Share

Bab 2

Author: Richy
Yulia kemudian mengalihkan pembicaraan.

"Ada apa? Calon ibu mertua datang ke rumah calon menantu, masa nggak diberi minum sedikit pun?"

Aku segera berdiri dan menuangkan segelas air untuknya, lalu meletakkan gelas itu di depan dadanya.

Saat menunduk untuk meletakkan gelas, aku melihat belahan dada yang menakjubkan dari balik kerah bajunya. Itu seperti dua balon udara.

Benda itu terpampang jelas di depanku. Aku sangat ingin menyentuhnya.

Namun, dia adalah calon ibu mertuaku. Apa akan ada masalah jika aku menyentuhnya?

Dia datang ke rumahku di malam hari, dengan pakaian yang begitu menggoda. Apa dia sengaja ingin memancingku?

Apa aku boleh menyentuhnya?

Seketika, aku dilanda dilema.

Saat aku termenung, selimut di pinggangku melorot ke lantai. Alatku yang besar tiba-tiba menyembul keluar dan langsung menyentuh dada putihnya yang besar juga.

Seketika, sensasi kenyal dan halus menjalar dari bawah, mengguncang tubuhku.

Arus listrik muncul dari selangkanganku, merambat naik melalui tulang belakang, dan menghantam otakku dengan keras.

Aku tidak berani menikmati perasaan memabukkan ini terlalu lama. Aku segera berdiri tegak, mengambil selimut, dan melilitkannya kembali di tubuh bagian bawahku.

Ketika aku menatap Yulia, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan kemarahan. Justru ada sedikit rasa terkejut dan di baliknya ada sedikit kegembiraan.

Aku langsung senang bukan kepalang. Ternyata Yulia juga bukan wanita yang "benar". Hal Itu sangat cocok dengan keinginanku.

Aku duduk di depannya, dia tersenyum padaku.

"Kamu ini berani sekali, ya. Aku ini calon ibu mertuamu, berani-beraninya kamu menarik perhatianku."

Dasar wanita genit, masih saja berpura-pura. Mari kita lihat seberapa lama kamu bisa bertahan.

Aku berkata, "Tadi itu nggak sengaja, selimutnya melorot. Jadi nggak sengaja menyentuh Ibu."

Yulia menelan ludah, lalu mengalihkan ke topik utama.

"Kamu juga tahu, punyamu itu terlalu besar. Kesya terlalu lembut, dia nggak bisa memuaskanmu."

Lalu, dia mengangkat gelas dan minum seteguk air.

Saat minum, dia menjulurkan lidahnya yang berwarna merah muda dan menjilati air seperti anak kucing.

Melihat lidahnya begitu terampil dan lincah, jika aku bisa merasakan lidahnya secara langsung ....

Itu pasti surga dunia.

Sambil menjilati air, dia mengangkat matanya dan menatapku dengan tatapan menggoda.

"Kalau Kesya nggak mau melakukannya denganmu, aku bisa membantumu."

Mendengar kalimat itu, darahku langsung berdesir. Ternyata Yulia begitu proaktif. Kalau begitu, aku tidak akan sungkan-sungkan lagi padanya.

Aku mengambil kesempatan itu dan berkata, "Ibu, suamimu meninggal saat masih muda. Ibu sudah lama menahan diri. Aku bisa membantumu mengatasinya. Aku jamin Kesya nggak akan tahu."

Yulia meletakkan gelasnya dan mendelik padaku. Dia berkata, "Apa yang kamu pikirkan? Apa maksudmu 'membantuku mengatasinya'?"

"Maksudku, aku bisa membantumu memohon pada Kesya agar dia nggak jadi putus denganmu."

Aku langsung kecewa. Ternyata itu maksud Yulia.

Aku menghela napas dan berkata, "Kalau begitu, aku nggak mungkin nggak berhubungan intim seumur hidup. Aku bisa sakit karena menahan diri."

Mengingat bahwa Yulia sama sekali tidak marah ketika aku menyentuhnya tadi... Ditambah lagi, dia sendiri pasti punya hasrat yang tertahan, aku pun memutuskan untuk nekat.

Aku langsung memohon padanya.

"Tolong bantu aku. Ibu juga berada di usia yang haus akan kehangatan. Asal Ibu bisa membantuku melampiaskan api ini, aku janji nggak akan kasar lagi pada Kesya."

