Share

Bab 5. Nasi sudah menjadi bubur

Davin membulatkan matanya, ia terkejut mendengar ucapan yang baru saja keluar dari mulut wanita yang sudah melahirkannya itu.

"Tidak Mah, aku tidak mau," tolak Davin dengan cepat. 

"Apa kamu bilang tidak mau? Apa kamu tidak sadar apa yang sudah kamu lakukan kepada Yutta hah?" bentak Adelia. Ia tidak terima dengan penolakan Davin.

"Tapi Mah, Mamah taukan? Aku tidak mencintainya. Semua ini hanya kecelakaan mah. Dan Mamah juga tau kalau aku hanya ingin menikah dengan gadis di masa laluku," jelas Davin. Ia masih mencoba memberikan penolakan, berharap Mamahnya mengerti posisinya sekarang.

"Tidak Davin, lupakan Lian, lupakan wanita itu. Bagaimana kamu bisa menikah dengan dia, sedangkan sampai saat ini kamu masih belum menemukannya. Mamah tidak mau tau kamu nikahi Yutta, kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatan kamu." 

Yutta hanya menyaksikan perdebatan antara anak dan Ibunya itu. Entahlah, jika boleh jujur Yutta juga tidak mau menikah dengan Davin, ia sama sekali tidak mengenal laki-laki itu, terlebih sepertinya keluarga Davin dari keluarga berada, status sosial yang sangat jauh dengannya. Tapi, disisi lain Yutta juga takut, dan dia juga tak rela kalau Davin lari dari tanggung jawabnya. Davin sudah merenggut kesuciannya yang selama ini ia jaga. 

"Tidak Mah, aku tidak mau. Aku tidak mau menikah dengan Yutta." Dengan tegas Davin menolak permintaan orang tuanya itu.

"Oke, jika kamu tidak mau. Maka kita akan mencoret kamu dari nama besar keluarga kita. Kami tidak akan menganggap kamu anak kita lagi," ancam Wijaya.

Deg...

Jantung Davin terasa berhenti, ia menatap tak percaya kepada orang tuanya. Mengapa memberi ancaman seperti itu? Mengapa mereka begitu kukuh.

Davin bingung, harus bagaimana dia sekarang? Semuanya pilihan yang menyulitkan. Jika ia memilih tetap tidak mau menikahi Yutta, sudah di pastikan Davin akan   kehilangan kedua orang tuanya. Tapi jika Davin mengiyakan permintaan orang tuanya, Davin akan melanggar janjinya sendiri, janji kepada gadis di masa lalunya.  Bahwa ia akan menikahi Lian. Davin tak mau sampai nantinya ia bertemu dengan Lian, dan pada kenyataan Davin sudah menikah dengan Yutta, sudah pasti Lian akan kecewa, Lian akan membencinya.

Davin menghelai nafas baratnya, tidak ada jalan lain.

"Oke, Davin akan menikahinya," ucapnya pasrah.

Kedua orang tua Davin langsung menarik ujung bibirnya tersenyum. Mereka merasa lega.

"Itu baru laki-laki sejati!" puji Wijaya. Davin hanya tersenyum tipis.

"Tapi tanyakan dulu pada wanita itu, apa dia mau menikah denganku?'' ucap Davin.

"Bagaimana Yutta?" tanya Adelia. Yutta menganggukan kepalanya. 

"Bagus, kita akan urus semua persiapan pernikahan kalian," ujar Adelia.

"Iya dan kami akan mempercepat pernikahan kalian, sebelum berita ini tersebar dan mencorong nama keluarga," timpal Wijaya.

Davin hanya mengangguk pasrah. Walaupun sebenarnya ia tidak suka, semua ini hanya terpaksa. 

''Lian maafkan aku, aku berjanji akan menceraikannya jika kita bertemu nanti, aku akan tetap menikahimu. Ku harap nanti kamu mengerti posisiku, aku akan menjelaskan semua ini padamu. Percayalah padaku Lian, tidak ada wanita yang akan menggantikan kamu di hatiku. Walau pun wanita ini akan menjadi istriku nantinya. Tapi kamu akan tetap menjadi wanitaku satu-satunya,'' gumam Davin.

"Oke kalau begitu, Yutta dimana tempat tinggal kamu?" tanya Adelia.

"Tidak jauh dari hotel ini Nyonya," jawab Yutta, sambil menundukkan kepalanya.

"Emm, begitu. Ya sudah kasih tau dimana alamatnya? Besok kami akan ke rumah kamu, menemui orang tua kamu, kami akan melamar kamu terlebih dahulu."

"Saya tinggal sendiri Nyonya, orang tua saya sudah tiada," jawab Yutta dengan suara lirih.

