Share

Calon Suamiku Yang Dihina Ternyata Orang Kaya
Calon Suamiku Yang Dihina Ternyata Orang Kaya
Author: muktipuji90

Kejutan

Bab 1

Bu. Pokoknya Ana mau pesta pernikahan Ana harus mewah! karena teman-teman Ana dan Mas Rendi semuanya orang penting," terang Ana saudara kembarku. 

"Iya sayang. Tapi masalahnya Ani adikmu tidak mau resepsi pernikahannya diadakan di gedung. Dia maunya dirumah saja," jawab Ibu. 

Kami saudara kembar identik, Aku Ani dan Kakakku Ana. Wajah kami sama persis hanya saja nasib kami yang berbeda. Bisa dibilang Kakak lebih beruntung dari pada aku. Dia lebih disayang Ibu mungkin karena Kak Ana lebih pandai, lebih mapan dalam karirnya dan calon suaminya pun orang berpendidikan. 

Berbeda dengan diriku yang hanya wanita biasa saat sekolah dulu tidak pernah mendapatkan peringkat, sedangkan Kak Ana dia selalu mendapatkan peringkat sekolah 1,2 atau 3. Itu yang membuat aku selalu dibanding-bandingkan dengannya. Kak Ana bekerja di sebuah perusahaan besar, begitu pula calon suaminya Mas Rendi dia juga sebagai Manager Marketing disebuah perusahaan yang sama dengan calon suamiku bekerja. Bedanya Mas Andi disana hanya seorang supir pribadi pemilik perusahaan.

Kami akan menikah bersama minggu depan. Karena Almarhum Bapak pernah berpesan agar pernikahan kami digelar bersama jangan sampai ada yang mendahului. Tapi Kak Ana minta resepsi pernikahannya diadakan di gedung. Sedangkan aku uang dari mana untuk ikut andil resepsi pernikahan di Gedung? 

"Kak. Aku gak ada uang untuk ikut membayar resepsi pernikahan di Gedung," terangku. 

"Kalau bukan karena permintaan Almarhum Bapak aku juga sudah menikah dari dulu, nunggu kamu ngumpulin uang mah kapan sampainya? kalau kamu gak ada uang ya sudah kamu ijab saja dirumah! gak usah pakai resepsi segala digedung,"

"Iya Kak. Aku ijab kabul saja sudah cukup ko gak perlu ada pesta pernikahan," ungkapku. 

"Terserah. Bikin malu keluarga saja. Makanya kamu cari suami tuh yang kaya seperti Mas Rendi punya jabatan! calon suami sebagai supir pribadi aja dibanggain," cerca Kak Ana.

Akupun terdiam mendengar penghinaan dari Kak Ana, karena percuma saja aku selalu kalah bila berdebat dengannya. 

****

[Assalamuallaikum Ani.] sapa Mas Andi diseberang telepon. 

[Wallaikumsalam Mas.] jawabku. 

[Ani. Nanti malam kamu ikut Mas ya! ke acara tasyakuran perusahaan tempat Mas bekerja.] ajak Mas Andi. 

[Tapi Ani malu Mas. Disana pasti banyak orang-orang penting.]

[Gak usah malu De. Kita semua sama di mata Allah.] ucap Mas Andi yang selalu membuat hatiku tenang. 

[Baik Mas.]

****

Malam itupun telah tiba Mas Andi datang kerumah untuk menjemputku. Ia datang menggunakan motor miliknya. Sesampainya didepan rumah kulihat dari balik tirai jendela kamar ia berpapasan dengan Mas Rendi calon suami Kak Ana yang kebetulan juga mau menjemputnya. 

Tatapan Mas Rendi begitu sinis terhadap Mas Andi, memang mereka walau bekerja dalam satu tempat tapi tidak pernah saling mengobrol. Mungkin karena jabatan Mas Rendi lebih tinggi jadi dia angkuh. 

"Kamu diundang juga Ndi keacara tasyakuran Bos?" tanya Mas Rendi. 

"Iya Ren," jawab Mas Andi singkat. 

"Oh. Paling juga nanti kamu disana suruh melayani para tamu," ungkap Mas Rendi menghina. 

Mas Andi kulihat ia hanya tersenyum tipis pada Mas Rendi. Karena sudah biasa ia selalu dihina olehnya. 

"Ayo Mas kita berangkat!" ajak Kak Ana pada calon suaminya.

Mereka berangkat terlebih dahulu menggunakan mobil Mas Rendi. Tanpa menawarkan kami untuk pergi bersama ke tempat acara, padahal tujuan kami sama. Aku dan Mas Andi menyusul menggunakan motor. 

Sesampainya disana Mas Andi terus menggandeng tanganku untuk masuk kedalam sebuah Gedung dengan dekorasi yang sangat mewah. Banyak pasang mata yang memandangku, entah karena penampilanku atau hanya perasaanku saja? tapi Mas Andi tidak menggiraukannya. Dia terus berjalan diatas karpet merah yang terbentang diatas lantai. Hingga kami sampai di depan sebuah panggung. 

Tepat diatas panggung ada seseorang yang sedang berbicara karena acara sudah dimulai dan kami terlambat. Kini giliran pembicara memberikan sambutan kepada pemilik perusahaan yang umurnya diperkirakan tidak jauh berbeda dengan almarhum ayahku sekitar kurang lebih 60 tahun.

"Selamat Malam. Terima kasih untuk para tamu undangan yang sudah menyempatkan waktunya untuk hadir diacara tasyakuran perusahaan. Tanpa basa-basi saya akan mengumumkan perihal kepemilikan perusahaan yang akan saya alihkan pada anak saya yaitu Andi Wijaya," ungkap pemilik perusahaan. 

"Mas bukannya itu namamu?" tanyaku kaget. 

Mas Andi hanya tersenyum lalu berjalan menggandengku untuk naik keatas panggung. Seketika semua mata tertuju pada kami dengan penuh rasa heran.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status