Short
Tiga Hari Terakhirku sebagai Wanita Sempurna

Tiga Hari Terakhirku sebagai Wanita Sempurna

By:  IlaksCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
12Chapters
5views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Dokter mengatakan, tanpa terapi sel terbaru, aku hanya bisa hidup selama 72 jam. Namun, Tommy Harper memberikan satu-satunya kuota pengobatan itu kepada Anna Wilson. "Gagal ginjalnya lebih parah," ujar Tommy. Aku mengangguk, lalu menelan pil putih yang akan mempercepat kematianku. Dalam sisa waktu itu, aku melakukan banyak hal. Saat penandatanganan, tangan pengacara gemetar. "Saham senilai empat triliun ini, Anda benar-benar akan mengalihkan semuanya?" Aku menjawab, "Ya, berikan pada Anna." Putriku, Clarisa, tertawa bahagia dalam pelukan Anna. "Ibu Anna membelikanku gaun baru!" "Bagus sekali, nanti dengarkan perkataan Ibu Anna, ya," ujarku. Galeri seni yang kudirikan dengan tanganku sendiri, berganti nama menjadi milik Anna. "Kakak, kamu terlalu baik," ujarnya sambil menangis. Aku menjawab, "Kamu akan mengelolanya lebih baik dariku." Bahkan aku telah menyerahkan hak atas dana perwalian orang tuaku. Tommy akhirnya menampilkan senyuman tulus pertamanya selama bertahun-tahun. "Sofie, kamu sudah berubah. Kamu nggak lagi galak. Kamu yang seperti ini, sungguh cantik." Benar, aku yang sekarat ini akhirnya menjadi Sofie Barnes yang sempurna di mata mereka. Sofie yang patuh, dermawan, dan tidak pernah membantah. Hitungan mundur 72 jam telah dimulai. Aku sangat penasaran, ketika detak jantungku berhenti, apa yang akan mereka ingat tentangku? Apakah aku akan diingat sebagai istri baik yang akhirnya belajar melepaskan, atau sebagai seorang wanita yang menyelesaikan balas dendamnya dengan kematian?

View More

Chapter 1

Bab 1

Suamiku mengatakan aku tidak cukup lembut, orang tuaku menyebutku terlalu egois, putriku mengatakan bahwa dia lebih menyayangi Ibu Anna. Jadi, aku memutuskan untuk menggunakan 72 jam terakhirku, untuk memberikan nyawaku dan segalanya yang kumiliki kepada wanita sempurna itu.

Suara dokter masih terngiang di telingaku. "Ini kanker stadium akhir. Kalau nggak segera menjalani pengobatan khusus, Anda hanya punya waktu tiga hari."

Aku bersandar di tempat tidur rumah sakit sambil memandangi jendela. Sebagai istri Tommy Harper, aku telah berusaha mempertahankan pernikahan ini selama tujuh tahun, sampai Anna Wilson muncul.

"Kamu baik-baik saja?" Pintu terbuka, suamiku, Tommy, masuk dengan wajah tidak sabar.

"Aku baik-baik saja," jawabku pelan.

Dia mengerutkan kening. "Dokter bilang kamu membutuhkan kuota terapi sel itu, tapi..."

"Tapi Anna lebih membutuhkannya, 'kan?" Aku menyelesaikan kalimatnya sambil tersenyum pahit.

Anna Wilson, gadis yatim piatu dari panti asuhan yang kukenal saat aku berusia 12 tahun. Aku yang membujuk orang tuaku untuk mengadopsinya. Aku menyayanginya seperti adik kandungku sendiri. Tidak kusangka, dialah yang akhirnya merebut segalanya dariku.

"Sofie, kamu harus mengerti." Suara Tommy melunak. "Keadaan Anna lebih parah. Dia bilang ginjalnya hampir nggak berfungsi. Sementara kamu... kamu terlihat baik-baik saja."

