Laki-laki bertubuh atletis berkulit putih tinggi sekitar 187 cm. Dengan tatapan yang tajam berjalan dengan santai menyusuri sudut kota. Tatapan yang tak ramah membuat siapapun enggan mendekat padanya. Masa kecilnya ia habiskan di panti asuhan sedangkan masa remaja ia habiskan di jalanan. Kehidupan jalanan yang keras membuat hidupnya tak tentu arah. Berkelahi, Drugs, Miras, makanan sehari-hari baginya. Meski satu yang tak akan pernah ia lakukan sekalipun ia hidup di jalanan yaitu main perempuan dan seks bebas. Karena ia tak ingin membuat kesalahan seperti yang di lakukan kedua orang tuanya. Alasan mengapa ia sampai di tinggalkan di panti asuhan. Andra adalah anak seorang wanita korban pemerkosaan.Dan sang ibu terpaksa menaruh Andra di panti asuhan karena beliau masih trauma dan merasa belum siap untuk menjadi seorang ibu. Tapi yang jadi masalah adalah Tysa ibu Andra ini tidak pernah menjenguk Andra hingga Andra beranjak dewasa dan memutuskan hidup di jalanan. Luka itu sudah lama terkubur. Tersimpan rapat dalam hati laki-laki itu. Kenangan yang selalu menggiringnya untuk mencicipi miras untuk sekedar melupakan kenangan menyakitkan itu. Hingga ia bertemu Hiro. Laki-laki yang ahli dalam bidang bela diri. Ia tertarik dengan karakter Andra yang kuat. Hingga beliau mengangkat Andra sebagai putranya. Hiro mengasah kemampuan bela diri Andra hingga Andra menjadi sangat mahir dia mampu melawan sepuluh orang dalam sekali pertarungan. Sosok Andra begitu misterius. Hingga suatu hari terjadilah sebuah tragedi yang tak dapat Andra lulakan seumur hidupnya. Malam itu begitu sunyi Andra masih terjaga di kamarnya. Tiba-tiba terdengar suara berisik dadi balik pintu.
"Brak....!!!"
"Drak...!!"
"Buggkh!!!" Andrapun ingin keluar dari kamarnya untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi namun ketika ia ingin membuka pintu kamar, pintu kamar itu tidak bisa terbuka. Seseorang menguncinya dari luar. "Kenapa tidak bisa di buka?" tanya Andra. Suara berisik itu berakhir dengan suara tembakan yang begitu jelas terdengar hingga membuat badan Andra bergetar hebat.
"Dorrr!!!"
"Dorrr!!!"
"Ayah!!!!!!!" Teriak Andra.
"Buka pintunya!!!!" Andra berusaha sekuat tenaga untuk mendobrak pintu yang berdiri tegak di hadapannya.
"Ayah!!!!" Panggil Andra ia tampak cemas. Ia sangat takut terjadi sesuatu dengan ayah angkatnya itu. "Brakkk!!!" Andra berhasil menendang pintu itu hingga akhirnya pintu itu terbuka. Ia terkejut melihat kursi di balik pintu kamarnya yang seolah sengaja di letakkan untuk mengganjal pintu itu agar tidak bisa di buka.
"Siapa yang meletakkan kursi ini di sini?"
"Apakah ini perbuatan ayah?"
"Lantas dimanakah ayah sekarang?" tanya Andra sambil terus menyusuri ruang demi ruang untuk memastikan keberadaan sang ayah. Mata Andra terbelalak melihat tumpahan darah di lantai. Keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuh ya.
Matanya terbelalak ketika ia menemukan Hiro sang ayah angkat sudah tergeletak bersimbah darah. Andra merasa lemas melihat luka tembak di dada sebelah kanan dan di dahi sang ayah.
"Siapa yang melakukan ini padamu?" tanya Andra yang masih terguncang.
