Share

6. Perawanku

Author: Sayap Ikarus
last update Huling Na-update: 2025-03-25 13:41:37

Rai menghela napas panjang sambil meneguk air putihnya bernafsu. Ia meraup wajahnya untuk mengusap peluh, sengaja menghindari bersitatap dengan Ben, sang ayah angkat.

"Tumben kalah," gumam Ben justru duduk di sebelah Rai. "Ada isinya apaan itu kepala?" tanyanya.

"Otak dan organ lainnya, Ketua," balas Rai sekenanya.

"Perempuan," tebak Ben sangat tepat. "Ada satu perempuan di kepalamu, tapi bukan Kiara, Christ," ulangnya.

"Selalu ada Ane-san," balas Rai tersenyum.

"Siapa? Setelah sekian lama, hatimu tergerak?"

"Ben," Rai lagi-lagi meneguk air putihnya. "Aku pusing," keluhnya.

"Aku tau, kalah dariku membuktikan kalau sesuatu terjadi dengan kepalamu."

"Gimana dong?"

"Selesaikan. Sejak kapan klan Wisanggeni lemah sama perempuan?" tantang Ben.

"Dia beda, dan iya, dia memang kelemahanku," ungkap Rai jujur.

"Sampai apa?" tanya Ben sambil menyulut rokoknya. "Melibatkan perasaan? Ranjang?"

"Aku harus ke rumah sakit," balas Rai menghindar.

"Ah, aku harus bilang Ane-san kalau anak kesayangannya udah mulai nakal," ucap Ben tertawa senang.

"Bukan seperti bayanganmu, Pria Tua!" sergah Rai jengah.

"Apaan sih ini," Ann, ibu tiri cantik Rai datang menimbrung. "Christ, katanya mau ke rumah sakit. Masih di sini?"

"Bentar lagi berangkat," jawab Rai. "Ane-san, aku perlu ngobrol sebentar," tandasnya.

"Nggak ngobrol sama Ketua?" Ben menyela.

"Ganti baju sana ah, Mas!" hardik Ann gemas seraya mendorong punggung suaminya agar menjauh.

Rai tertawa geli melihat Ben yang begitu dihormati sebagai ketua perkumpulan mafia nan kejam, tapi tunduk dan patuh pada seorang Ann, istrinya. Namun, ia tahu, Ben begitu karena menghormati Ann. Sikap itulah yang diturunkan Ben padanya hingga Rai pun begitu sayang dan menghormati sang ibu tiri.

"Kenapa? Soal perempuan yang mana lagi? Nggak mungkin Kiara. Kamu masa bodoh banget sama jodoh klan itu, Christ. Siapa dia?" tanya Ann langsung tahu maksud Rai.

"Ane-san, yang mana lagi?" Rai tertawa miring. "Ada berapa yang pernah kuceritain? " tanyanya.

"Nggak ada sih. Kamu cerita soal banyak perempuan yang jadi pasienmu, Christ, tapi yang istimewa belom ada. Kali ini harus istimewa sampe bikin kamu bisa kalah sparing pedang sama Ketua lho."

"Ann," gumam Rai menghela napas panjang. Sejenak ia tampak ragu untuk membuka suara, tapi tatapannya mengarah pada Ann, sorot bingung dan sedih yang mendalam Ann temukan di bola mata indah itu.

"Istimewa banget ya?" Ann langsung paham tanpa harus mendapat penjelasan. Meski hanya seorang ibu angkat, ia membesarkan Rai dari umur 6 tahun, sudah lebih 20 tahun mereka bersama dan segala hal mengenai anak lelakinya ini, Ann sudah sangat hafal dan paham.

"Inget sebelum aku dikirim ke Jepang dulu?" tanya Rai mengajak Ann kembali ke beberapa tahun ke belakang.

"Ehm, kamu kelas 12 kan ya? Pas Taka-sama nyuruh Ketua buat kirim kamu dadakan itu?"

Rai mengangguk, "Aku ninggalin seseorang tanpa kalimat perpisahan dan ngilang gitu aja dari hidupnya. Namanya Gendhis," ungkapnya.

"Bang Rino pernah cerita soal anak ini, Christ," balas Ann. "Iya kan?"

"Dua minggu yang lalu, dia dateng ke rumah sakit, hampir nggak tertolong karena pendarahan, K.E.T," cerita Rai.

