Home / Romansa / Candu Cinta Bos Mafia / 2. Kontrak Seumur Hidup

Share

2. Kontrak Seumur Hidup

Author: Sayap Ikarus
last update Last Updated: 2024-05-27 13:26:42

Ann tercenung menatap sebuah berkas di pangkuannya. Map berwarna hitam dengan tulisan emas itu baru pertama kali ia dapatkan dan ini berbeda dengan kontraknya sebagai model pakaian dalam selama satu tahun ke depan.

"Kenapa? Map hitam kah itu?" tanya Kinar, model senior lain di sebelah Ann. "Kayaknya lo masih kaget dan bingung ya," katanya sangat paham ekspresi di wajah sang junior. "Kenapa Ann?"

Senyum Ann terkembang, "Enggak Kak, cuma kaget aja. Gue pikir kontrak yang gue tandatangani sama Mas Kiki itu udah final, ternyata masih ada lanjutannya ya," jawabnya polos.

"Ini beda, coba lo buka aja deh, kontrak itu mengikat dan nggak butuh persetujuan lo," terang Kinar. "Kenapa mengikat? Karena dia adalah bentuk dari akibat kontrak kita sebagai model," tambahnya.

"Maksudnya? Jadi ini bukan kontrak sama perusahaan?" dahi Ann semakin berkerut.

"Kami semua menyebutnya Big Ben. Nggak ada yang bisa ngelepasin diri dari kontrak yang udah dia buat. Tapi gue bisa jamin, lo nggak bakalan nyesel kok," sambar Kinar misterius. "Lo juga nggak harus tiap hari tidur sama dia, ada jadwal khusus dan dia bukan orang yang rewel," tandasnya.

"Tidur? Maksudnya berhubungan badan?" tanya Ann melongo.

"Percaya sama gue, lo nggak akan rugi, dan kemampuan Big Ben di ranjang itu nggak bisa lo remehin. Gede barangnya Cin!!" kekeh Kinar genit.

Ann langsung bergidik ngeri saat melihat gerakan Kinar yang setengah menjulurkan lidahnya sok seksi. Bagaimanapun, ia tidak bisa menerima kontrak itu begitu saja tanpa tahu dengan siapa ia akan bekerja sama, apalagi ini menyangkut masalah yang sangat intim dan pribadi. Sekali lagi, Ann merasa dirinya adalah model profesional, bukan pelacur.

"Tuh Bang Rino asistennya Big Ben, dia yang bakalan jelasin semuanya," tunjuk Kinar pada Arino yang menyembulkan kepalanya di pintu.

"Kak Joanna? Apa udah selesai beres-beresnya?" tanya Arino langsung tertuju pada Ann.

"Kenapa ya?" tanya Joanna jual mahal.

"Kontrak itu," Arino menunjuk map di pangkuan Ann, "Kupikir , Kak Joanna mau membicarakannya," ucapnya.

Sigap Ann berdiri, "Iya, ada banyak hal yang harus aku luruskan!"

"Ikut aku," ajak Arino segera berbalik.

Buru-buru Ann mengikuti langkah Arino. Di pikirannya sudah terbayang seperti apa sosok Big Ben yang para seniornya bicarakan. Lelaki tua tukang main perempuan yang sangat menuntut untuk dipuaskan, bagaimana Ann bisa menghadapi lelaki semacam ini? Ia baru merintis karir dan uang muka pembayarannya dari kontrak kerja sudah ia pergunakan untuk membayar uang kuliah yang tidak sedikit.

"Tunggu sini dulu, apa yang perlu kamu tanyain soal kontrak bisa langsung kamu tanyain ke Big Ben," ucap Arino membukakan pintu ruangan penthouse di mana tadi Ann sempat nyasar sebelum show dimulai.

"Aku dijebak?" tahan Ann pada langkah Arino di ambang pintu.

"Tunggu aja, kamu bisa obrolin langsung nanti," desis Arino kemudian berlalu pergi tanpa penjelasan apapun.

Ann mendesah kesal, pandangannya mengitar. Ia baru tersadar bahwa tadi ia sudah sempat masuk ke dalam ruangan ini. Tata ruang dan seisinya baru ia kenali, hanya saja, tidak ada lelaki setampan dewa berwajah manusia salju seperti sebelumnya.

"Ada isi kontrak yang nggak kamu pahamin?"