Andra menangis histeris. Di samping tubuh ayah angkatnya yang bersimbah darah. Air matanya pecah saat ia tahu jantung sang ayah telah berhenti berdetak. Tubuh itu kaku darah segar masih tertumpah di lantai. Hari itu hari yang tak akan pernah bisa Andra lupakan. Karena di hari itu orang yang sangat berarti dalam hidupnya pergi dengan cara tragis.
"Siapa yang melakukan ini padamu?"
"Aku bersumpah tak akan membiarkan orang itu hidup lebih lama!"
"Aku akan membuat dia membayar semua yang dilakukannya padamu!"
"Ini janjiku!" ucap Andra sambil merengkuh jasad Hiro.
Hari itu rasanya seperti langit serasa runtuh. Hidupku mulai terasa kosong. Satu-satunya orang yang berarti dalam hidupku pergi meninggalkanku.
Aku hanya bisa terdiam melihat jasad beliau. Beliau meletakkan kursi di depan kamarku pasti untuk menyelamatkan ku.
"Seharusnya aku yang melindungimu!"
"Kenapa engkau berkorban seperti ini?"
"Tahukah engkau aku sangat membutuhkanmu... Ayah!!" Tangisku pecah.
"Seberapa besar rasa kehilangan yang menyergapku tak mampu membawamu kembali."
"Jika ini suratan takdir mengapa rasanya sekejam ini!"
"Aku dibesarkan di panti asuhan tanpa kasih kedua orang tua.. dan kini saat aku menemukan ayah angkat malah beliau pergi dengan cara setragis ini."
"Apa ini karena nasibku yang sial?"
"Ataukah takdir yang terlalu kejam," gumam Andra.
Hari demi hari berlalu. Andra menggantikan sang ayah memimpin sebuah perkumpulan bela diri terbesar di kotanya. Hingga suatu ketika ia diminta untuk menjadi Bodyguard untuk seorang putri dari seorang pengusaha besar yang sangat berpengaruh di kota tempat Andra tinggal.
Karena persaingan bisnis hidup Diandra dalam bahaya. Karena itu sang ayah mencarikan seorang pengawal untuk melindungi sang putri.
"Dimana pemimpin kalian?" tanya seorang pengawal anak buah dari Angkasa Raditya ayah dari Diandra.
"Ada keperluan apa anda mencari ketua?" balas salah satu anak buah Andra.
"Aku di tugaskan Tuan Angkasa Raditya untuk mencari bodyguard untuk melindungi putri kesayangannya."
"Dan beliau siap membayar dengan harga tinggi asal keselamatan putrinya terjamin."
"Saya rasa ketua kalian adalah orang yang tepat untuk mengemban tugas ini," ucap kaki tangan Angkasa Raditya.
"Saya tidak yakin ketua akan mau menerima tawaran anda," balas kaki tangan Andra penuh keraguan.
"Kenapa kamu bisa seyakin itu?"
"Apa beliau punya syarat dan ketentuan tersendiri?" tanya ajudan Angkasa Raditya merasa penasaran.
"Beliau hampir tidak mau terjun langsung untuk menjadi pengawal pribadi."
"Beliau menerjunkan kami untuk mengemban tugas sebagai bodyguard atau pengawal pribadi untuk mewakili beliau."
"Tapi kami dibekali ilmu beladiri yang mempuni dan yang beliau pilih adalah orang yang sudah menguasai teknik beladiri dengan sangat baik jadi tidak sembarangan," terang kaki tangan Andra.
"Tapi apa bisa saya mencoba bicara langsung pada beliau?" ucap ajudan itu seraya meminta ijin.
"Ya sudah."
"Tunggu disini sebentar!" pesan kaki tangan Andra.
Tak berapa lama Andra keluar menemui kedua orang itu.
"Ada apa?" tanya Andra.
"Kenalkan saya Abraham!"
"Tujuan saya kemari adalah untuk menawarkan suatu tugas untuk anda."
"Dan ketua saya akan memberikan imbalan yang pantas untuk itu."
"Apa anda bersedia menjadi pengawal pribadi putri Angkasa Prasetya?" tanya Abraham yang merupakan ajudan ayah Diandra.