"Maksud kamu?"

"Saya anak yatim piatu Nyonya, orang tua saya sudah meninggal sejak saya masih bayi," jelas Yutta.

Adelia merasa sangat iba, "ya sudah kalau begitu kamu ikut tinggal bersama kami saja, lagian sebentar lagi kamu akan menjadi istri Davin."

"Iya benar kata istri saya, lebih baik kamu ikut saja," timpal Wijaya.

"Tidak usah Tuan, Nyonya. Saya bisa tinggal di kost saja," tolak Yutta dengan halus.

Melihat wajah Davin sangat tidak bersahabat, seperti mengisyaratkan jika dia tidak boleh mengikuti permintaan orang tuanya, membuat Yutta menolaknya.

"Tidak, pokoknya kamu harus ikut, sekarang ayo kita ke kost-an kamu. Bawa barang-barang kamu yang penting saja, setelah itu kita pulang ke rumah saya," ucap Adelia. 

Yutta nampak berpikir, dengan ekor mata yang melirik kearah Davin. Takut, itulah yang saat ini Yutta rasakan. Melihat wajah Davin yang terlihat sangat tidak bersahabat.

"Sudah sebaiknya kamu ikutin saja mau istri saya, karna dia akan terus mendesak jika kamu tidak mengiyakannya," sahut Wijaya.

Akhirnya, mau tidak mau terpaksa Yutta menganggukan kepalanya. Adelia dan Wijaya membawa Yutta keluar dari kamar tersebut.

Kini hanya tinggal Davin dan sekertaris Ken.

Davin terlihat frustasi, beberapa kali ia menyugar rambutnya dengan kasar.

"Ken, harus bagaimana aku sekarang?" tanya Davin.

"Ya, bagaimana lagi Bos. Nasi sudah menjadi bubur. Sudah terlanjur,"  jawab sekertaris Ken.

"Bagaimana dengan Lian, Ken? Jika aku menikah dengan Yutta, itu sama saja aku melanggar janjiku sendiri Ken," lirih Davin.

"Mungkin ini sudah saatnya Bos melupakan nona Lian," sahut Ken.

"Melupakannya? Itu tidak mungkin Ken, kau tau aku pernah meninggalkanya! Aku  menyesalnya sampai sekarang. Itu mustahil Ken!"

"Tidak ada yang mustahil Bos, mungkin ini rencana Tuhan, Bos dan Nona Lian, mungkin tidak berjodoh," ucap Ken. 

"Sudahlah, ngomong dengan kamu sama saja Ken. Kau malah membuatku semakin pusing," kesal Davin.

"Keluar sana," lanjutnya, mengusir sekertaris Ken.

Sekertaris Ken mengangguk, ia pun keluar dari kamar tersebut. Sekertaris Ken meninggalkan Hotel tersebut, ia terlihat menghubungi seseorang.

Sekertaris Ken kini tengah berada di lobby.

Tak lama kemudian, pak Indra datang. Laki-laki itu terlihat menundukan kepalanya, sambil berjalan kearah sekertaris Ken.

"Ada apa sekertaris Ken?" tanya pak Indra, ia terlihat ketakutan. Jika sekertaris Ken memanggilnya sudah di pastikan pasti sedang ada masalah.

"Kau tau siapa Yutta?"

"Yutta..." ucap Pak Indra. Laki-laki itu terlihat berpikir.

"Iya, tadi saya menyuruhmu untuk membawakan minuman untuk Bos Davin, dan kau menyuruh wanita itukan bukan?" jelas Ken.

"Oh iya sekretaris Ken, ada apa ya? Apa di bikin masalah?" tanya Pak Indra. Raut wajah kecemasan terpancar dari wajahnya.

"Tidak," sahut sekertaris Ken bohong. Tidak mungkin dia bilang masalah yang baru saja menimpah Yutta, bisa-bisa ia yang diamuk oleh tuan Wijaya dan nyonya Adelia.

"Apa kamu tau asal-usulnya? Emm maksudku. Apa kamu punya CV Yutta?" lanjut Ken bertanya.

"Tidak, Yutta hanya mengantikan peramu saji yang tidak datang saja," jawab Pak Indra.

"Jadi dia tidak berkerja di sini sebelumnya?"

Pak indra langsung menggelengkan kepalanya.

"Oke, kalau begitu kau boleh pergi." 

Pak Indra pun mengangguk, lalu ia berjalan meninggalkan sekertaris Ken.

''Aku harus mencari tau, siapa sebenarnya gadis itu? Rasanya aku sangat penasaran," gumam sekertaris Ken.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status