Share

gila

Shenna membuka pintu ruang kerjanya, baru saja hendak masuk tatapan mata semua orang menatap kasihan padanya.

Shenna bingung karena mendapat tatapan seperti itu dari rekannya, termasuk Rena yang sejak tadi tidak mengalihkan perhatiannya pada Shenna.

"Kenapa sih kak?" tanya Shenna meletakkan tasnya di atas meja kerja.

"Lo kemarin lembur?" tanya Rena akhirnya bicara.

Shenna mengangguk pelan, "Iya, file yang kakak kirim juga udah aku kerjain" sahutnya sambil menghidupkan komputer yang ada di depannya.

"Em.." Rena bergumam pelan, sebelum akhirnya melanjutkan kalimatnya yang tertahan. "Pulangnya jam berapa? lo ada ngelakuin sesuatu gitu, yang salah?" tanya Rena tidak yakin.

"Jam sembilan sih sampe di rumah" sahutnya sambil menggeleng karena tidak ada hal aneh yang dia lakukan.

Rena bernafas lega, lalu berkata, "Yaudah, lanjutin aja kerjaan lo" suruhnya lalu mengalihkan perhatiannya pada layar komputer di depannya.

Indy tiba-tiba datang membuka pintu ruangan kerja membuat lima manusia yang ada di sana menoleh terkejut, "Ren, anak baru yang kemarin mana ya?" tanya Indy dengan suara cepatnya.

Shenna melirik ke arah Rena, lalu mengangkat tangannya ragu. "Shenna ya?" tanya Indy memastikan.

"Iya" sahutnya pelan.

"Sini dong, cepetan" suruhnya agar Shenna bangun dari tempat duduknya.

Shenna sempat menoleh sebentar pada Rena meminta penjelasan, namun perempuan itu menggeleng tanda tidak tahu.

"Ayo ikut" suruh perempuan mengajak Shenna pergi.

"Lo ada bikin kesalahan apa kemarin?" tanya Indy santai pada perempuan baru yang berjalan di sebelahnya.

"Engga ada apa-apa kok mbak, saya cuman lembur sampe jam delapan aja" sahutnya jujur.

"Masa sih? terus kenapa bos manggil lo kalau gitu?" ujar Indy bingung.

Jangankan Indy, Shenna yang tiba-tiba di panggil saja sangat bingung sekarang, ia merasa tidak melakukan kesalahan apapun kemarin, bahkan dia tidak tahu siapa bos di perusahaan ini.

Apa mungkin panggilan untuk karyawan baru? ah tidak mungkin, Rena bilang divisi mereka tidak begitu di lirik oleh boss. Jadi ada apa sebenarnya?

Indy mengetuk pintu ruangan CEO, lalu membukanya ketika sudah mendapat jawaban dari manusia di dalam sana.

"Selamat pagi Pak. Ini orang yang Bapak panggil sudah di sini" ujar Indy memberitahu.

"Oke" sahut Pria itu pelan, tubuhnya memunggungi dua perempuan itu sehingga Shenna tidak bisa melihat wajahnya.

Indy lalu kembali pergi meninggalkan dua orang itu karena harus melanjutkan pekerjaannya yang tertunda karena di minta memanggil Shenna.

Sekarang tinggal mereka berdua saja yang berada di dalam ruangan yang cukup besar ini. Ada lukisan indah yang terpajang di dinding, tidak lupa dengan sofa panjang yang mengisi ruangan mewah ini.

Shenna sempat terpaku menatap ruangan elegan ini, sebelum akhirnya mencoba mengembalikan kesadarannya.

"Shenna Samantha" ujar pria yang masih membelakanginya.

"Iya, Pak" Shenna menyahut pelan.

"Karyawan yang baru kerja selama satu minggu" ujar pria dengan suara bariton itu.

"Iya, Pak" sahut Shenna lagi mengiyakan.

"Karyawan paling lambat yang bekerja di divisi itu" tambah pria itu lagi dengan nada suara yang sama.