Saat itu, Yulia terlihat ragu. Aku jelas melihat sedikit rasa haus dalam tatapannya. Dia hanya malu karena statusnya.

Aku langsung berdiri, mengangkatnya, dan mendudukkannya di pangkuanku.

"Senjata"ku langsung menyentuh "pusat bunga" pantatnya. Sensasi luar biasa langsung menyelimutiku.

Yulia meronta dengan malu-malu. Dia berkata, "Kamu mau apa? Aku ini calon ibu mertuamu, melakukan ini denganku sangat nggak bermoral."

Dia meronta dan menggeliat. Pantatnya terus bergesekan dengan alatku, membuatku merasa semakin nyaman.

Satu tanganku menahannya kuat-kuat, tangan yang lain masuk ke kerah gaunnya dan terus meremas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Calon Ibu Mertua yang Sangat Perhatian   Bab 8

    Aku tidak percaya dan berkata padanya dengan nada yang paling putus asa, "Mulai sekarang, bukan kamu yang memutuskanku, tapi aku yang memutuskanmu!"Setelah mengatakan itu, aku meninggalkan rumahnya tanpa menoleh ke belakang.Yulia masih ingin menahanku, aku tahu dia tidak rela melepaskanku.Namun, aku benar-benar tidak bisa menerima kenyataan ini. Keputusanku untuk putus sudah bulat dan tegas.Sejak aku kembali ke rumah, aku sudah memutuskan semua kontak dengan Kesya. Semua barang-barangnya di rumah juga sudah kubuang.Setelah menyendiri di rumah selama beberapa waktu ini, aku tidak merindukan Kesya.Sebaliknya, aku malah semakin merindukan Yulia.Meskipun dia lebih tua dariku, tubuhnya benar-benar luar biasa.Yang lebih penting, dia sangat lembut, mengerti pria, dan tahu apa yang kuinginkan.Bayangannya terus menghantuiku, tidak bisa hilang dari otakku.Hari itu, aku sedang berjalan di jalan. Sebuah mobil mewah, Bentley, melaju dari depan.Mobil itu berhenti melintang di depanku.Aku

  • Calon Ibu Mertua yang Sangat Perhatian   Bab 7

    Sepanjang jalan, aku dan Yulia sama-sama sangat emosional.Kami pikir aku yang berselingkuh lebih dulu, tapi sekarang tampaknya Kesya mungkin sudah lama berselingkuh.Aku merasa sangat bersalah selama ini.Tak lama kemudian, kami sampai di rumahnya.Kesya bersembunyi di kamar dan tidak mau keluar.Yulia memutar kenop pintu, tapi tidak bisa terbuka.Dia mengetuk pintu dan berkata, "Kesya, ini Ibu. Ibu sudah pulang."Suara Kesya terdengar dari dalam kamar. Suara itu jelas terdengung tegang dan ambigu."Ya. Kenapa Ibu mengetuk pintuku?"Yulia berkata, "Ibu perlu bicara denganmu. Keluar sebentar.""Aku sedang nggak enak badan. Apa nggak bisa besok saja?"Yulia menjadi marah. Dia tidak pernah ikut campur dalam kehidupan pribadi Kesya. Meskipun dia ibu gadis itu, dia memberikan ruang untuk Kesya.Namun kali ini, Yulia tidak mundur."Ada apa di kamarmu? Kenapa kamu bahkan nggak mau membuka pintu?"Kesya mulai kesal."Aku bilang sedang nggak enak badan, Ibu nggak dengar?"Yulia menoleh ke arah

  • Calon Ibu Mertua yang Sangat Perhatian   Bab 6

    Setibanya di rumah, aku merana dalam kesedihan.Bagaimanapun juga, aku yang melakukan kesalahan pada Kesya. Aku bisa bilang apa jika Kesya membalasku seperti ini?Hanya saja, cintaku pada Kesya itu tulus. Aku tidak rela melepaskannya.Melihat pakaiannya di kamar tidur, yang hanya berjarak setengah meter dari pakaianku. Aku merasa seolah kami sudah menjadi orang asing.Melihat sedikit demi sedikit jejak yang ditinggalkannya di rumah, air mata penyesalan membanjiri mataku.Aku tidak bisa menahan perasaanku dan menangis dengan keras.Saat itu, bel pintu berbunyi.Aku bergegas membuka pintu, ingin melihat apakah Kesya berubah pikiran.Ketika kubuka, ternyata yang datang adalah Yulia.Aku segera menyeka air mata di wajahku dan bertanya dengan pura-pura tenang, "Kenapa kamu datang ke sini?"Yulia masuk tanpa meminta izin.Dia berkata, "Aku sudah dengar masalahmu. Kesya tetap mau putus denganmu, ya?"Aku mengangguk pasrah. Saat ini, aku hanya bisa menaruh harapan pada Yulia."Ibu, tolong buju

