Bab 26Part ini mengandung bawang, mohon siapkan tisu.Ruang IGD yang seharusnya sunyi senyap kini berubah menjadi gaduh. Ana terus berteriak mengusir saudara kembar yang berusaha menenangkan dirinya. Sekuat apapun Ana disaat kondisinya seperti ini dia tidak bisa lari kabur dari Rumah Sakit itu.Ani mencoba mendekati tubuhnya sedekat mungkin dengan Ana. Sebisa mungkin ia tepiskan rasa canggung terhadap Kakaknya. Dipeluknya tubuh yang berbalut kain berwarna biru, baju ciri khas pasien Rumah Sakit. Tak ada respon balik dari tubuh yang terbaring lemah di ranjang Rumah Sakit."Kak Ana tenang dulu ya Kak! Kakak lagi sakit gak boleh banyak gerak. Izinkan aku tetap disini untuk menemani Kakak," ungkap Ani dengan lembutnya.Perlahan Ana mulai tenang dalam pelukan saudara kembarnya. Ia menangis tersedu, Ani merasakan betapa berat beban yang Kakaknya tanggung saat ini. Sampai ia harus berada di titik terendahnya.Andi yang sempat mendengar teriakan dari ruang IGD merasa takut jikalau terjadi se
Bab 1Bu. Pokoknya Ana mau pesta pernikahan Ana harus mewah! karena teman-teman Ana dan Mas Rendi semuanya orang penting," terang Ana saudara kembarku. "Iya sayang. Tapi masalahnya Ani adikmu tidak mau resepsi pernikahannya diadakan di gedung. Dia maunya dirumah saja," jawab Ibu. Kami saudara kembar identik, Aku Ani dan Kakakku Ana. Wajah kami sama persis hanya saja nasib kami yang berbeda. Bisa dibilang Kakak lebih beruntung dari pada aku. Dia lebih disayang Ibu mungkin karena Kak Ana lebih pandai, lebih mapan dalam karirnya dan calon suaminya pun orang berpendidikan. Berbeda dengan diriku yang hanya wanita biasa saat sekolah dulu tidak pernah mendapatkan peringkat, sedangkan Kak Ana dia selalu mendapatkan peringkat sekolah 1,2 atau 3. Itu yang membuat aku selalu dibanding-bandingkan dengannya. Kak Ana bekerja di sebuah perusahaan besar, begitu pula calon suaminya Mas Rendi dia juga sebagai Manager Marketing disebuah perusahaan yang sama dengan calon suamiku bekerja. Bedanya Mas A
Bab 2Mas Andi menggenggam erat tanganku dan berjalan untuk naik keatas panggung. Aku yang masih bingung apa maksud semua ini? hanya mengekor mengikutinya. "Mas. Apa-apaan ini? aku malu," terangku. Karena banyak pasang mata yang memandang kami, sepertinya mereka yang melihatpun sama herannya denganku. "Bukan apa-apa De hanya sedikit kejutan," jawab Mas Andi yang tak lupa selalu diiringi dengan senyuman yang penuh arti. Kami berdua sudah berada diatas panggung yang menurutku cukup elegan. Mas Andi berdiri disamping kiri seorang Bapak yang tadi telah menyambutnya untuk naik keatas panggung. Aku baru tau ternyata beliau Ayah dari Mas Andi Karena sebelumnya yang ia perkenalkan kepada keluargaku sebagai Orangtuanya adalah Pamannya yang selama ini merawatnya bukan Pak Hadi Wijaya. "Baiklah. Akan saya umumkan sekarang. Saya Hadi Wijaya selaku pemilik perusahaan mulai saat ini menyatakan mengundurkan diri dari perusahaan dan semua aset serta kepemilikan perusahaan saya percayakan semuanya
Bab 3"Kak Ana. Kakak sedang apa disini?" tanyaku padanya. "Eh Ani. Ini aku barusan ngucapin selamat pada Andi. Kamu dari mana saja?"tanya dia dengan penuh basa-basi. Perasaanku sudah mulai tidak enak padahal tadi jelas-jelas aku berpapasan dengannya saat mau ke toilet tapi dia terlihat cuek kepadaku dan masa bodoh. Ini didepan Mas Andi dan orang lain dia terlihat sok akrab dan baik. "Loh kok ini ada dua calon Istri Pak Andi?" tanya salah seorang karyawannya yang bingung melihat aku dan Kak Ana. "Iya Pak mereka saudara kembar, kalau yang ini calon istri saya Ani," ucap Mas Andi yang langsung menggandeng tanganku seraya memperkenalkan aku pada para tamu. "Oh maaf Pak saya kira Mba ini yang calon istri Bapak," jawabnya. Sambil jari tangannya menunjuk ke arah Kak Ana.Kulihat Kak Ana senyum-senyum sendiri ketika Bapak tersebut menyebutnya. Sikap Kak Ana sudah mulai aneh menurutku. "Bukan Pak. Dia Kakak saya, calon istri dari Mas Rendi, salah satu karyawan disini juga," tegasku. "