"Maaf Pak" kali ini jawaban Shenna berbeda dengan tadi. Suaranya juga berubah menjadi sedikit takut.

"Maaf?" ulang pria itu. Tangannya sibuk membaca biodata tentang Shenna yang ia minta pada sekretarisnya.

Shenna tidak menyahut, suaranya mengantung pada udara, tidak bisa ia utarakan.

"Maaf saja tidak cukup, emangnya kalimat maaf itu bisa bikin perusahaan saya jadi untung?" tanya pria yang tidak nampak wajahnya itu.

Shenna terdiam, pikirannya melayang, perempuan itu jadi merasa ketakutan sekarang. Ia lalu bisa melihat siapa nama pria yang membelakanginya itu, Arga Dawson, CEO muda yang baru menjabat di perusahaan milik keluarganya.

"Saya akan bekerja keras" ujar Shenna meyakinkan.

"Tapi saya tidak percaya" ujar pria bernama Arga itu.

"Saya akan melakukan yang terbaik, Pak" ujar Shenna lagi. Ia susah payah untuk bekerja di sini, akan sangat menyebalkan jika ia harus di usir dari perusahaan besar ini.

Menurutnya ini adalah salah satu perusahaan yang bisa membayar pekerjaannya dengan layak, meskipun lulusan SMA dan baru memasuki semester 4 perkuliahan, Shenna hampir mendapat gaji yang setara dengan sarjana lainnya.

"Ada satu hal yang bisa bikin kamu tetap bekerja di sini" ujar Arga membuat Shenna merasa sedikit tenang karena ada hal lainnya yang bisa ia lakukan.

"Apa pak?" tanya Shenna.

"Menjadi asisten pribadi saya" ujarnya agak sedikit menekan kalimat akhirnya.

"Hah?" Shenna membelalakan matanya, terkejut dengan apa yang baru saja bossnya itu katakan.

"Kenapa? mau menolak?" tanya pria itu dengan suara berat.

"Saya kan sudah ada kerjaan sendiri Pak, gimana kerjaan saya nanti kalau saya jadi asisten bapak?" tanya Shenna bingung, pria itu sudah memiliki sekretaris yang membantunya kenapa juga menambah asisten pribadi segala.

"Kalau kamu menolak, silahkan rapikan barang-barang kamu dan keluar dari gedung ini sekarang. Karena posisi kamu sudah saya berikan pada orang lain" ujar Arga dengan nada angkuh.

Shenna semakin tidak bisa percaya dengan apa yang bossnya katakan. Sangat gampang sekali pria itu mengatakan hal seperti ini. Dia bisa saja menganggap kalimat itu sepele, tapi bagi Shenna yang sudah berjuang mati-matian ini adalah sesuatu yang menyulitkannya.

Bossnya ini terkenal resek, apakah dia akan membuat Shenna tidak betah di sini. Seperti usiran halus meminta Shenna pergi.

"Pikiran selama satu menit, setelah itu kamu bisa tanda tangani kertas yang ada meja saja" ujarnya membuat Shenna semakin terkejut.

Ia mengambil kertas dengan materai 10.000 itu, lalu membaca kesepakatan kerja jika dia mengambil posisi sebagai asisten pribadi pria itu.

Kesepakatannya tidak cukup berat, namun jika dia berhenti di tengah jalan maka dia harus membayar kompensasi sebesar 1 Milyar. Gila saja, di mana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu.

"Jadi gimana? saya tidak bisa menunggu lebih lama lagi, kamu kira saya meminta kamu untuk menghabiskan waktu saya menunggu kamu berpikir?" ujar pria itu terdengar sangat angkuh.

"Pantas saja kamu bekerja lambat, berpikir seperti ini saja membutuhkan waktu yang sangat lama" ujar pria itu meremehkan.

Shenna tidak bisa pergi dari perusahaan ini, dia harus melakukannya karena harus membayar hutang pada seseorang karena insiden kemarin.

Hidup Shenna benar-benar terasa sial hari ini, sangat menyebalkan, dia juga tidak boleh meminta bantuan orang tuanya karena ia sedang dalam masa hukuman.

