Share

Rencana licik Ana

Bab 5

Sesampainya dirumah kulihat mobil Mas Andi belum sampai. Untung saja aku lebih cepat darinya, mungkin dia masih dijalan. Karena tadi begitu aku dapat telepon darinya, aku bergegas menutup Toko untuk pulang lebih cepat takut Mas Andi sampai rumah terlebih dahulu sebelum aku pulang dan Kak Ana mengambil kesempatan disaat tidak ada aku. 

Aku berlari kecil untuk masuk kedalam rumah berharap bisa membersihkan badanku terlebih dahulu sebelum Mas Andi datang. Karena sudah bener-bener gak nyaman dengan kondisi badan yang berkeringat karena seharian bekerja. Aku terkejut ketika melihat suasana rumah yang sudah rapi dan banyak makanan yang sudah tertata di atas meja makan. Seperti yang ibu katakan tadi pagi beliau ingin mengundang Mas Andi makan malam untuk maksud tertentu.

Selesai membersihkan badan aku dikagetkan dengan penampilan Kak Ana yang jauh berbeda dari biasanya. Dia yang biasa berpenampilan feminim kali ini yang dia pakai ialah bajuku kaos dan celana pendek. Walau kami kembar tapi dalam hal penampilan selera kami berbeda Kak Ana lebih modis dan feminim, sedangkan aku sederhana apa adanya. 

"Kak. Kenapa kakak pakai bajuku?" tanyaku. 

"Bajuku kotor semua belum dicuci jadi aku pinjam bajumu," ucapnya beralasan. Karena aku tau selera Kak Ana dia tidak mungkin mau memakai bajuku sekalipun bajunya habis karena kotor. Itu semua hanya alasannya saja pasti dia sengaja merubah penampilannya seperti diriku demi menarik perhatian Mas Andi.

"Kakak sengaja yah mau menarik perhatian Mas Andi? dengan berpenampilan menyerupai aku," ucapku. 

"Kepedean banget kamu Ani. Siapa pula yang mau mengikuti gaya kamu yang sudah ketinggalan jaman demi mencari perhatian Andi," ungkapnya mengelak.

"Sudahlah Kak gak usah mengelak! aku tahu semenjak Kakak tau siapa Mas Andi sebenarnya. Kak Ana suka sama dia kan?" 

"Kalau iya, memang kenapa? Aku rasa semenjak Andi jadi orang kaya dia lebih cocok berdampingan denganku dari pada sama kamu gak pantas," ungkap Kak Ana menghina. 

"Aku gak akan tinggal diam Kak. Cukup sudah selama ini aku selalu mengalah dari Kakak. Dari dulu Kakak selalu merebut kebahagianku, kasih sayang Ibu selama ini juga hanya pada Kakak. Tapi kali ini tidak akan aku biarkan Kakak merebut calon suamiku! Apa bedanya kita Kak? kita sama-sama saudara kembar,"

"Jelas berbeda. Aku lebih cantik dan pintar lebih pantas menjadi calon istrinya, berbeda dengan kamu,"

"Kamu sudah punya Mas Rendi Kak dan sebentar lagi kita akan menikah bersama. Tolonglah jangan ganggu hubunganku dengan Mas Andi!" ungkapku mengiba. 

"Kita lihat saja nanti siapa yang akan menikah dengan Andi, aku atau kamu?" Ujarnya dengan penuh ancaman. 

Dari dulu Kak Ana jika sudah terobsesi dengan sesuatu apa yang ingin dia miliki, bagaimanapun caranya dia harus dapatkan. Semua itu bermula saat bisnis Bapak masih berkembang kami selalu dimanja olehnya apapun kebutuhan dan keinginan kami selalu dituruti. Hingga pada suatu masa bisnis Bapak mengalami gulung tikar itu disaat kami masih kuliah, dimana Bapak sudah tidak bisa membiayai lagi kuliah kami berdua tapi Kak Ana belum bisa menerima kenyataan itu. Dia tidak mau kuliahnya berhenti ditengah jalan hanya karena tidak ada biayanya bahkan dia sampai mengancam akan bunuh diri jika kuliahnya tidak diteruskan. Terpaksa Bapak banting tulang disaat ekonomi kami sedang susah untuk menuruti keinginan Kak Ana, tapi itu hanya berlaku untuk Kak Ana. Sedangkan aku diminta untuk mengalah oleh Ibu dan berhenti kuliah, hingga akhirnya aku bekerja untuk membantu ekonomi keluarga yang sedang terpuruk. Maka dari itu kenapa Kak Ana bisa bekerja di perusahaan besar dengan posisi sebagai sekretaris karena dia lulusan Sarjana. 

****

Terdengar suara ketukan pintu dari luar, kebetulan posisi Kak Ana lebih dekat dengan pintu. Dia lalu membukakan pintu untuk melihat siapa yang datang. Ternyata Mas Andi, aku segera berlari menghampirinya takut Kak Ana menyambutkan terlebih dahulu. 

"Silahkan masuk Mas!"  ucapku. 

Kami berdua duduk diruang tamu, kulirik Kak Ana dia sedikit kesal terhadapku terlihat dari raut wajah dan bibirnya yang cemberut. 

"Ini De. Tadi Mas mampir belikan Martabak kesukaan kamu," ujar Mas Andi sembari memberikan bingkisan berwarna hitam.

"Terimakasih Mas,"

"Eh Andi sudah datang. Bagaimana kabarmu dan keluarga?" sapa Ibu basa-basi. 

"Alhamdulillah Bu baik-baik saja," jawabnya singkat.

"Ayo Ndi kita makan malam bersama! kebetulan hari ini Ibu masak banyak," ajak Ibu sambil tangannya menarik tangan Mas Andi membawanya ke tempat makan. 

Kami berempat sudah siap untuk menikmati makan malam, tiba-tiba Kak Ana mengambil piring yang ada dihadapan Mas Andi. 

"Kamu mau makan apa Ndi? biyar aku ambilkan," 

"Terimakasih Kak. Biyar Ani saja yang melayaniku! ucap Mas Andi sambil piring yang dipegang Kak Ana dimintanya kembali dan diberikan kepadaku. 

Aku hanya bisa tertawa dalam hati. Kamu pikir semudah itu Kak menarik perhatian Mas Andi.

"Oya Kak dimana Rendi? kenapa dia tidak diajak makan malam bersama?" tanya Mas Andi disela-sela makan. 

"Hmmm. Mas Rendi sedang ada urusan jadi tidak bisa datang," jawab Kak Ana berbohong. Padahal memang Kak Ana tidak mengundangnya karena tidak ingin rencananya mendekati calon suamiku ketahuan Mas Rendi. 

"Andi bagaimana persiapan pernikahan kamu dengan Ani? tanya Ibu. 

"Sudah saya siapkan semua Bu. Kami akan menikah digedung milik keluarga besar Ayah. Untuk WO, cathering dan lainnya sudah beres. Tinggal besok rencananya kita akan melaksanakan prewedding," ungkap Mas Andi mengejutkan. Diam-diam Mas Andi sudah mengatur semuanya tanpa sepengetahuanku. Karena memang aku sudah pasrahkan semua kepadanya. 

Kulihat Kak Ana merasa panas karena persiapan pernikahannya dengan Mas Rendi belum matang kendala uang yang hingga saat ini belum terkumpul karena Mas Rendi selalu beralasan jika dimintanya. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status