Home / Romansa / Candu Cinta Dokter Muda / 5. Alasan Masa Lalu

Share

5. Alasan Masa Lalu

Author: Sayap Ikarus
last update Huling Na-update: 2025-03-25 13:39:03

"Banyak staf perawat bertanya ke saya, apa hubungan Dokter dengan pasien K.E.T itu," sebut Suster Tiwi mengiringi langkah Rai menuju parkiran di hari lain seusai praktik di poli.

"Terus Mbak Tiwi jawab apa?" balas Rai tak acuh.

"Rumor tersebar, mereka pikir Dokter Christ adalah salah satu pelanggannya di rumah bordil," kata Tiwi hati-hati.

"Ya biar aja mereka nganggap begitu."

"Tapi banyak yang nggak rela, Dokter kan maskot ketampanan rumah sakit kita, masa jajan di rumah bordil. Nggak mungkin kan Dok?"

Rai tersenyum, "Menurut Mbak Tiwi, saya begitu nggak?" tanyanya.

"Enggak," tegas Suster Tiwi. "Dok, jangan ya," pintanya sudah seperti kakak bagi Rai.

"Iya," sahut Rai geli. "Gendhis, hari ini dia bisa pulang. Mbak sudah buatkan surat kontrolnya untuk dua minggu ke depan?" tanyanya.

"Siap, sudah Dokter!" balas Suster Tiwi.

Rai mengangguk, lantas melambai ringan pada Tiwi sebelum akhirnya keduanya berpisah di simpang antara lobi dan arah IGD.

Seolah takdir memberi kesempatan yang sangat banyak padanya dan Gendhis, Rai berpapasan dengan cinta pertamanya itu di lorong menuju ruang farmasi. Padahal, selama 3 hari belakangan ini, Rai selalu mengirim residen untuk memeriksa kondisi Gendhis, satu tindakan tidak profesional yang dilakukannya demi menghindar.

"Dokter Christ!" kali ini Wida yang menyapa, membuat Rai mengangguk ringan, sekenanya. "Terima kasih sudah bantu merawat Gendhis," tambahnya.

"Sudah kewajiban saya," balas Rai 'template' sekali.

Gendhis nampak bungkam, ia hanya menatap Rai tanpa suara, tatapan yang begitu random dan menghakimi.

Sebaliknya, Rai terlihat tak acuh, terjebak dan tak bisa pergi begitu saja karena terhalang kursi roda Gendhis yang didorong Wida.

"Bilang makasih sama Dokter Christ, Sugar!" perintah Wida. "Gue tebus obat lo dulu," pamitnya buru-buru berlalu.

Hening lagi. Rai memilih membasahi bibirnya sejenak, ingin langsung beranjak ia juga tak tega meninggalkan Gendhis sendirian di atas kursi roda. Ya, meski kondisinya sudah dinyatakan stabil, Gendhis memerlukan istirahat lebih banyak demi recovery kesehatannya.

"Saya sudah minta Suster Tiwi untuk membuatkan surat kontrol, Mbak bisa datang untuk kembali diperiksa di jadwal yang sudah ada," ucap Rai mengikis kecanggungan.

"Ya, sudah diterima," balas Gendhis sekenanya.

"Semoga lekas sembuh," gumam Rai mengangguk sopan, untuk kemudian melanjutkan langkah.

"Maaf untuk udah bikin Dokter Christ terjebak rumor jelek karena saya yang sok kenal sama Dokter, seharusnya saya bisa menjaga sikap," ucap Gendhis membuat langkah Rai seketika terhenti.

"Nggak masalah, nggak mengganggu kinerja saya," tukas Rai santai.

"Dan terima kasih sudah mau merawat, mendonorkan darah untuk pelacur seperti saya tanpa bertanya-tanya.”

"Seharusnya saya bertanya," sebut Rai membuat Gendhis seketika menaikkan pandangan dan beradu tatap dengannya. "Karena Mbak butuh wali untuk persetujuan operasi. Tapi kata dokter IGD, Mbak ini sebatang kara, jadi saya langsung ambil tindakan untuk menjadi wali," jelasnya.

"Alasannya apa?" gumam Gendhis. "Apa karena kita pernah terlibat cukup banyak di masa lalu?"