Benar, aku memang terlihat baik-baik saja. Tidak ada yang tahu, demi membuat mereka tidak khawatir, aku terus-menerus mengonsumsi obat penghilang rasa sakit dalam dosis mematikan, hanya untuk menutupi rasa sakit hebat akibat kanker.

"Aku mengerti," ujarku tenang, "berikan saja kesempatan pengobatan itu padanya."

Tommy jelas terlihat lega. "Aku tahu kamu bakal mengerti. Beberapa tahun ini kamu memang sudah banyak berubah, nggak lagi sekeras kepala dulu."

Keras kepala? Aku tertawa getir dalam hati. Sejak kemunculan Anna, apa pun yang aku perjuangkan selalu dipandang sebagai kecemburuan dan sifat picik.

Malamnya, aku memaksakan diri untuk pulang ke rumah.

"Ibu!" Begitu melihatku, Clarisa langsung bersembunyi di belakang Anna.

"Clarisa." Aku mencoba tersenyum.

"Kak Sofie, kamu sudah pulang." Anna mengenakan setelan Shanel pemberianku dan duduk di kursi yang seharusnya menjadi tempatku.

"Anna, aku punya sesuatu untukmu."

Aku berjalan ke ruang kerja dan mengambil sebuah map. "Ini adalah surat pengalihan kepemilikan galeri seni atas namaku. Aku ingin memberikannya padamu."

"Apa?" Anna terkejut dan langsung berdiri. "Kakak! Itu galeri seni yang paling kamu cintai!"

Benar. Galeri seni itu kudirikan dari nol, hasil jerih payah dan dedikasiku bertahun-tahun. Namun, sekarang, semua itu sudah tidak penting lagi.

"Kamu lebih cocok untuk mengelolanya." Aku tersenyum. "Anggap saja sebagai hadiah pernikahan lebih awal dariku."

Raut wajah Anna sempat berubah, tapi dia kembali menampilkan ekspresi polosnya dengan cepat. "Kak, apa yang sedang kamu bicarakan?"

Aku mendekatinya dan berkata pelan, "Aku sudah tahu semuanya. Nggak apa. Aku mendoakan kalian."

Saat itu, Tommy masuk ke ruangan. Melihat kami bersama, ekspresinya tampak sedikit tegang. "Kalian sedang membicarakan apa?"

"Kak Sofie mau memberikan galeri seni padaku," ujar Anna dengan mata berkaca-kaca, "dia sangat baik."

Tommy memandangku, matanya menunjukkan emosi yang rumit. "Sofie, kamu..."

"Aku lelah," potongku, "aku mau naik dan beristirahat. Clarisa, dengarkan nasihat bibi, ya."

"Ya," jawab Clarisa singkat. Kemudian, dia menoleh ke Anna dan berkata, "Ibu Anna, ayo kita lanjutkan mainnya."

Ibu Anna. Seketika dada ini terasa sesak.

Setibanya di kamar tidur, aku bersandar di balik pintu. Akhirnya, aku tidak sanggup lagi menahan tubuhku. Sel kanker sedang menggerogoti hidupku dengan ganas, sementara obat-obatan itu mempercepat prosesnya.

Aku mulai merapikan lemari pakaian. Gaun-gaun mahal, perhiasan, dan tas-tas mewah, semuanya akan segera menjadi milik Anna.

"Tinggal 72 jam lagi." Aku menatap wajah pucatku di cermin. "Sofie, tiga hari terakhir ini, biarlah mereka mengingatmu sebagai sosok yang sempurna."

Aku tahu, kebenaran suatu hari akan terungkap. Segala urusan setelah kematianku sudah kuatur dengan baik. Semua bukti yang kukumpulkan akan mengekspos wajah asli Anna yang sebenarnya. Aku tahu, pada akhirnya, mereka semua akan menyesalinya.

Namun, saat itu, aku sudah tidak ada lagi.

Selain itu, inilah balas dendamku.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
12 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status