Tiba-tiba sebuah suara muncul dari arah pintu ruangan kedua sebelah kanan Ann. Tentu saja Ann kaget bukan main, matanya membulat waspada, tapi ia segera menguasai dirinya. Setelah si empunya suara muncul dan wajah itu cukup ia kenali sebagai si setampan dewa, detak jantungnya melemah perlahan. Lelaki yang tak lain adalah Ben ini duduk menghadapi Ann di sofa favoritnya.

"Ada dan aku perlu ngobrol sama Big Ben langsung, bukan sama asisten-asistennya!" sahut Ann setelah berhasil menguasai kekagetannya.

"Apa yang nggak kamu pahamin?" gumam Ben menyilangkan kakinya angkuh, wajahnya tetap seangker sebelumnya, dingin dan menusuk sekali tatapannya.

"Kontrak apa sih ini sebenernya? Aku harus tidur dan ngelayanin nafsu bejat bandot tua yang kalian sebut Big Ben itu?" Ann yang hatinya sudah tidak tenang karena isi awal kontrak barunya langsung nyerocos begitu saja.

"Kamu terikat sama kontrak pertama. Di dalam kontrak kerja kamu sebagai model, ada klausul yang mengharuskan kamu tunduk pada semua kontrak-kontrak turunan yang terbit atas nama manajemen perusahaan, kamu nggak baca?"

"Baca, tapi ini namanya kontrak sepihak. Aku nggak pernah setuju sama isi kontrak ini!"

Sebelah alis Ben terangkat, "Kamu tau penalti apa yang bakalan kamu dapet kalau kamu menyalahi isi kontrak?" tanyanya garang.

"Aku bakalan balikin gaji awalku yang udah kuterima!" sambar Ann sombong.

"Kamu pikir cuma begitu masalah jadi selesai?" senyum licik Ben terkembang. "Coba kamu baca lagi kontrak kerja pertamamu, di sana tertulis nominal yang cukup fantastis dan itu harus kamu bayar kalau kamu menyalahi kontrak. Menurutku, seumur hidup bahkan sampe kamu ngejual diri pun, kamu nggak akan bisa bayar denda pinaltinya!"

"Kalian ngejebak aku?" sergah Ann emosi.

"Kamu tanda tangan kontrak awal dalam keadaan sadar, jangan memutarbalikkan fakta!"

Ann meraup wajahnya frustasi, "Ini kontrak yang berbeda dari kontrak kerja di awal, nggak bisa dijadiin satu. Dan tolong! Ngejual diri? Big Ben kalian itu aja yang rakus!" cercanya.

"Kontrak ini berlaku lifetime," gumam Ben lirih tapi tak terbantahkan, "mengikat kedua belah pihak dengan pinalti yang sama besarnya kalau sampe salah satunya memutus kontrak sebelum masa berakhir!" tukasnya.

"Gimana mau berakhir kalau bunyinya aja kontrak lifetime?" Ann mendengus keras. "Sama aja dia ngebeli tubuh dan hidupku! Kamu kasih tau sama Big Ben itu, si bandot yang brengsek dan rakus itu, hidupku ya punyaku, nggak bisa dibeli!"

"Oh ya?" Ben bangkit dari posisi duduknya, "kita liat aja nanti," ucapnya kemudian berjalan menuju jendela kaca besar yang memantulkan wajah tampannya samar-samar.

Ann ikut bangkit, ia campakkan map berisi kontrak tak masuk akalnya dengan Big Ben di meja kayu ulin itu. Wajahnya sudah dihiasi ekspresi bingung, kalut, tak menerima sama sekali. Ia memang ingin menjadi model terkenal, bisa membiayai hidup dan sekolahnya dengan jerih payah sendiri, tapi, jika harus menjadi teman tidur lelaki mengerikan yang tak pernah dikenalnya, Ann bahkan tidak pernah memikirkannya sekalipun.

"Tolong bilangin ke si Big Ben, aku nggak akan pernah dateng di hari yang udah ditentuin sama kontrak, terserah mau dituntut kayak gimanapun. Aku nggak ngejual tubuhku sama genderuwo mesum menjijikkan kayak dia!" tegas Ann sambil berjalan menuju pintu.

"Hei!" panggil Ben lantang.

Langkah Ann terhenti, ia menoleh ke arah pemanggilnya. Ben tampak mendekat, terlalu dekat hingga mau tak mau Ann terpojok menempel di daun pintu. Mata keduanya saling bertatapan intens, sedangkan Ben semakin mendekatkan wajahnya dengan sedikit membungkuk di depan Ann.