"Kemanusiaan," sambar Rai. "Mbak butuh penanganan cepat karena perdarahan yang mengancam nyawa," elaknya tak mau mengakui kisah masa lalu itu.

"Saya nggak akan menuntut apapun ke Dokter soal masa lalu kita. Saya sadar diri. Sebagai perempuan penjaja jasa, saya seharusnya tidak berusaha menggali masa lalu seorang yang sangat agung dan luar biasa seperti Dokter Christopher!"

###

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Candu Cinta Dokter Muda   236. Selama Ada Aku

    Kemampuan bermain pedang seorang Rai memang sudah tidak diragukan lagi. Lemparannya ke arah Gendhis mengenai sasaran, tali yang menjulur mengikat leher Gendhis terpotong, membuat sang Ane-san seketika ambruk. Adegan mengejutkan dan terjadi sangat cepat itu memecah fokus Mario. Saat itulah Rai berlari, menyerang Mario dengan tangan kosong. "Lo bilang mau ke neraka? Gue kabulin permohonan lo lebih cepat!" sergah Rai sambil melayangkan pukulan bertubi-tubi ke wajah Mario. Tanpa persiapan dan kondisi tubuh yang sudah tidak sekuat sebelumnya, Mario tumbang di tangan Rai. Ia terhuyung jatuh, tak memberikan perlawanan sedikit pun. Kakinya yang sudah pincang karena cacat permanen akibat serangan Rai tak lagi mampu menopang berat tubuhnya. Saat itulah Rai memiliki waktu untuk mengambil pedangnya, menghunusnya tepat di depan hidung mancung Mario. "Gimana kalau gue congkel satu per satu mata lo biar lo bisa ngerasain sakit yang Gendhis rasain selama lo siksa dia?" gumam Rai dipenuhi emosi

  • Candu Cinta Dokter Muda   235. Pertukaran

    "Peek a boo!" sambut Mario tepat saat Rai berhasil mendobrak pintu gudang. Mario menyeringai, sebelah tangannya memegang tali yang langsung terhubung ke ikatan di leher Gendhis. Benar, istri Rai itu berdiri di atas kursi, lehernya dililit dengan tali, siap digantung. Kaki Mario ada di salah satu kaki kursinya, bersiaga, mengancam Rai agar tidak semakin mendekat. "Lo maju selangkah lagi, gue tendang ni kursi," ancam Mario. "Nggak mau kan dia mati di tangan gue? Nanti kubawa dia ke neraka bersama gue," katanya tertawa menggelegar. "Jadi, setelah pelarian panjang lo yang penuh perjuangan itu, lo cuma mau mati di rumah gue? Kenapa nggak dari dulu aja, bakalan gue kabulin cepet padahal," ujar Rai melepas sarung pedangnya, masih di tempatnya berdiri di ambang pintu. "Soalnya, kalau gue mati, harus sama dia. Kalian nggak boleh bahagia di atas kematian gue," sahut Mario menunjuk Gendhis. "Berani maju, gue tendang beneran kursinya, lo bakalan liat istri cantik tercinta lo berjuang de

  • Candu Cinta Dokter Muda   234. Petunjuk Penting

    "Makan dulu," ucap Mario mendekat pada Gendhis yang masih terduduk di lantai dengan kondisi sama seperti dua hari sebelumnya. "Kamu bisa mati kalau nolak makan dan minum dariku," tandasnya lantas membuka sumpalan di mulut Gendhis sedikit kasar. Tubuh Gendhis yang tidak didukung asupan makanan cukup dan cairan yang memadai karena ia tidak makan dan minum hampir dua kali 24 jam tentu saja melemah. Bibir Gendhis tampak kering, beberapa kulit luarnya mengelupas. Air mata mengaliri wajah cantiknya yang sudah sembab dan berantakan, suaranya habis. "Makan!" perintah Mario menyodorkan sebungkus nasi lauk ayam dan sebotol air mineral. "Ah, kuikat tangan dan kakinya ya, Sayang," katanya tersadar. Gendhis menelan ludahnya berkali-kali. Mario benar-benar penuh perhitungan kali ini, terbukti, Rai belum juga berhasil mengendus tempat persembunyiannya padahal mereka hanya bertahan di dalam ruangan gudang bagian belakang rumah Gendhis. Pergerakan Mario sangat rapi, ia memiliki mata dan telin