"Kenapa atasan anda percayakan tugas ini pada saya?" tanya Andra balik bertanya.
"Karena cuma anda yang bisa melindungi Nona Diandra."
"Anda memiliki semua kriteria itu," jawab Abraham tanpa mengurangi rasa hormatnya.
Andra hanya tersenyum simpul. Selama ini ia hanya terjun langsung sebagai pembunuh bayaran.
Tapi karena kecerdasannya ia bisa lolos dari jerat hukum. Hingga Angkasa Prasetya mendengar semua profil mengenai Andra yang menurutnya Andralah yang paling cocok dengan tugas itu.
Dua pasangan itu pun berlalu meninggalkan pantai dan berjalan menuju mobil untuk mencari rumah makan. Di dalam mobil pun tak ada perbincangan hingga suasana sangat sunyi. Sampai akhirnya Andra membuka suara. "Maaf anda mau makan dimana, Tuan?" tanya Andra sopan. "Ehm dimana ya, sayang menurut kamu, kita enaknya makan apa?" Dion malah balik bertanya pada Diandra yang asyik melamun. "Terserah kamu saja," balas Diandra lembut. "Kalau begitu di rumah makan terdekat saja, dari pada keburu kelaparan," sahut Dion yang masih menggenggam tangan Diandra. "Baik," jawab Andra. Andra melajukan mobilnya menuju tempat sesuai tujuan sang tuan. Tak butuh waktu lama mobil itu pun terhenti. Kedua pasangan itu turun dari mobil. Mereka berjalan masuk ke dalam restoran dan memesan beberapa menu, Dion mengajak Andra bergabung bersama dalam satu meja dengan dia dan Diandra. Tak berapa lama menu pesanan mereka pun tiba, mereka pun bersiap menikmati hidangan. Andra duduk di depan Diandra sedangkan Dio
Andra menatap ke arah Diandra yang masih mengalungkan kedua tangannya di leher Dion, dan pura-pura tak melihat bodyguardnya tersebut. "Apa kalian sedang menggunakan kami untuk memanas-manasi satu sama lain," bisik Lyli. Andra tersenyum frik kembali. Ia seakan tak ambil pusing dengan sikap mantan kekasihnya tersebut. "Apa menurutmu dia cemburu?" Andra menatap Diandra tanpa ekspresi apapun, laki-laki itu kembali menghisap rokok di tangannya tanpa menoleh ke arah Lyli yang sedari tadi duduk di sampingnya. "Ku rasa ia cemburu," balas Lyli. "Dia terlalu bodoh untuk bersandiwara," sahut Andra. "Ya, dia tak sepertimu yang terlalu ahli sampai seperti tak punya hati!" timpal Lyli. "Hatiku sudah lama mati," sahut Andra seakan tanpa dosa. "Kau bahkan menciumku, aku bisa saja salah mengartikan sikapmu itu. Bagaimana bisa kau melakukannya saat kau tak ada perasaan apapun terhadapku," ujar Lyli sambil mengeryitkan keningnya. "Mudah, aku hanya menganggapmu patung yang bisa aku mainkan sesu
"Maaf ini tujuannya kemana?" tanya Andra. "Ke pantai saja," sahut Diandra"Apa kau tak keberatan?"Diandra memalingkan pandangannya kepada Dion yang duduk di sampingnya. "Tentu saja tidak, aku akan menemanimu kemana pun kamu mau," balas Dion. "Baguslah, kalau begitu cari pantai yang paling bagus pemandangannya!" titah Diandra pada Andra yang sedang fokus mengemudikan mobilnya. "Baiklah!" balas Andra. Tiba-tiba tanpa banyak bicara Lyli mengusap keringat di kening Andra dan itu membuat Diandra yang duduk di belakangnya langsung terperangah. "Kau tidurlah, tak usah repot membasuh keringatku!""Aku tak ingin mengotori tanganmu yang lembut," ucap Andra. Perasaan Lyli makin tidak terkontrol, gadis itu dibuat terus berbunga-bunga seakan ada banyak petasan di dalam dirinya yang siap membuatnya meloncat kegirangan. "Astaga.. untuk sejenak aku ingin melupakan jika ini hanya sandiwara. Andai kata-kata itu nyata untukku, aku akan jadi wanita terbahagia saat ini. Sudah lama aku menantikan