"Kamu amati dan liat baek-baek, apanya dari wajahku yang mirip sama genderuwo? Hem?" tanya Ben lirih tapi begitu mengintimidasi. Embusan napasnya saja bisa dirasakan oleh Ann.

"Ma-maksud kamu apa?" desis Ann sedikit gugup, ia langsung memalingkan wajahnya agar hidung mancung Ben tidak menyentuh hidungnya.

"Big Ben ... itu aku, orang yang kamu sebut genderuwo mesum tadi," ucap Ben di samping telinga Ann, ia kecup mesra pipi gadis cantik di depannya sebelum berpaling pergi ke arah jendela kaca lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Yudi Aryata
keren banget cerita nya bagus
goodnovel comment avatar
Elly Cabi
gendurwo........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Candu Cinta Bos Mafia   195. Candu Cinta (Ending)

    "Baru pertama kali ini aku liburan ke Eropa. Mimpi apa aku bisa ke sini sama orang yang paling berarti di hidupku," desis Ann lirih. Matanya mengitar takjub, masih tidak percaya pada apa yang kini tengah dialaminya. London tengah ada di awal musim gugur saat ini. Suhu udara cukup dingin untuk kulit Ann yang terbiasa dengan suhu tropis khatulistiwa. Ia sampai memeluk tubuhnya sendiri dengan menyilangkan kedua tangan di depan dada untuk menghangatkan tubuhnya. Liburan musim panas di Inggris Raya baru akan selesai dan Westminster cukup sepi dari wisatawan di bulan-bulan ini. "Pilihan yang tepat kita keluar malam hari, untungnya Christ udah akrab sama Lala, jadi kita bisa keluar malem-malem gini, biar Christ istirahat," ujar Ben sengaja merangkul leher istrinya mesra. "Lala udah kenal Danisha lama, jadi kayaknya Christ sering diajak jalan bareng juga sama Lala, makanya mereka cepet akrab," gumam Ann. "Mas, indah banget Inggris Raya," ujarnya tak hentinya berdecak. Meninggalkan

  • Candu Cinta Bos Mafia   194. Rencana Kejutan

    Ann menyesap teh melati buatan Ben sambil memejamkan mata. Sungguh pagi yang begitu damai dan menenangkan baginya, tanpa beban. Christ sedang sarapan pagi bersama Ben di ruang makan, sedangkan Ann sendiri duduk di halaman belakang, sesekali mengusap punggung Chester yang kini memang sengaja diboyong ke rumah baru demi memulihkan kesehatannya. Minggu depan kuliah Ann sebagai Maba akan dimulai, jadi, ia sengaja menikmati momen-momen emas ini tanpa gangguan. "Ane-san, berangkat seolah dulu," kata Christ mendatangi Ann sambil membungkukkan badannya. "Oke, hati-hati ya, semangat sekolahnya!" balas Ann melambaikan tangannya ceria, menatap punggung kecil nan kokoh Christ yang berlalu menjauh. Untuk kegiatan sekolah dan les privat yang harus dijalani Christ, Ann menyiagakan seorang sopir antar-jemput. Ben juga meminta Sony untuk menjadi penjaga Christ selama berkegiatan di luar rumah. "Kamu nggak ada agenda ke mana-mana hari ini, Ann?" tegur Ben yang menyusul duduk di seberang Ann, menent

  • Candu Cinta Bos Mafia   193. Pilihan Christ

    "Hai, Christoper!" sapa Eriska yang sudah datang lebih dulu di sebuah coutage tempat mereka dijadwalkan bertemu. Seperti rencana, Ann dan Ben mengantar Christ bertemu dengan Eriska. Satu titik balik kehidupan Christ akan ditentukan hari ini. Ann tidak tahu apa yang tengah dirancang oleh Eriska untuk mengusiknya lagi, tapi ia percaya Ben bisa mengatasi gangguan Eriska lebih baik ketimbang sebelumnya."Mami Eris," balas Christ melambaikan tangan sekenanya, juga memberi senyum simpul yang asing. "Kamu tambah tinggi ya," puji Eriska. "Makanmu pasti enak-enak pas ikut Ben," katanya. "Makasih udah menuhin permintaanku," tambahnya ke arah Ben sambil memeluk Christ yang tampak canggung. "Gue pengin urusan kita segera selesai," balas Ben. "Biar Christ mesen makanan dulu ya," tandas Eriska. "Aku udah makan sama Ann dan Ben sebelum ke sini," ucap Christ sangat fasih. "Kata Ann, Mami kangen sama aku," gumamnya. "Iya," jawab Eriska mengangguk. "Mami nggak bawa makanan kesukaanku?" tembak Ch

