Share

Bab 6. Persiapan pernikahan

Beberapa hari berlalu, Yutta kini sudah tinggal di rumah calon mertuanya itu. Yutta diperlukan sangat baik di sana, kedua orang tua Davin sangat menyayangi Yutta, bahkan mereka menganggap Yutta sudah seperti anak mereka sendiri. Entah mengapa Wijaya dan Adelia seperti sudah mengenal Yutta sejak lama, jelas-jelas kenyataan mereka baru bertemu dengan gadis itu saat sang putra—nya Davin melecehkan gadis itu.

Sementara itu sejak Yutta tinggal di rumah orang tuanya itu, Davin tidak pernah datang sama sekali. Tapi Wijaya dan Adelia tidak mempermasalahkan semua itu, sebelum Yutta tidak tinggal di sana pun. Anak laki-lakinya jarang sekali berkunjung ke rumah, hanya seminggu sekali itu pun jarang.

Yang terpenting saat ini Wijaya dan Adelia bisa melihat Davin menikah, calonnya sudah ada di depan mata, Wijaya dan Adelia pun yakin jika Yutta itu gadis baik-baik.

Beberapa hari tinggal di rumahnya, Wijaya dan Adelia memperhatikan sikap Yutta, gadis itu seperti gadis pekerjaan keras, santun dan cantik pula. Sangat sempurna menurut mereka, mereka rasa Davin sangat cocok dengan Yutta.

Walau pun mereka tahu, jika Davin saat ini belum bisa menerima Yutta, tapi mereka yakin suatu hari nanti Davin bisa mencintai Yutta, dan mereka berharap, Yutta yang sebentar lagi akan menjadi bagian hidup putranya itu, Davin bisa melupakan gadis di masa lalunya—Lian.

***

Yutta saat ini tengah bersiap-siap, tadi ia diberitahu oleh Adelia—calon Mamah mertuanya itu, jika siang ini dia akan mengajak Yutta keluar.

Tok tok tok

KLEK...

Pintu kamar Yutta terbuka, Yutta langsung mengalihkan pandangannya kearah pintu tersebut, nampak sosok Adelia masuk sambil tersenyum padanya.

“Apa kamu sudah siap Nak?” tanyanya lembut.

“Sudah Mah,” jawab Yutta.

“Oke, kalau begitu ayo kita berangkat sekarang.” Adelia menarik tangan Yutta dengan lembut. Yutta tersenyum sambil mengangguk, lalu mereka pun berajak keluar dari kamar tersebut.

Di depan sopir terlihat sudah berdiri di samping mobil milik Adelia yang mewah itu. Sopir tersebut langsung membukakan pintu mobil untuk majikannya itu.

Adelia dan Yutta pun segara masuk, setalah sopir menutup pintu mobil itu kembali, ia pun bergegas menyusul masuk ke dalam mobil tersebut, duduk di kursi pengemudi, dan mulai melajukan mobilnya.

“Mah kita mau kemana?” Yutta memberanikan diri untuk bertanya. Karna sebelumnya Adelia tidak mengatakan mereka akan pergi kemana hari ini.

“Oh sayang, Mamah lupa kasih tau kamu. Besok itu hari pernikahan kamu dan Davin akan dilakukan,” ujarnya begitu antusias.

Semantara Yutta ia membulatkan matanya. Yutta terkejut, ia sama sekali tidak menyangka jika pernikahannya dengan Davin akan dilakukan secepat ini.

“Setalah kejadian itu, Mamah dan Papah sudah berunding untuk menentukan hari pernikahan kalian. Dan Mamah rasa lebih cepat lebih baik juga. Niat baik jangan di tunda-tunda, kalau istilah orang tua jaman dulu. Terus Mamah lupa kasih tau kamu Yutta, karna belakang ini Mamah juga sibuk mengurus persiapan untuk pernikahan kalian,” sambung Adelia.

Yutta masih terdiam, rasanya masih tidak percaya. Besok ia akan menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak mencintai itu, bahkan sampai detik ini, setalah kejadian yang menimpanya dan Davin itu. Yutta belum lagi melihat batang hidung laki-laki tersebut.

“Tapi kamu tenang aja, semuanya sudah Mamah atur dan dipersiapkan dengan baik. Kamu dan Davin besok tinggal menikmati hari bahagia kalian saja,” kata Adelia lagi.

‘Hah? Apa aku tidak salah dengar! Hari bahagia, bukankah itu malah sebaliknya. Aku tidak yakin besok akan manjadi hari bahagiaku, yang ada besok adalah hari dimana penderitaku bermula. Ya Tuhan... apakah engkau tidak kasian padaku, selama ini aku selalu hidup dalam kesulitan. Bisakah aku pergi saja dari sini, meninggalkan kenyataan ini. Aku tidak mau menikah dengan laki-laki itu,’ batin Yutta.

Sebenernya Yutta sudah berulang kali mencoba kabur dari rumah mewah milik orang tua Davin itu. Tapi sialnya, di sana penjagaan sangat ketat, bahkan di depan kamarnya saja ada dua laki-laki yang seperti patung hidup, dua puluh empat jam mereka berdiri di sana. Yutta sama sekali tidak ada kesempatan untuk keluar dari rumah itu, jika keluar kamar pun, dua patung hidup itu pasti akan bertanya terlebih dahulu, dia mau kemana, mau apa dan lain sebagainya.

