Share

boss

Selama seminggu ini, semuanya berjalan lancar, Shenna menyelesaikan pekerjannya dengan baik meskipun agak terlambat dari yang lainnya. Untungnya Rena selalu menemaninya, ia selalu membantu Shenna agar melakukan pekerjaannya dengan baik.

Shenna bergegas masuk ke dalam kantor sambil membawa banyak berkas yang diminta oleh Rena. Perempuan itu berjalan cepat saat melihat Rena melambaikan tangannya.

"Pagi kak" sapa Shenna dengan senyuman di wajahnya.

"Pagi Shen, gimana berkas yang aku minta udah kamu bawa semua?" tanya perempuan itu.

Shenna menganggukan kepalanya, lalu memperlihatkan berkas-berkas yang ada di tangan kanannya.

Dua perempuan itu menaiki lift menuju ruangan mereka yang berada di lantai tiga, sudah ada banyak sekali orang yang berkumpul dalam lift itu.

"Full mbak" ujar salah satu pria yang ada di dalam lift tersebut. Membuat dua perempuan itu mengangguk, membiarkan mereka naik lebih dulu.

"Kalau naik tangga kasian kakinya kecapean" ujar Rena agar Shenna mau menunggu sebentar di depan lift.

Rena mengajak Shenna untuk bicara tentang pekerjaan mereka, lalu entah karena apa banyak sekali karyawan yang tadinya bekerja langsung terdiam seolah menyambut kedatangan seseorang.

Suara ketukan sepatu yang bergesekan dengan lantai terdengar jelas, semua orang memasang senyuman menyambut kedatangan pria dengan kaca mata hitam dan dua bodyguard yang berjalan di sebelahnya.

"Siapa itu?" tanya Shenna dalam hati.

Seolah mengetahui apa yang ada di pikiran Shenna, perempuan yang berdiri di sebelahnya menyahut pelan. "CEO perusahaan ini" ujar Rena.

Shenna membelalakkan matanya karena terkejut mendengar penuturan Rena barusan. "CEO?" ulangnya namun dengan suara pelan, Rena bisa mengetahui bahwa perempuan itu sedang terkejut sekarang.

Shenna tidak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas, karena tertutupi oleh karyawan lain yang berdiri di depan mereka. Pria yang di sebut sebagai CEO perusahaan ini menaiki anak tangga, Shenna hanya bisa melihat punggung yang kian menjauh.

"Iya, baru dateng dari Aussie" ujar Rena memberikan jawaban lagi.

Saat lift sudah terbuka, banyak orang selain mereka berdua yang ikut masuk ke dalam sana. Shenna bisa mendengar banyak sekali gibahan tentang boss mereka itu.

"Kaget banget si bos udah dateng aja" celetuk salah satu pegawai dengan rambut pirang.

"Duh apa yang harus gua lakuin sekarang, mana salah pake kostum lagi" ujar satunya lagi karena menggunakan rok pendek super ketat.

"Ya siapa suruh pake rok begitu, emang lo ke sini mau kerja atau mau foto model" sahut Rena yang sudah akrab dengan mereka.

"Nah itu dia, tadinya gua kira si bos ga bakal langsung ngantor. Siapa tahu istirahat dulu gitu, nyantai di rumahnya karena habis terbang jauh" sahutnya perempuan dengan rok ketat itu lagi.

"Siap-siap deh gua bakal dimarahin lagi" ujar salah satu perempuan bernama Indy yang menjabat sebagai sekretaris CEO itu.

"Kenapa?" tanya Shenna pelan, karena dia baru pertama kali melihat kedatangan bos mereka.

"Lo ga tau?" tanya Indy dengan tatapan tidak percaya.

"Belum gua ceritain" ujar Rena.

Ting! suara pintu lift terbuka membuat para karyawan membubarkan dirinya, "Suruh Rena cerita aja biar lo tahu" ujar Indy sebelum pergi.

"Emang kenapa sih kak?" tanya Shenna yang masih penasaran.

Dua orang itu membuka pintu ruangan kerja mereka, ternyata baru mereka berdua saja yang datang.

"Kak" panggil Shenna lagi, berharap Rena menceritakan semuanya agar rasa penasarannya menghilang.

Rena menoleh ke sekitarnya, sebelum akhirnya menceritakan banyak hal tentang bos mereka. "Orangnya super rese Shen, pernah waktu itu ada karyawan yang salah ngerjain laporan, langsung di pecat saat itu juga" ujarnya memberikan salah satu contoh kelakuakan bosnya itu.

"Super Perfectionist dan selalu merasa paling benar" tambahnya lagi.

Shenna ngeri-ngeri sedap mendengar semua itu, apalagi ia sadar bahwa dirinya masih cukup baru dan juga sangat lambat. Apakah ini akan menjadi akhir dari cerita Shenna bekerja di perusahaan ini?