  • Candu Cinta Bos Mafia   192. Daya Juang

    Setelah sekian lama tidak beraktivitas di ranjang karena kondisi kesehatannya, Ben cukup berhati-hati bergerak. Ann lebih banyak memimpin permainan, sang istri berbalik memegang posisi dominan. "Joanna," Ben mengerang lirih, menikmati pemandangan sang istri yang meliuk-liuk di atasnya. "Berasa liat aku di Queen's Diary lagi ya Mas," goda Ann masih sempat bercanda. "Ini lebih juara sensasinya," balas Ben merem-melek, terbakar gairah. Ann terkikik, ia bergerak makin cepat, tapi tetap berhati-hati. Ben yang tengah berbaring di bawahnya itu masih belum sembuh total, jadi mereka tidak boleh bermain liar. "Ane-san!" Ben mengeja panggilan istrinya, ia tiba di puncak dengan senyuman lepas yang puas. "Wah," deru napas Ann masih terengah, "lega, Big Ben? 250 juta transfer ke rekeningku ya," candanya lucu. Ia bangkit dan duduk di sebelah suaminya, membiarkan Ben meriah selimut untuk menutupi tubuh mereka. "Nggak 300 juta sekalian?" tawar Ben. Ann mengangguk, "Boleh. Dikasih 500 juta lebi

  • Candu Cinta Bos Mafia   191. Memenangkan Pikiran

    Setitik air mata Ann jatuh, ia berpaling agar tak ketahuan tengah bersedih. Sesak di dadanya berusaha ia sembunyikan sebisa mungkin, hatinya telah jatuh teramat banyak pada Christ. "Kenapa aku harus milih? Aku udah tinggal di sini kan?" gumam Christ lugu. "Kamu bukan anggota keluarga, Eriska minta kamu kembali ke keluarga kamu," ungkap Ben gamblang, terdengar sangat tega. "Ane-san," Christ menoleh Ann, "apa aku harus milih? Aku aku harus ikut Mami Eris?" tanyanya hampir menangis. "Kamu boleh tetep tinggal di sini kalau kamu mau, Christ," jawab Ann. "Asal kamu memilih tinggal bersama kami, kamu boleh tinggal selamanya di sini," sambar Ben. Christ terdiam, ia tampak bingung dan hanya memainkan kancing bajunya sebagai bentuk pelarian. Anak sekecil Christ tentu mempunyai banyak perspektif pada setiap orang yang pernah merawatnya. Ann meski galak dan tegas, tidak pernah memukul atau menggunakan kekerasan. Begitu pula dengan Ben, meski ia keras dan kejam, selalu menekan Christ dengan

  • Candu Cinta Bos Mafia   190. Memberinya Pilihan

    "Marah, Ane-san?" tegur Ben yang menyadari perubahan sikap istrinya semenjak pulang dari rumah makan tadi siang. "Hem?" Ann melirik suaminya sekejap, lantas fokus lagi memainkan ponselnya. "Kamu marah sama aku, Ann?" ulang Ben sabar. "Marah? Emangnya kamu kenapa?" tanya Ann balik. Ben mendecak, ia tahu Ann sedang tidak mau diajak mengobrol. Istrinya ini tengah marah, enggan ditanya-tanya tapi jika Ben tak acuh, kemarahan itu akan semakin membesar. "Coba bilang, salahku di mana?" pancing Ben. "Wah," Ann tertawa dalam tatapan piasnya yang tak menyangka. "Nggak sadar salahnya?" "Oke, aku salah ngambil keputusan setuju sama Eriska? Bener?" "Terus?" "Aku mengabaikan kamu," desis Ben meringis, takut salah. "Bukan cuma mengabaikan, Mas. Aku nggak kamu anggep ada di tempat itu. Seharusnya kamu tanya dulu keputusanku, kan?" sergah Ann bagai siap memuntahkan lahar panas dari mulutnya. "Iya, aku minta maaf," ungkap Ben tak mau memperpanjang masalah. Salah atau tidak salah, ia tetap ha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status