Shenna harus memilih jalannya sendiri, tidak bisa mengandalkan orang lain, dia juga tidak boleh membuat kekasihnya ikut menangani masalahnya sendiri.

Shenna mengambil bolpoint yang ada di sebelah kertas itu, lalu menulis tanda tangan hingga mengenai materai itu.

Ini adalah pilihannya, dalam hati perempuan itu berharap agar bisa bertahan hingga bisa melunasi hutangnya.

"Sudah saya tanda tangani" ujar Shenna kembali meletakkan bolpoint dan kertas itu di atas meja.

"Bagus, pilihan yang tepat" puji pria itu.

Shenna masih mematung di sana, penasaran dengan paras bossnya itu. Tahu bahwa Shenna menunggu pria itu memperlihatkan wajahnya, ia lalu memutar kursi kerjanya, lalu memperlihatkan senyuman yang tampak kejam.

"OM RESEK?" teriak Shenna lalu menutup mulutnya dengan kedua tangan mungilnya itu.

"Hallo, Shenna Samantha" sapa Arga dengan senyuman, berisi kekehan di akhir.

"Selamat bekerja dengan posisi baru" ujarnya dengan nada menekan pada setiap kalimatnya.

Rasanya perempuan itu ingin menghilang saja dari bumi, tolong bawa Shenna pergi, ia sudah tidak tahan lagi.

"Kamu bisa pergi sekarang" ujarnya kali ini dengan nada mengusir agar cepat pergi.

Dengan senyuman paksa, perempuan itu mengangguk dan melangkahkan kakinya yang gemetar untuk pergi dari ruangan besar itu.

"Jangan lupa untuk mengirim gajimu yang tidak seberapa pada rekening saya setiap bulan" ujar Arga mengingatkan, membuat Shenna menggigit bibir menahan malu.

"Santai aja, karyawan lainnya ga ada yang tahu kok" tambahnya lagi. Tidak ingin mendengar banyak kalimat aneh lagi, Shenna langsung mempercepat langkahnya dan menutup pintu itu dengan sopan. Meskipun dalam hati sudah banyak sekali kalimat mutiara yang ingin ia semprotkan.

*

Arga bisa mengetahui bahwa Shenna bekerja di perusahannya karena name tag yang menggantung di lehernya kemarin, jika bukan karena itu Arga tidak akan melepas Shenna dengan mudah dan percaya pada pertemuan selanjutnya.

Ia berangkat lebih pagi untuk mengecek semua data terkait Shenna, beberapa kalimat yang tertulis membuat pria itu menahan tawa karena ternyata Shenna memiliki selera humor yang amat rendah.

Ia tidak sabar untuk bekerja dengan perempuan paling aneh di dunia yang pernah ia temui, apalagi saat masalah ponselnya yang jatuh karena kesalahannya sendiri.

Dia yang salah tapi dia yang marah, Arga pikir perempuan itu tidak punya rasa takut, tapi ternyata Shenna juga manusia biasa yang tidak sempurna. Ketakutan terbesarnya adalah polisi, tentu saja semua orang pasti takut jika harus mendekam di penjara selama bertahun-tahun.

*

Shenna duduk di kantin sendirian, pikirannya terus melayang mengulang kejadian saat bertemu dengan Arga. Bagaimana bisa dia bertemu Arga di tiga tempat berbeda, pasti Tuhan sudah menuliskan takdir kesialan untuk dirinya.

Menurutnya Arga benar-benar gila karena seenaknya memindahkan posisi Shenna yang bekerja di perusahannya. Meskipun dia boss di sini, tapi tidak seharusnya dia melakukan hal seenaknya pada orang lain.

Sepertinya Tuhan memang sudah menuliskan takdir kesialan untuknya karena berhari-hari Shenna terus saja ditimpa kesialan.

"Pantesan aja banyak yang ga suka, emang otaknya gila tuh manusia" kesal Shenna menggerutu, namun suaranya pelan karena takut ada yang cepu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status