Share

COWOK BERMATA DINGIN
COWOK BERMATA DINGIN
Penulis: Andi Sasa

I hate you but i love you

Bab 1

"Kesehatanku menurun akhir-akhir ini karena perbuatanmu, Kak. I hate you but i love you," gumamku lirih seraya meraba perutku yang mulai kelihatan gendut.

"Kesehatanmu menurun bagaimana, Aya?" tanya Kak Adit dengan penuh perhatian.

"Aku sering pusing kemudian muntah-muntah, Kak," ujarku lagi.

"Tapi aku harus bagaimana, Aya?" tanya Kak Adit mengacak rambutnya dengan raut muka yang kelihatan gusar.

"Aku juga tidak tahu harus bagaimana, Kak. Aku masih semester satu dan sudah harus hamil seperti ini? Aku harus bagaimana!" teriakku sambil menangis tersedu-sedu.

"Sabar, kita cari jalan keluarnya." Kak Adit merengkuh tubuhku ke dalam pelukannya.

"Tapi aku malu kalau perut ini semakin membesar, Kak. Apa nanti kata Mama dan Papaku?" tanyaku yang masih menangis terisak-isak.

"Iya... sabar kasih aku waktu untuk berpikir." Kak Adit berkata sambil mengecup keningku seakan ingin memberi aku keyakinan kalau semua akan berjalan dengan baik.

"Hapus air matamu, kita jalan-jalan keluar menenangkan pikiran," Kata Kak Adit seraya mengambil helm dan berjalan keluar dari kosnya.

Akupun mengikutinya dari belakang dan hari itu kami jalan-jalan berkeliling kota tanpa tujuan yang jelas dan saat kembali ke kos, kami melakukannya lagi. Kali ini kami melakukannya dengan kesadaran tanpa dipengaruhi oleh minuman apapun.

Kejadian ini merupakan awal dari semua bencana yang menimpaku dan kejadian tak terlupakan yang menghancurkan semua masa depan impian remajaku.

Di usiaku yang baru menginjak sembilan belas tahun dan masih semester dua  di bangku kuliahku, saat itulah aku pertama mengenal yang namanya cinta dan tertarik pada seorang Asisten Dosen yang bermata sangat dingin, tetapi kedinginan matanya itulah yang membuat aku terperosok ke dalam lubang kehancuran, yang juga akhirnya membuatku melangkah tertatih sendirian akibat pergaulan yang tidak sepantasnya.

Aku masih ingat kejadian malam itu, kejadian yang sebenarnya tidak kami sadari karena apa yang sudah kami lakukan dalam pengaruh minuman keras yang kami tenggak, kejadian yang  membuat aku harus kehilangan mahkota yang seharusnya aku jaga.

Tapi setelah kejadian itu kami bukannya berhenti melainkan tambah dimabukan oleh napsu sehingga kami mengulanginya lagi, lagi dan lagi, kelakuan kami yang berulang hingga akhirnya aku merasakan sering mual dan pusing tanpa sebab apapun.

Karena apa yang menimpaku ini membuat aku terjatuh sedalam-dalamnya dengan jutaan bahkan miliaran pertanyaan berkecamuk di dalam benakku.

"Apakah cita-citaku ingin menjadi seorang sarjana harus kandas karena keadaan ini? Apakah cita-citaku ingin melihat toga di kepalaku akan pupus dan hancur dan tak perlu kukejar lagi? Apakah semua harapan orang tuaku harus pupus dan aku akan menyerah begitu saja dengan keadaan ini?" beribu pertanyaan lainnya dan rasa sesal yang dalam memenuhi kepalaku. 

*******

Namaku Rahaya dengan nama kecil Aya, Aku terlahir sebagai bungsu dari dua bersaudara, Ayahku seorang pensiunan dan setelah pensiun bekerja sebagai Sekuriti di sebuah hotel sementara Mamaku seorang Ibu Rumah Tangga biasa.

Kakakku satu-satunya bernama Efendi atau Kak Endi, sudah berkeluarga tetapi karena sesuatu hal istrinya pergi meninggalkan kakakku dengan membawa pergi anak mereka.