Sungguh menyebalkan!

“Sayang kenapa kamu kok malah bengong?” tanya Adelia pada Yutta, sadari tadi ia memperhatikan calon menantunya itu hanya diam dengan tatapan kosong.

“Eh iya Mah. Aku gak apa-apa kok,” jawab Yutta, sedikit tersentak.

Adelia tersenyum lalu mengusap kepala Yutta. “Mamah tau semua ini memang tidak mudah. Baik untuk kamu dan juga Davin, tapi kalian berdua tidak akan pernah bisa lari dari pernikahan ini. Mungkin ini sudah takdir kalian bersama, walau pun pertemuan awal kalian sangat buruk dan Davin bersikap kurang ajar sama kamu. Tapi, Mamah harap nanti setalah kalian menikah, kamu bisa menerima Davin. Buatlah Davin mencintai kamu Yutta, hanya kamu harapan Mamah, berjanjilah!” pinta Adelia.

“Mah, Yutta tidak berjanji. Karna pada dasarnya kita tidak akan bisa mengatur perasaan seseorang. Tapi Yutta akan berusaha membuat Davin menerima Yutta.” Entah apa yang merasuki pikiran Yutta, tiba-tiba saja ia berujar seperti itu pada calon mertua itu. Yutta merasakan sesuatu yang berbeda pada Davin, tapi bukan cinta, entahlah Yutta juga tidak mengerti.

“Terima kasih Nak. Davin memang sedikit keras kepala, tapi sebenernya dia itu laki-laki penyayang. Mamah yakin kamu pasti bisa menaklukkan hati Davin.”

‘Ya semoga saja, tapi aku tidak akan berharap banyak,’ bisik hati Yutta.

Tak lama kemudian mereka pun sampai di salah satu tempat, tempat dimana kebanyakan wanita memanjakan dirinya di sana.

“Ayo sayang, kita sudah sampai,” ucap Adelia, mengajak Yutta keluar dari mobil tersebut.

Yutta hanya mengangguk, pintu mobil sudah terbuka terlebih dahulu sebelum mereka membukanya, sang sopir sangat gesit membukakan pintu mobil tersebut untuk Nyonya-Nyonya itu.

“Mah kita mau ngapain ke sini?” tanya Yutta. Ia nampak heran, untuk apa Adelia membawanya ke tempat seperti ini? Salon dan Spa.

“Besok itu hari bersejarah untuk kamu dan Davin, bukan kalian saja. Tapi kita semua. Jadi kamu harus terlihat sempurna sayang,” jawabnya.

“Tapi Mah, Yutta gak pernah ketempat beginian. Lagian ini tempat orang-orang sosialita, Yutta malu Mah.” Yutta mencoba menolak ajakan calon mertuanya itu. Dan ia juga tidak pernah melakukan perawatan sebelumnya, jangankan untuk perawatan, untuk makan sehari-hari saja dia harus banting tulang terlebih dahulu. Apa lagi ini tempatnya elit, Yutta rasanya ragu dan malu untuk masuk ke dalam sana.

“Sudah, gak apa-apa. Lagian nanti di sana kita bakalan di manjakan, pokoknya kamu ikut saja oke.” Adelia menarik tangan gadis itu dengan lembut. Mau tidak mau Yutta pun menurut.

Saat masuk ke dalam sana, mereka langsung di sambut ramah.

Tanpa basa-basi lagi, Adelia meminta salah satu pegawai wanita di sana untuk mengurus Yutta, lagi Yutta hanya menurut saja.

***

“Bos, Nyonya menyuruh kita pulang hari ini,” ujar Ken yang baru saja masuk ke dalam ruangan Davin.

“Untuk?” tanya Davin singkat, tanpa melihat lawan bicaranya itu.

“Jangan bilang Bos lupa?” selidik Ken.

“Apa sih Ken? Bisa gak bicara dengan jelas!”

Helaian nafas berat terdengar dari sekertarisnya itu, Ken mengelengkan kepalanya.

“Besokkan hari pernikahan Bos dengan Nona Yutta!” jelas Ken.

Deg!

Davin langsung mengalihkan pandangannya pada sekertarisnya itu.

“Kenapa?” Ken menatap Davin bingung.

“Sial, kenapa kamu tidak memberitahu aku Ken!” pekiknya.

“Lah?” Ken nampak semakin bingung. Apa lagi ia melihat Bosnya itu langsung bergegas.

“Bos mau kemana?” tanya Ken saat Davin berjalan melewatinya.

“Mau membatalkan semuanya-lah!” jawab Davin terdengar begitu enteng.

“Apa Bos yakin?”

Davin langsung mengehentikan langkahnya, lalu berbalik dan menatap Ken dengan tajam.

“Kenapa kau berbicara seperti itu? Apa kau meremehkan ku hah?” bentak Davin.

“Tidak! Sudahlah terserah Bos saja.” Ken langsung berajak keluar dari ruangan Davin.

Davin mematung sambil menatap Ken yang kini berjalan melewatinya itu. Benar-benar Sekertaris tidak sopan! Pikir Davin.

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status