  • Candu Cinta Dokter Muda   233. Menyadari Kehilangannya

    Gendhis meronta sekuat tenaga, tapi tentu saja, kekuatan Mario yang menyeret tubuhnya menuju gudang di bagian belakang rumah sama sekali bukan tandingannya. Berusaha untuk berteriak, mulut Gendhis dibekap kuat, membuatnya sesak bahkan hanya untuk sekadar mengambil nafas. "Tempat yang sempurna buat nyimpen bangkai, Sugar," ujar Mario meneliti seisi ruangan gudang milik Gendhis itu, matanya mengitar. "Mereka pikir, kamu pasti kubawa pergi jauh," katanya seraya mengambil tas di lengan Gendhis, melemparnya jauh-jauh. "Apa mau kamu, Mas?" desah Gendhis memegangi dadanya, ia masih kesulitan untuk bicara. "Memilikimu selamanya, cuma berdua sama kamu menikmati dunia. Kita tunggu sampai orang-orang itu capek mencarimu, baru kubawa pergi dari sini," balas Mario mengungkap rencananya. "Kamu sengaja bangun gudang semewah ini untuk menampung pelarianku? Visioner banget kamu, Sugar," desisnya tertawa menggelegar. "Lepasin aku Mas, bertobatlah. Kamu punya anak yang harus kamu jaga mentalnya. Kam

  • Candu Cinta Dokter Muda   232. Kejutan Tiba-Tiba

    Seperti yang sudah menjadi obrolan sebelumnya, hari ini Gendhis berangkat ke perusahaan yang kini sudah menjadi hak miliknya. Sementara, Rai juga sudah mulai bekerja lagi, rumor tentangnya langsung reda, tidak membutuhkan waktu lama untuk memperbaiki namanya sebagai dokter kandungan yang sangat kompeten. "Makasih Bang," ucap Gendhis saat Axel mengantarnya pulang sore harinya, menjelang petang. "Aku cari makan sebentar di luar, Ane-san," pamit Axel ragu. "Iya nggak pa-pa, aman kok di sini juga, nggak bakalan ada apa-apa," kata Gendhis santai. "Makan malam sama Rena kan?" tebaknya mengedipkan sebelah mata. "Kok tau?" gumam Axel tersipu."Keliatan dari panikmu, Bang," kekeh Gendhis. "Udah gih, takutnya Rena nungguin," usirnya halus. "Oke, bentar lagi Bang Ardi dateng, kalau butuh apa-apa, hubungi dia aja," pesannya sembari mulai melajukan mobil yang dibawanya meninggalkan halaman rumah Gendhis.Sepeninggal Axel, Gendhis membuka pintu utama rumah besarnya. Lampu belum ada yang dinyal

  • Candu Cinta Dokter Muda   231. Bicara Berdua

    "Kamu masih butuh waktu, Ane-san?" tegur Rai lirih, sudah dua hari ini Gendhis hanya bicara sekenanya jika bertemu. Bahkan saat tidur di ranjang berdua, Gendhis hanya diam dan tak mengajak Rai bicara. "Hem?" gumam Gendhis singkat. "Masih butuh waktu buat sendirian?" ulang Rai. "Aku bisa pindah ke kamar di bawah kalau kamu perlu ruang yang lebih luas buat menyendiri," tandasnya. "Enggak," elak Gendhis. Ia raih pergelangan tangan suaminya dan diajaknya Rai duduk di sofa ruang tamu. Untuk sejenak, Gendhis hanya terdiam. Ia mainkan jemari Rai dengan jemarinya. Fokus tatapannya ada di corak lantai granit yang dipijaknya. Rai pun tidak buru-buru bertanya, ia beri kesempatan pada istrinya untuk berpikir dan mencerna semuanya. "Aku diem bukan karena aku marah atau nyalahin kamu, Rai," bisik Gendhis lirih. "Iya, aku tau. Kalau kamu marah sama aku, kamu pasti nggak mau kutemenin di sini," tukas Rai. "Aku ngajak ngobrol gini karena masa cutiku udah selesai, besok pagi, aku harus mulai prak

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status