Bab 4"Bu tau gak? ternyata Andi itu orang kaya yang selama ini hanya menyamar jadi supir," ujar Kak Ana yang sedang berbicara dengan Ibu di kamarnya. Saat itu aku beranjak ke dapur untuk ambil aira minum tidak sengaja mendengar percakapan mereka. "Loh kok bisa? bagaimana ceritanya?" tanya Ibu penasaran. "Panjang Bu ceritanya. Yang jelas sekarang dia pemilik perusahaan tempat Mas Rendi bekerja," "Yang bener kamu Na? kalau begitu berarti calon menantu Ibu orang kaya semua," ungkap Ibu dengan gembiranya. "Serius Bu. Makanya mulai sekarang kita harus baikin si Andi kalau dia datang kemari! suruh dia yang bayarin biaya pernikahan aku dan Ani nanti. Karena aku mau pernikahan kami tetap mewah diadakan di gedung pakai jasa WO ternama yang sudah aku pilih" terang Kak Ana. Aku yang berada dibalik pintu kamar mendengar percakapan mereka segera mengundurkan langkahku takut ketahuan sedang menguping. Ternyata Kak Ana mempunyai rencana untuk memanfaatkan Mas Andi, tapi tak akan kubiarkan itu
Bab 5Sesampainya dirumah kulihat mobil Mas Andi belum sampai. Untung saja aku lebih cepat darinya, mungkin dia masih dijalan. Karena tadi begitu aku dapat telepon darinya, aku bergegas menutup Toko untuk pulang lebih cepat takut Mas Andi sampai rumah terlebih dahulu sebelum aku pulang dan Kak Ana mengambil kesempatan disaat tidak ada aku. Aku berlari kecil untuk masuk kedalam rumah berharap bisa membersihkan badanku terlebih dahulu sebelum Mas Andi datang. Karena sudah bener-bener gak nyaman dengan kondisi badan yang berkeringat karena seharian bekerja. Aku terkejut ketika melihat suasana rumah yang sudah rapi dan banyak makanan yang sudah tertata di atas meja makan. Seperti yang ibu katakan tadi pagi beliau ingin mengundang Mas Andi makan malam untuk maksud tertentu.Selesai membersihkan badan aku dikagetkan dengan penampilan Kak Ana yang jauh berbeda dari biasanya. Dia yang biasa berpenampilan feminim kali ini yang dia pakai ialah bajuku kaos dan celana pendek. Walau kami kembar t
Bab 6"Ani. Kamu harus bujuk Andi lagi agar Kakakmu bisa ikut menggelar acara resepsi pernikahan di Gedung bersama kalian! pinta Ibu. "Maaf Bu gak bisa. Karena Kak Ana dan Mas Rendi hanya mau enaknya saja tidak mau ikut andil dalam hal ini," terangku. Dari hasil diskusi saat makan malam kemarin Mas Andi tetap kekeh dengan pendiriannya untuk menikah denganku di Gedung milik Ayahnya. Padahal saat itu Ibu meminta agar resepsi di gelar di Gedung pilihan Kak Ana. Karena sudah 30 persen uang Kak Ana masuk untuk uang muka sewa gedung, Wedding Organizer dan lainnya tapi Kak Ana dan Mas Rendi tidak ada uang untuk melunasinya. Ibu meminta Mas Andi untuk membayar semua biayanya untung saja Mas Andi tidak mau ikut campur, karena persiapan pernikahan kami sudah 90 persen hampir selesai tinggal foto prewedding dan undangan saja. "Kalian itu saudara harusnya saling tolong menolong! Kakakmu sudah tidak ada uang lagi untuk melunasi semua biaya pernikahannya," ujar Ibu. "Kan ada Mas Rendi, calon s
Bab 7Aku kebingungan kemana harus pergi sekarang? bagaimana mungkin aku bisa terkunci ditoilet pasti ada yang sengaja melakukan ini semua. Ingin sekali aku menelepon Mas Andi tetapi ponselku tertinggal di mobil. Uangpun aku hanya pegang sepuluh ribu yang tertinggal di saku celana. Apalagi perjalanan untuk menuju ke lokasi prewedding masih cukup jauh tidak mungkin aku harus jalan kaki kesana, lebih baik aku pulang terlebih dahulu karena jaraknya belum terlalu jauh dari rumah. Dengan uang sepuluh ribu yang aku punya. Aku memutuskan menghentikan angkutan umum untuk pulang kerumah. ****Pov AuthorSyukurin kamu Ani, aku kunci di toilet. Makanya jangan berani melawan Kakakmu sendiri. Ana tersenyum di dalam mobil ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya kemudian menurunkan kaca jendela mobil dan melemparkan kunci toilet ke jalan raya. Ana bahkan mematikan ponsel Ani agar tidak ada orang yang bisa menghubunginya ataupun menggagalkan rencananya. Bibirnya menyeringai seakan dia sudah merasa me