"Santai aja Shen, divisi kita paling jarang ke notice sama bos" ujar Rena menenangkan rekan kerjanya itu.

Akhirnya Shenna bisa bernafas lega, dia berjanji akan bekerja dengan sungguh-sungguh dan tidak akan melakukan kesalahan apapun. Dia akan meningkatkan pekerjaannya dan bertahan di sini.

*

Rena menatap bingung ke arah Shenna, ia ingin menyampaikan sesuatu namun tertahan karena bingung bagaimana cara mengatakannya.

Shenna yang melihatnya, akhirnya bertanya dengan apa yang terjadi. "Kenapa kak?"

"Em.." Rena menggantungkan kalimatnya seraya ingin bicara.

"Lo bisa tolongin gua ga? Sekarang gua harus bubu-buru balik karena nyokap lagi sakit, kerjaan gua tinggal dikit lagi sih" ujar Rena agak ragu mengatakannya.

"Oh gitu, iya kak gapapa kok" sahut Shenna.

"Filenya kirim langsung ke aku ya" tambahnya lagi.

"Seriusan Shen?" tanya Rena meyakinkan, takut-takut Shenna membohonginya.

"Iya kak seriusan, lagian besok juga aku ga ngampus. Jadi gapapa kalau lembur" jelas Shenna membuat Rena bernafas lega.

Pasalnya pekerjaan ini harus sudah selesai besok, Rena juga tidak mungkin meninggalkan mamanya yang sedang sakit sendirian.

Shenna juga tahu bagaimana perasaan Rena sekarang, sebagai anak yang jauh dari orang tua Shenna harus selalu memastikan bahwa mama dan papanya sehat selalu.

"Makasih banget ya Shen" ujar Rena langsung mengirim file tersebut pada komputer Shenna, sembari merapikan barang-barangnya.

Hari ini Shenna cukup banyak pekerjaan yang harus Shenna selesaikan sekarang, ia kasihan pada teman kerjanya yang terlihat buru-buru pergi karena panik dengan keadaan ibunya.

*

Shenna mengerjakan dua pekerjaan itu sekaligus, tubuhnya jadi terasa sakit di bagian punggung. Melihat sekeliling sudah sepi, membuat Shenna melihat ke jam tangan yang menunjukkan pukul setengah delapan.

Akhirnya Shenna bisa menyelesaikan pekerjaan itu tepat waktu. Ia menyimpan semua filenya dan merapikan barang-barangnya yang berantakan.

Ia merasa haus sehingga berjalan sendirian menuju kantin, hanya tersisa beberapa orang yang lembur dengan pekerjaannya.

Shenna membuat segelas kopi instant, lalu melangkahkan kakinya menuju rooftop. Banyak karyawan di sini yang mengatakan bahwa rooftop adalah salah satu tempat paling indah di gedung ini, karena mereka bisa melihat gedung lainnya dari atas.

Bahkan terasa sangat dekat dengan jutaan bintang yang ada di langit, Shenna tidak sabar untuk menikmati sepoi angin malam karena ini pertama kalinya Shenna lembur di perusahaan ini.

Ia membuka pintu rooftop dan masuk ke dalam sana, benar sekali apa yang orang-orang katakan. Lampu-lampu jalanan menyala terang, tidak lupa saat ia mendongak ke atas langit terlihat jelas pancaran sinar bintang yang indah.

Shenna duduk di sebelah tumbuhan yang di tanam di atas gedung, menyeruput kopinya dengan tenang sambil menikmati angin sepoi-sepoi yang menusuk kulitnya.

Perempuan itu menghela nafasnya kasar, meregangkan tubuhnya yang pegal lalu kembali menikmati keindahan malam di atas gedung besar.

Saat keadaan hening, ia bisa mendengar suara sesuatu dengan jelas.

BRAK!

Shenna terkejut dan hampir saja menjatuhkan pot yang ada di sebelahnya, ia sedikit bergindik ngeri karena takut ada hal aneh yang ada di gedung ini.

Ia mencoba menenangkan diri, menganggap hal itu hanya suara angin. Shenna menghembuskan nafasnya dengan teratur, tidak mau panik sendirian.

BRAK!

Suara itu kian terdengar jelas, membuat perempuan dengan sejuta rasa penasaran ini mengikuti suara itu. Ia melangkah pelan sambil berjalan mengendap-endap, sedikit takut namun tetap percaya diri bahwa Tuhan selalu bersama hambanya yang baik hati.

Shenna mencoba mengintip dari tembok, melihat apa yang terjadi di sana. Ia bisa mendengar dengan jelas, suara berat seorang Pria yang sedang berbicara dengan sambungan telepon.

Entah apa yang terjadi namun Pria itu terdengar marah, suaranya naik turun sehingga terdengar suara gebrakan.