  • Calon Ibu Mertua yang Sangat Perhatian   Bab 5

    Aku langsung lemas dan terduduk di tempat tidur. Masalah macam apa ini?Awalnya Yulia datang untuk membujukku agar berbaikan dengan Kesya, tapi sekarang malah jadi semakin buntu. Tidak hanya tidak bisa berbaikan, tapi justru kemungkinan besar akan putus.Setelah berpikir panjang, aku harus pergi menemui Kesya secara langsung dan meminta maaf padanya. Mungkin dia akan berubah pikiran.Keesokan harinya, aku sengaja pergi ke toko perhiasan untuk membeli perhiasan emas.Lalu aku pergi ke rumah Yulia dan Kesya, untuk meminta maaf secara langsung.Ketika sampai, hanya Kesya yang ada di rumah. Yulia sedang keluar.Begitu aku mengetuk pintu, aku melihat Kesya berdiri di ambang pintu dengan pakaian sedikit berantakan.Terutama wajahnya, terpancar rona merah.Rona merah ini pernah kulihat di wajah Kesya, ketika kami sedang bercinta. Kenapa dia sendirian di rumah, tapi rona merah ini muncul?Tak sempat berpikir panjang, aku mengeluarkan kotak perhiasan yang baru kubeli. Aku meletakkannya di depan

  • Calon Ibu Mertua yang Sangat Perhatian   Bab 4

    Akhirnya, aku bisa mewujudkan keinginanku untuk menikmati tubuh Yulia. Tepat pada saat yang genting, telepon tiba-tiba berdering.Telepon datang di saat yang penting, sungguh menyebalkan. Aku mengabaikannya dan langsung mematikannya.Namun, telepon itu terus berdering dan sangat mengganggu.Aku mengangkat telepon itu. Aku baru saja ingin menjawab dengan marah, tapi ternyata yang menelepon adalah Kesya.Dia masih marah padaku dan mengancam untuk putus denganku. Saat ini tidak boleh ada kesalahan sedikit pun.Aku pun menahan hasratku dan berbicara dengan suara pelan, "Halo, Kesya. Bagaimana, apa kamu sudah memikirkannya? Cepat pulang dan tinggal di sini lagi denganku."Pacarku di ujung telepon berkata, "Soni, Ibu belum pulang sampai selarut ini. Apa dia ada di tempatmu?"Aku menatap Yulia dengan gugup. Dia berbaring di tempat tidur, menatapku dengan napas terengah-engah. Api hasrat di tubuhnya terus membakarnya.Jika Kesya tahu apa yang terjadi antara kami berdua, konsekuensinya tidak ak

  • Calon Ibu Mertua yang Sangat Perhatian   Bab 3

    "Aku belum menikah dengan Kesya. Kalau kita berdua melakukan ini, juga nggak akan melanggar etika dan moral."Sentuhan lembut di telapak tanganku langsung membuat tingkat kegembiraanku mencapai puncaknya.Aku tidak menyangka, calon ibu mertuaku yang berusia di atas empat puluh tahun, bisa memiliki tubuh yang terawat dan begitu lembut.Benda bulat itu bukan seperti gumpalan lemak, melainkan sensasi serat-serat halus yang berdenyut di telapak tanganku.Wajah Yulia memerah, napasnya menjadi lebih cepat.Dia juga mengeluarkan erangan pelan.Namun, dia masih mengejangkan tubuhnya dan tidak berani bergerak sedikit pun."Tapi, bagaimana kalau Kesya tahu tentang perbuatan kita berdua ini?"Tubuh Yulia terus gemetar dalam pelukanku, antara bersemangat dan malu.Dasar genit, dia sudah tidak bisa menahan diri. Tubuh bagian bawahnya sudah basah kuyup.Aku mengangkatnya, kedua tanganku menopang pantatnya. Dia langsung menjepitku dengan kedua kakinya."Tenang saja, nggak akan ada yang tahu."Saat in

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status