"Dia udah nikah?" Ann seketika menutup mulutnya,  ia tahu bahwa sosok Gendhis cukup menyita perhatian Rai saat itu. Ia sangat paham bagaimana pengorbanan Rai demi bisa meneruskan estafet kekuasaan sebagai penerus Ben hingga meninggalkan perasaannya begitu saja.

Bukannya memberi penjelasan lanjutan, Rai justru tertawa gamang. Ia teguk lagi air putih di gelasnya hingga tak bersisa. Diraupnya wajahnya yang dipenuhi peluh, sungguh, pikirannya kacau dan kalut saat ini.

"Ann," Rai menatap Ann dengan mata berkaca, "gimana aku harus bersikap saat perempuan yang dulu kurenggut keperawanannya, sekarang kutemuin sebagai seorang pelacur?" lirihnya parau.

###

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nindi Yati
oh my goodddd ternyata spin off nyaa akang Ben dan ann ya...warrww... makasih kak ikarus Uda mengobati rinduu...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Candu Cinta Dokter Muda   252. Menggenggam Dua Keluarga

    "Itu usul Danisha, aku nggak bisa nolak," desis Rai terlihat sangat tenang menghadapi Eriska yang datang menemuinya setelah selesai praktik, bersama Kiara. "Aku udah nebak, pelacur itu pasti bakalan manfaatin kesempatan buat mengkhianati kamu, Bang. Terbukti kan, dia hamil janin yang bukan anakmu!" sergah Kiara berapi. Rai melirik Kiara dengan sudut matanya, meski ia muak harus menghadapi Kiara yang dibencinya, ia harus bersandiwara. Tak mau banyak membuat interaksi palsu yang tak perlu, ia memilih hanya mengembus nafas kasar sebagai tanggapan untuk ucapan Kiara. "Jadi, sekarang dia dilindungi keluarga Takahashi? Kamu nggak bilang soal kemungkinan janinnya bukan anak kandungmu?" tanya Eriska. "Mana bisa, meski posisiku sekarang adalah ketua, aku masih harus bertindak di bawah Ben untuk beberapa keputusan. Gendhis adalah menantu kesayangan, mengingat Gendhis dulunya juga anaknya Robby Januar, Ann nggak akan ngebiarin hal buruk sekecil apapun menimpa Gendhis," terang Rai mas

  • Candu Cinta Dokter Muda   251. Saling Menjaga

    "Ketua!" sentak Gendhis segwra bangkit dan mendekati Rai di ambang pintu. "Kembar?" tanyanya tak percaya. "Serius lo?" tanya Danisha urung pergi. "Iya," Rai mengangguk, dipeluknya pinggang sang istri erat. "Kembar, ada dua kantung janin yang kuliat dark hasil USG kamu kemarin sore, luar biasa banget kan?" katanya tak bisa menyembunyikan raut bahagianya. "Perlindungan ekstra, nggak ada alasan apapun! Kalau sampe Eriska berani kurang ajar, gue musnahin Adhyaksa," ancam Danisha seraya masuk ke dalam mobilnya. Ia lantas melambai ke arah Gendhis, masih saja menoleh sebelum mobilnya benar-benar berbelok di gerbang depan. "Jadi," Gendhis mendongak, menatap wajah tampan suaminya penuh kasih. "Ada dua di dalam perutku?" tanyanya memastikan diri. "Iya, kita harus pantau lebih intensif, karena ada dua yang harus kita jaga, kamu wajib istirahat total. Hamil kembar bakalan menghabiskan tenaga ekstra, Ndhis," ucap Rai lembut. "Tuhan baik banget sama aku, setelah dua kali kehilangan

  • Candu Cinta Dokter Muda   250. Kejutan

    "Jadi, mereka mau kerja sama buat jahatin kamu?" tebak Danisha membulatkan matanya. "Rencana awalnya Rai kayak gitu Kak, nggak tau juga maksudnya gimana. Kalau dia berhasil ambil alih Adhyaksa dari tangan Eriska, artinya, nggak ada lagi bahaya yang bakalan mengintaiku. Gitu sih kata Ketua," ungkap Gendhis. "Rencana gila Christ begitu? Kamu lagi hamil kan Ane-san? Nggak beresiko?" "Tadinya juga kupikir gitu, aku pasti bakalan lebih sering baper kan ya kalau Rai mulutnya tajem pas ada Eriska. Tapi makin ditunda, makin gede lagi rencana Eriska buat nyakitin dan ngerusak rumah tangga kami," terang Gendhis tenang sekali. "Aku sering ngambek karena Ketua suka ngomong kasar ke aku di depan Eriska, tapi abis itu Ketua pasti langsung minta maaf. Gimana aku nggak luluh kan Kak?" rengeknya. "Tapi main trik sama ibu hamil muda beresiko kayak kamu, itu bukan hal bijak. Emang nggak bisa kasih perlindungan ekstra dulu aja? Tunggu sampe kamu lahiran kan bisa, Ane-san," desah Danisha tak hab