Ya laki-laki itu terus memukul tembok karena kesal, Shenna yang semakin penasaran kembali mengintip siapa orang itu.

Saat asik mengintip dari belakang, tiba-tiba saja pria itu melihat kearahnya, membuat Shenna terkejut dan langsung berlari turun karena takut ketahuan.

Shenna tidak melihat jelas siapa pria itu karena pencahayaan di belakang tembok itu sangat minim.

Ia dengan cepat mengambil tasnya yang ada di ruangan kerja, lalu berlari ke parkiran karena pekerjaannya sudah selesai.

*

Shenna mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia merasa sangat takut sekarang, padahal tidak ada orang yang mengejarnya. Hanya saja Shenna ingin cepat-cepat sampai di apartemennya.

Saat memasuki basement apartemennya, ada mobil lain yang hendak keluar sehingga membuat Shenna terkejut dan silau dengan cahaya mobil yang menyorot matanya.

Tidak bisa menghindar sehingga Shenna menghantam pinggir mobil di depannya itu. "Huh" kaget Shenna yang langsung memegangi degup jantungnya yang berdetak kencang.

Ia keluar dari mobilnya saat melihat pemilik mobil di depannya sedang mengecek keadaan mobilnya yang terserempet oleh mobil putih Shenna.

"Duh! Pak maaf banget Pak" ujar Shenna meskipun tidak melihat siapa orang itu. Kepalanya menunduk dalam-dalam, karena tahu bahwa sebentar lagi ia akan dimarahi habis-habisan.

Pria itu diam saja, membuat Shenna semakin panik karena takut jika pria itu membawa pistol dan menembaknya di tempat. Perempuan itu terlalu banyak menonton film action, sehingga jadi parno sendiri.

Saat ia mencoba mendongak, matanya membelalak terkejut karena pria pemilik mobil itu adalah pria yang sama dengan pria yang membuat ponselnya retak.

"Eh! Om resek" ujar Shenna membuat pria itu menatap ke arahnya.

"Om! Anggap aja ini impas ya om, waktu itu kan om gak ganti rugi hp saya" ujar Shenna mencoba untuk negosiasi.

"Bisa-bisanya kamu bilang impas?" ujar pria itu tidak habis pikir. Bagaimana bisa perawatan mobilnya yang mewah ini bisa disamakan dengan harga ponselnya yang jauh lebih murah.

"Mobil saya lecet begini, kamu kalau tidak bisa nyetir mending jalan kaki saja" ujar pria itu dengan suara berat.

Pria itu mengambil ponselnya di dalam saku celana, hendak menghubungi polisi agar diusut tuntas katanya. Shenna yang tidak mau berhubungan dengan polisi langsung mengambil jalan tengah, mencari kesepakatan yang bisa ia coba.

"Om jangan om, saya tanggung jawab kok! Saya bakal tanggung jawab" ujarnya panik, suaranya terdengar memohon karena dia tidak mau berurusan dengan pihak berwajib.

"100 juta" ujar pria itu enteng.

Shenna dibuat terkejut mendengarnya, bagaimana bisa dia dengan gampangnya meminta 100 juta hanya untuk goresan sedikit pada mobilnya.

"Gila aja! Om mau meres saya ya" ujar Shenna terkejut.

"Ya sudah saya telepon polisi sekarang, silahkan berurusan dengan pihak berwajib dan selesaikan tanggung jawab kamu" ujarnya mengancam.

Shenna tidak bisa berpikir jernih lagi, ia lalu mengiyakan ganti rugi sebesar seratus juta itu. Meskipun tidak tahu kapan bisa ia lunasi hutangnya itu.

"Yaudah om, 100 juta. Tapi saya cicil ya om, kalau sekarang saya lagi ga ada" ujar Shenna memohon keringanan.

"Saya udah kerja om, jadi nanti setengah gajinya saya kirim ke rekening om. Gapapa ya om?" pria itu tertawa remeh. Membuat Shenna semakin merasa takut.

"Om saya masih kecil om, masa cewe cantik kaya saya harus mendekam di penjara sih om" ujar Shenna masih bisa terlihat pd sekarang.

Berpikir sebentar, lalu pria itu menerima tawaran Shenna. Mereka akan bertemu lagi besok untuk membahas masalah ini, karena sekarang sudah malam dan pria itu harus buru-buru pergi.

Setelah insiden tadi, Shenna mencoba untuk tenang, sekarang dia sudah berada di dalam kamarnya dan juga telah selesai membersihkan tubuhnya.

Apalagi sekarang, dia selalu saja ceroboh dan sering melakukan kesalahan. Apalagi orang tuanya sedang menghukum Shenna karena terlalu boros dan menghabiskan uang banyak kemarin.

"Sialan" keluh Shenna merutuki dirinya sendiri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status