tengah. Pria itu telah memberikannya kesempatan kerja sebagai pengasuh Bianca. Berkat Adrian, Miranti bisa hidup nyaman dan mendapatkan gaji yang cukup besar.Adrian terlalu baik padanya. Di saat keluarganya yang lain mencercanya, tapi Adrian tetap melindunginya. Kebaikan hati Adrian itulah yang membuat Miranti merasa bersalah karena tidak jujur tentan

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   74. Menanti Kejujuran

    Adrian mengendarai mobilnya dengan pikiran yang berkecamuk. Makan siang bersama Keysha tadi seharusnya menyenangkan, tapi justru membuatnya gelisah.Kata-kata Keysha terus bergema di benaknya—tentang orang asing yang menyatroni rumahnya. Tapi, mengapa Miranti tidak pernah menceritakan hal ini padahal selama Adrian di Bali mereka kerap berkomunikasi via telepon?Selama seminggu di Bali untuk urusan bisnis, Adrian rutin menelepon rumah setiap hari. Setiap kali dia bertanya tentang keadaan rumah, Miranti selalu menjawab dengan nada tenang bahwa semuanya baik-baik saja. Tidak ada yang aneh, tidak ada masalah. Tapi sekarang Adrian tahu bahwa itu semua bohong.Mobil Adrian memasuki halaman rumahnya. Dia mematikan mesin dan duduk sejenak, mencoba menenangkan diri. Emosinya belum stabil, tapi dia harus bisa mengendalikannya. Dia perlu bicara dengan Miranti dan mencari tahu yang sebenarnya.Adrian masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamar Bianca di lantai atas. Kamar itu menjadi tempat Mi

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   73. Tipu Muslihat Keysha

    Keysha merapikan rambutnya di depan cermin mobil sebelum turun. Restoran yang dipilihnya sudah ramai pengunjung siang itu. Pilihan tempat ini bukan kebetulan—ia sudah mengatur semuanya dengan teliti.Keysha melangkah masuk dan menuju meja yang sudah dipesannya. Ia melirik ke meja disampingnya dan senyum tipis terulas pada seseorang yang duduk di meja itu.Tak seberapa lama senyum Keysha semakin merekah saat orang yang ditunggunya untuk makan siang bersama sudah datang."Adrian, terima kasih sudah mau makan siang denganku," kata Keysha sambil tersenyum manis ketika Adrian sampai di mejanya."Tidak masalah. Lagipula ini memang sudah waktunya makan siang," balas Adrian sambil duduk di deepan Keysha.Bukan tanpa rencana Keysha mengatur pertemuan siang itu. Keysha dengan sengaja memilih meja di tengah restoran, tepat di sebelah meja yang sudah diduduki oleh Rino dan seorang temannya. Adrian tidak menyadari kehadiran Rino karena posisi duduk mereka yang saling membelakangi."Bagaimana perj

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   72. Pesan Menjijikkan

    Bunyi notifikasi ponsel kembali berbunyi untuk kesekian kalinya pagi itu. Miranti melirik layar dengan malas, sudah tahu siapa yang mengirim pesan tanpa perlu membukanya. Nama Rino tertera jelas di layar, seperti hantu yang tak pernah pergi."Lagi?" gumamnya sambil mengayun Bianca yang mulai rewel di pangkuannya.Bayi berumur enam bulan itu adalah alasan mengapa Miranti masih bertahan di rumah ini—menjadi pengasuh untuk putri majikannya, Adrian.Ponsel itu bergetar lagi. Dan lagi. Miranti menekan tombol volume hingga suara notifikasi tak terdengar lagi meskipun getaran ponsel itu masih terasa. Seperti detak jantung yang tak pernah berhenti—mengingatkannya pada sosok yang ingin sekali ia lupakan.Sudah seminggu sejak pertemuan tak terduga itu. Seminggu sejak mata Rino menatapnya dengan tatapan aneh yang membuat bulu kuduknya berdiri. Dan sejak itu pula, hidup Miranti tak pernah tenang.Bianca menangis lebih keras. Miranti mengalihkan perhatiannya, menggendong bayi itu sambil bersenandu

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   71. Lelah

    Miranti menatap layar ponselnya dengan mata yang sudah lelah. Notifikasi pesan terus berdatangan dari nomor yang sama—Rino.Panggilan masuk, pesan singkat, bahkan voice note yang isinya rayuan hingga ancaman. Mulai pagi hingga malam Rino terus mengganggunya, membuatnya tidak bisa tidur nyenyak.Miranti baru saja selesai memandikan dan menyuapi Bianca dengan bubur bayi. Miranti menghela napas sambil memandang Bianca yang kini sedang tertidur di box bayinya.Bayi berusia enam bulan itu terlihat begitu damai, tidak tahu betapa kacaunya hidup pengasuhnya."Lelah sekali hari ini," gumam Miranti sambil memijat pelipisnya yang berdenyut.Pikirannya melayang pada keputusan yang sudah bulat sejak tadi. Ia harus menemui Rino. Meski membenci mantan suaminya itu, ia tidak tahan lagi dengan gangguan yang terus datang. Rino harus mengerti bahwa mereka sudah berpisah dan tidak ada lagi yang bisa diperbaiki."Unti!" panggil Miranti pada pembantu rumah tangga yang sedang membereskan peralatan mandi Bi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status