Sebagai anak bungsu dan anak perempuan satu-satunya membuat benakku tertanam kuat keinginan membahagiakan dan membuat Papa Mama bangga kepadaku, Sayangnya harapan indah itu harus pupus di tengah jalan di saat aku menapak di sebuah jalan yang salah.

*********

"Aya, kenapa melamun, Kamu besok sudah kuliah lagi, kan?" tanya Mama yang tiba-tiba muncul di depanku.

"Oh Mama, iya nih Ma, Aya gak melamun kok, Ma," jawabku gelagapan karena ketahuan melamun. Sudah dua hari kampusku ada kegiatan sehingga sebagian mahasiswanya di liburkan.

"Anak Mama sekarang sudah gede, kalau kamu punya masalah di kampus, kamu kasih tahu Mama, Sayang," ujar Mama, sepertinya Mama mengetahui kalau aku menyembunyikan sesuatu.

"Oh ya Ma, apakah Aya sudah boleh pacaran apa belum, Ma?" tanyaku iseng tidak tahu apa yang mau kutanyakan ke Mama karena aku masih memegang janji Kak Adit untuk mencari jalan keluar dari masalahku ini.

Aku beranikan diri bertanya, karena selama ini Mama melarang aku untuk pacaran dulu.

"Selesaikan sekolah kamu dulu, nggak usah mikir pacaran dulu." Begitu nasehat Mama kepadaku.

Padahal sejak SMA sudah banyak yang naksir sama aku, teman-teman Gengku juga sudah punya pacar masing-masing, tapi aku masih saja tidak boleh pacaran sama Mama 

"Aya, Mama ngerti perasaan kamu nak, teman-teman kamu pasti sebagian besar sudah punya pacar, Mama ingin kamu sukses dulu, sebelum kamu mengenal apa itu cinta, Mama nggak mau kamu disakiti oleh cowok, Sayang" Kata Mama sambil mengelus rambutku.

Aku tahu Mama sangat protektif kepadaku, mungkin karena aku anak perempuan satu-satunya, sehingga Mama mempunyai harapan yang tinggi kepadaku.

"Iya baiklah, Ma." Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepalaku.

"Aya gak akan berpacaran dulu sampai Aya selesai kuliah dan sukses dalam pekerjaan," sahutku lagi.

"Okey, Mama kebelakang dulu ya," ujar Mama seraya meninggalkanku sendirian lagi dikamar.

Sebenarnya dalam hatiku sedang bergejolak, mengingat aku yang bukan saja sudah berpacaran, tetapi malahan sekarang aku sedang berbadan dua, tapi aku belum mau memberi tahu Mama akan hal ini, selama ini Mama selalu melarang aku pacaran dulu, tetapi godaan pesona kakak bermata dinginku membuat aku ingin mengenal lawan jenisku dan juga penasaran bagaimana rasanya berpacaran itu.

Dulu aku terkadang tersenyum sendiri melihat kelakuan Genkku kalau mereka membicarakan pacar-pacar mereka, sementara aku tidak ada yang bisa aku ceritakan, karena memang aku belum punya pacar, bahkan untuk mencoba pacaran pun belum berani, soalnya takut nanti aku dimarahin Mama kalau ketahuan aku pacaran.

Dan aku teringat awal pertemuanku dengan Kakak Bermata Dingin yang kutemui di loket pendaftaran kuliah, saat itu aku membayangkan seandainya kakak bermata dingin itu menjadi pacarku pasti hari-hariku akan sesibuk Lenny dan pacarnya sehari tiga kali wajib nelfon seperti minum obat saja.

Antara lucu dan sedih berbaur dalam hatiku, lucu mengingat dulu aku sangat ingin berpacaran dengan Kak Adit, Kakak bermata dingin itu dan sedih ketika di saat telah berpacaran ternyata bukan hal indah yang sepenuhnya yang kualami.

Airmataku mengalir deras membayangkan masalah yang aku alami, ditambah ancaman kalau aku akan kehilangan masa depan yang sudah aku rencanakan. Airmataku mengalir deras membasahi pipiku membayangkan kehancuran yang aku perbuat sendiri dengan tingkah lakuku.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
hobibaca
lanjutkan, semangat, author...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status