Diandra membalas pelukan Dion sambil melirik ke arah Andra. Tampak wajah Andra datar tak berekspresi mematahkan ekspetasi seorang Diandra yang berharap ia dapat melihat kekesalan di wajah Andra. Tapi pada kenyataannya laki-laki itu sama sekali tak menunjukkan kekesalan yang ada ia tampak acuh, meski dalam hati Andra ia sangat kesal. Laki-laki itu sangat pandai menyembunyikan perasaan amarahnya. "Sial.. dia sama sekali tidak perduli!""Jadi selama ini apa?""Aku benar-benar salah menilai dia!" umpat Diandra dalam hati. Perlahan gadis itu menjauhkan kembali tubuhnya dari Dion. "Ehm.. sudah malam apa kamu tidak ingin pulang?" tanya Diandra yang lelah dengan sandiwaranya. "Apa kau tidak suka aku disini?" tanya Dion. "Bukan begitu, hanya saja ini sudah malam. Besok kita kan bisa ketemu lagi," balas Diandra. "Baiklah.. tapi janji ya besok kita jalan!" cetus Dion. "Hm.. iya," balas Diandra. Andra hanya terdiam mematung berdiri di belakang pasangan baru tersebut. Dion mengusap lembu
"Keluarlah dari ruangan ini!" usir Andra. "Kau tak perlu terus menerus mengusirku, itu sama sekali tidak sopan.""Apa kau yakin menyuruhku pergi? Aku rasa kau akan membutuhkan bantuanku lagi," kata Lyli sambil tersenyum. "Aku lelah aku butuh istirahat!" sahut Andra. "Oke, jika butuh bantuan hubungi aku!" Gadis itu akhirnya menyerah dan pergi meninggalkan kamar Andra. Di tempat berbeda Diandra menemui sang ayah. "Yah, Dion datang jam berapa?""Aku akan menemaninya berbincang," ucap Diandra. Sontak sang ayah pun terkejut karena belum lama gadis itu ke ruangannya dan menyatakan ketidak setujuannya. "Nanti jam tujuh, tapi kenapa kamu berubah fikiran?" Angkasa mencoba mengulik alasan dibalik perubahan sikap sang putri."Aku menolak karena ada hati yang harus ku jaga, tapi sekarang hati itu telah berpindah tempat," balas Diandra. "Maksud kamu apa?" Angkasa mengeryitkan keningnya tak mengerti arti kalimat sang putri. "Nanti ayah juga akan tahu sendiri," balas gadis itu. Malam pun
"Andra adalah kekasih Diandra, dan dia sedang terluka. Bagaimana bisa Diandra malah menemani pria lain saat kekasih Diandra dalam kondisi tidak baik-baik saja Yah!""Saat Andra baik-baik saja pun Diandra tak akan mau duduk berbincang dengan pria lain apalagi di saat seperti ini, maaf jika ini yang ayah ingin bicarakan dengan Diandra, ayah tahu betul apa jawabannya. Diandra permisi Yah!" Gadis itu bangkit dan tak memperdulikan reaksi sang ayah sedikit pun. Diandra nampak sangat kesal ia pun memutuskan untuk pergi ke ruangan Andra. Diandra membuka pintu dan langsung masuk ke dalam ruangan Andra. Tapi matanya terbelalak saat melihat Andra yang terbaring sedang ada dalam dekapan seorang wanita. "Ehem..!"Gadis itu berdeham membuyarkan kegiatan di hadapannya. "Ah.. maaf!" ucap Lyli sambil bangkit berdiri menatap sepasang mata yang seakan siap menerkamnya. "Kamu siapa?" tanya Diandra tanpa basa-basi. "Aku Lyli cinta pertama Andra!"Lyli mengulurkan tangan kepada Diandra, tapi gadis