Share

Manipulasi

Bab 6

"Ani. Kamu harus bujuk Andi lagi agar Kakakmu  bisa ikut menggelar acara resepsi pernikahan di Gedung bersama kalian! pinta Ibu. 

"Maaf Bu gak bisa. Karena Kak Ana dan Mas Rendi hanya mau enaknya saja tidak mau ikut andil dalam hal ini," terangku. 

Dari hasil diskusi saat makan malam kemarin Mas Andi tetap kekeh dengan pendiriannya untuk menikah denganku di Gedung milik Ayahnya. Padahal saat itu Ibu meminta agar resepsi di gelar di Gedung pilihan Kak Ana. Karena sudah 30 persen uang Kak Ana masuk untuk uang muka sewa gedung, Wedding Organizer dan lainnya tapi Kak Ana dan Mas Rendi tidak ada uang untuk melunasinya. Ibu meminta Mas Andi untuk membayar semua biayanya untung saja Mas Andi tidak mau ikut campur, karena persiapan pernikahan kami sudah 90 persen hampir selesai tinggal foto prewedding dan undangan saja. 

"Kalian itu saudara harusnya saling tolong menolong! Kakakmu sudah tidak ada uang lagi untuk melunasi semua biaya pernikahannya," ujar Ibu. 

"Kan ada Mas Rendi, calon suaminya yang selalu Ibu banggakan. Kalau mereka gak ada uang untuk menikah mewah ya sudah jangan dipaksakan lebih baik Kak Ana dan Mas Rendi menikah dirumah saja!" ungkapku. 

Ibu menjadi sebal karena sekarang aku terus membantah ucapan Ibu. Tidak seperti dulu yang hanya diam saja. Mungkin ini semua balasan atas penghinaan Kak Ana dulu terhadapku. Siapa sangka semuanya berbalik pada dirinya sendiri.

Hari ini Mas Andi akan menjemputku pukul 10.00 pagi karena dia sudah bilang kalau kita akan melaksanakan foto prewedding di daerah pegunungan. Sebab aku suka dengan pemandangan yang bernuansa dataran tinggi.

Aku duduk di teras depan rumah sambil menunggu kedatangan Mas Andi. Karena didalam rumah suasana sedang tidak menyenangkan, Ibu sedang membujuk Kak Ana yang sedang menangis karena dia iri melihatku akan foto prewedding sedangkan Mas Rendi tidak mau diajak prewedding mungkin karena takut disuruh membayarnya. 

Kring... 

Ponselku berbunyi, kuambilnya dari tas untuk melihat siapa yang meneleponku. Ternyata panggilan dari Mas Andi. Segera kuusap layar ponsel. 

[Assalamuallaikum Mas.] sapaku. 

[Wallaikumsalam. De maaf Mas gak bisa jemput kamu sekarang, karena ini ada meeting mendadak. Jadi Mas suruh supir Pak Supri untuk jemput kamu dan antar kamu ke lokasi prewedding kita, nanti Mas menyusul kalau urusan sudah selesai. Disana sudah ada Tim WO yang akan merias kamu, jadi setelah kamu selesai di make up kita bisa langsung melaksanakan prewedding] ungkap Mas Andi mengarahkanku. 

[Iya Mas tidak apa-apa. Kamu selesaikan dulu pekerjaanmu! itu sepertinya mobil Pak Supri sudah sampai depan rumah. Aku berangkat sekarang ya Mas]

[Iya De hati-hati dijalan]

Sambungan telepon segera kuakhiri. Aku menghampiri mobil hitam milik Mas Andi. Dari dalam mobil keluar seorang Bapak paruh baya yang kemudian membukakan pintu mobil. 

"Silahkan masuk mba!" ucapnya dengan ramah. 

"Terimakasih Pak," balasku. 

Aku hanya berdua dengan Pak Supri untuk menuju ke lokasi. Perjalan untuk menuju kesana membutuhkan waktu cukup lama kurang lebih 1 jam. Ditengah-tengah perjalanan tiba-tiba perutku bermasalah, kurasakan sakit yang amat sangat hingga ingin buang air besar. Kuminta Pak Supri untuk mencari toilet disekitar Pom Bensin. 

Akhirnya kami menemukan Pom Bensin. Pak Supri memberhentikan mobilnya di lajur kiri. Aku ijin padanya untuk ke toilet sebentar. Benar saja sampai di toilet aku mengalami diare, padahal pagi tadi aku hanya sarapan roti dan segelas teh yang disajikan oleh Ibu.

Akhirnya aku merasa sedikit lega karena perut sudah lebih baik, cukup lama aku berada di dalam toilet. Saat aku hendak keluar tiba-tiba pintu tidak bisa dibuka seperti terkunci dari luar. Kutarik sekuat tenagaku tetap saja tidak terbuka, aku berusaha menggedor pintu dengan kuat agar terdengar dari luar. 

"Tolong. Siapa saja yang diluar tolong bukakan pintu!" ucapku dengan keras.

Tiga kali aku berteriak meminta tolong hingga akhirnya ada jawaban dari luar. 

"Sebentar Mba. Saya carikan kunci untuk membuka pintu," ujar seorang wanita dari luar. 

Aku menunggu dengan perasaan gelisah karena belum juga wanita itu kembali lagi untuk membukakan pintu. 

"Maaf Mba tunggu sebentar saya panggilkan security untuk mendobrak pintu soalnya kuncinya tidak ada ditempat," ucap wanita itu dari balik pintu. 

Setelah menunggu beberapa menit akhirnya terdengar langkah seorang laki-laki dari luar pintu dan dengan kerasnya dia mendobrak pintu toilet hingga akhirnya pintu terbuka. 

"Alhamdulillah," ucapku. 

"Mba tidak apa-apa?" tanya seorang security. 

"Tidak apa-apa Pak, ini kenapa pintunya bisa terkunci dari luar?" tanyaku pada seorang wanita penjaga toilet. 

"Saya tidak tahu Mba. Tadi saya keluar sebentar saat saya kembali Mba sudah terkunci didalam. Sepertinya ada yang sengaja menguncinya dari luar dan saya mencari kunci itu di tempatnya sudah tidak ada," ungkap penjaga toilet sembari menunjukkan gantungan tempat kunci.

Lalu siapa yang sengaja mengunciku dari luar? Akupun sudah tidak mempermasalahkan hal itu lagi, kupikir itu hanya kecelakaan kecil. Karena masih ada hal yang lebih penting lagi saat ini. Aku berjalan mencari dimana mobil Mas Andi berada? Seingatku Pak Supri memarkirkannya tidak jauh dari toilet tapi kenapa tidak ada? Aku mondar-mandir mencarinya tetap saja tidak menemukan mobil Mas Andi. Apa Pak Supri sudah jalan duluan karena aku terlalu lama ditoilet? Tapi mana mungkin beliau berani meninggalkanku sendiri yang ada pasti dimarahi sama Mas Andi. 

Aku mulai panik. Bagaimana caranya aku bisa sampai ke lokasi prewedding yang masih jauh? Sedangkan ponsel serta uangku ada di dalam tas dan tas itu terbawa bersama mobil yang dikendarai Pak Supri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status