Share

18. LEBIH BAIK KITA AKHIRI

Espresso yang tadi dipesannya sudah tandas. Dhira melirik ponselnya. Panggilan dari Dhimas sudah bertambah. Beberapa pesan juga terlihat memenuhi aplikasi yang sering Dhira gunakan. Tangan Dhira bergetar ketika memberanikan diri untuk menghubungi Dimas. Sudah terlalu lama dia menghabiskan waktu untuk melamun di sini. Sekarang atau nanti, dia dan Dimas harus tetap menghadapi kenyataan itu.

“Halo, Dim...”

Kamu di mana?

“Di kafe seberang rumah sakit.”

Oke. Tunggu di sana. Jangan kemana-mana.

Benar saja, tak sampai setengah jam Dimas sudah datang. Langkah panjangnya segera menuju ke tempat istrinya itu duduk. Segera dipeluknya Dhira dengan hangat. Seolah mereka sudah tidak bertemu berhari-hari.

“Ini apa-apaan sih. Malu diliatin orang.” Omel Dhira.

“Emang kenapa? Kamu istriku. Kita nikah udah lima tahun, masa kamu masih aja malu kalau aku peluk di tempat umum.” Goda Dimas.

“Ya tetep aja aku malu. Kamu lagi nggak sibuk? Kok bisa langsung ke sini?”

“Urusan istriku jauh lebih penting dari ap
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status