  • Candu Cinta Dokter Muda   249. Saling Percaya

    Gendhis beringsung dari posisinya, berbalik ke arah sebaliknya. Meski ia pura-pura memejamkan mata, sejak tafi, ia sama sekali belum bisa tertidur. Pikirannya melayang jauh, karena kehamilannya, Gendhis lebih sering merasa gelisah, pikirannya bercabang. Ia tidak bisa tenang sebelum Rai memberinya penjelasan terhadap sikap yang tadi sang suami lakukan di depan Eriska. "Ane-san," panggil Rai lembut, ia usap pundak sang istri yang tengah membelakanginya di ranjang itu, penuh kasih. "Kenapa?" balas Gendhis singkat tanpa menoleh. "Tadi tersinggung ya soal ucapanku di depan Mami?" tebak Rai langsung paham yang tengah istrinya pikirkan. "Aku orang lain kan? Apa perlu orang lain ini pindah ranjang, tinggal di rumahnya sendiri?" tantang Gendhis menoleh sengit. "Aku tadi cuma bohongan, Ndhis," ucap Rai, ia peluk tubuh istrinya dari belakang. "Kan udah kubilang, aku harus meyakinkan Mami dulu biar dia masuk perangkap," tandasnya, dikecupnya pundak terbuka sang istri, lembut sekali.

  • Candu Cinta Dokter Muda   248. Memancing Target Utama

    Gendhis mematung di ujung tangga seraya memegangi perutnya yang masih terasa mual sejak tadi pagi. Ia menghela nafas panjang, sesekali menengadah untuk menghalau keinginan muntah yang tiba-tiba. Berjarak sektitar 2 meter darinya, Eriska duduk nyaman di sofa tamu, tersenyum sangat sinis. "Ketua yang mengundangku datang," kata Eriska seakan perlu memberi Gendhis penjelasan. "Ini kediaman Takahashi, rumahku, aku nyonya rumahnya, Bu Eriska," desis Gendhis enggan menyebut Eriska dengan embel-embel Mami seperti Rai. "Jadi aku berhak ngusir siapa aja tamu tak diundang yang datang di waktu yang salah," ujarnya ketus. "Jangan mentang-mentang posisimu adalah Ane-san, bicaramu bisa asal-asalan. Kamu nggak akan bisa melawan Ketua, andai dia membelot ke Adhyaksa dan mempertanyakan bayi siapa yang ada di perutmu, kamu bisa dengan mudah ditendang dari rumah ini kapan aja!" tegas Eriska merasa menang posisi karena kedatangan Rai ke kediaman Adhyaksa tempo hari. "Bayi siapa? Aku nggak perlu ngasih

  • Candu Cinta Dokter Muda   247. Wajib Mewaspadai

    Gendhis memilih untuk diam dan tak lagi menanggapi ucapan Rai perihal jenis kelamin sang janin. Kendati Rai tak menampilkan ekspresi wajah memaksa dan mendominasi, Gendhis tahu, Rai menginginkan bayi laki-laki sebagai anak pertama mereka. "Katanya tadi pengin rujak, giliran udah jadi malah dianggurin," gumam Rai heran. Gendhis tersenyum sekenanya, "Iya, tadi rasanya pengin banget, giliran udah jadi, kok malah nggak pengin lagi," katanya. "Terus ini siapa yang mau makan?" "Kamu aja, Rai," jawab Gendhis tanpa semangat. "Kenapa? Soal anak cowok apa cewek dulu tadi kah?" tebak Rai tepat sasaran. Gendhis diam. Ia tak bersuara, memilih untuk meraih gelas air putihnya, meneguknya bernafsu. Kendati ia tidak sepakat dengan pandangan sang suami, ia tak pernah merasa sekecewa ini sebelumnya. "Hei, aku bercanda," ucap Rai lagi, meraih lengan istrinya agar Gendhis mau menoleh menatapnya. "Beneran nggak mau anak cewek kalau nanti dia lahirnya cewek?" tanya Gendhis, jemarinya lembut

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status