Share

BAB 52

Penulis: Langit Parama
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-13 08:10:09

Pagi itu, sarapan sangat menegangkan karena detik-detik Radja meminta Inggrit untuk meminta maaf pada Djiwa karena perbuatannya ketika di hotel sangat fatal.

Dari jam sembilan malam sampai jam delapan pagi Djiwa baru bisa keluar dari sana. Apalagi toiletnya berbeda dengan kamar mandi di mansion yang luasnya seperti satu kamar.

Meski Radja sudah memberikan hukuman yang setimpal pada sang istri, tanpa rasa kasihan dan empati, apalagi karena alasan Inggrit ibu dari anak-anaknya.

Tapi ngomong-ngomong soal anak, Radja lupa untuk mengantarkan helai rambut Anggita untuk dibawa ke lab dan melakukan tes DNA dengan dirinya.

“Mami bingung kalau sampai nanti Mami gak ada, siapa yang mau membuka obrolan? Ada Mami saja kalian pada bungkam seperti ini,” ucap Sekar di sela-sela sarapan yang hening.

Fairish melirik ibu mertuanya sekilas, dalam hati dia justru lebih enak diam daripada mendengarkan ucapan-ucapan yang sama sekali tidak penting.

Dan dia sangat ingin sekali mematikan adat patrilineal
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Candu Dekapan Kakak Ipar   BAB 78

    “Kalau bisa hamil dua-duanya kenapa tidak?” Radja membuka suara, membuat semua yang di meja makan menoleh ke arahnya. Pria itu dengan tenang meletakkan sendok di tangannya ke atas piring, lalu beralih menatap Sekar. “Belum tentu Fairish hamil anak laki-laki.” “Belum tentu juga, kan, Djiwa yang hamil anak laki-laki, Mas,” Inggrit menimpali, nada bicaranya dingin—begitu pula tatapannya. “Harusnya kamu berdoa aja, semoga laki-laki.” Tatapan Inggrit beralih ke semua anggota keluarga di meja makan. “Sultan, Kaisar, semuanya—doain semoga anak Fairish laki-laki. Karena kalau mau dijadikan pewaris, anak dia lebih pantes.” Radja menyeringai miring mendengar kalimat Inggrit, tatapannya menusuk pada sang istri. “Jelaskan pada saya, dimana letak ketidakpantasannya Djiwa hamil anak laki-laki?” Kedua tangan Radja terlipat di dada, tatapannya lurus pada sang istri. Begitu pula dengan semua yang di meja makan, beralih menatap keduanya secara bergant

  • Candu Dekapan Kakak Ipar   BAB 77

    “Mi, apa itu tadi ciri-ciri dari pengguna obat-obatan terlarang?” tanya Inggrit pelan namun jelas, suaranya terdengar seperti bisikan yang ditarik rasa cemas. Ia bertanya tepat setelah Radja meninggalkan ruang tengah. Djiwa yang masih berdiri di sana refleks menoleh. Namun tatapan Sekar tajam, mengulitinya—membuat Djiwa buru-buru menunduk. “Djiwa permisi dulu, Mi,” ucapnya, hampir seperti melarikan diri. Tanpa menunggu jawaban, ia berbalik dan melangkah cepat menuju kamarnya. Sekar menghela napas berat, tatapannya kembali pada Inggrit. “Gimana?” Inggrit duduk, tapi perhatiannya teralih pada Anggita yang masih berdiri mematung, wajahnya bingung dengan percakapan orang dewasa yang baru saja ia dengar. “Kamu langsung masuk kamar aja, Gi. Mama masih mau ngobrol sama Nenek kamu,” ujar Inggrit lembut namun tegas, setidaknya di hadapan Sekar. Anggita mengangguk cepat, seperti diberi izin untuk lari dari ketegangan yang bahkan ia sendiri tidak mengerti. Ia bergegas naik ke lantai dua,

  • Candu Dekapan Kakak Ipar   BAB 76

    Sepuluh hari setelah liburan mereka di Rotterdam, private jet keluarga Reinard akhirnya mendarat mulus di landasan Bandara Indonesia. Begitu roda pesawat berhenti sempurna, pramugara membuka pintu kabin. Udara Jakarta yang hangat langsung menyergap masuk, kontras dengan dinginnya musim dingin Belanda yang masih menempel di kulit mereka. Radja bangkit lebih dulu, meraih mantel tipisnya. Ia menoleh ke belakang, menatap Djiwa yang masih melepaskan seatbelt yang melingkari pinggangnya. “Ayo,” ucapnya pelan. “Kita sudah sampai.” Djiwa berdiri, menata rambutnya yang sedikit kusut karena tidur selama perjalanan panjang. Ia mengikuti Radja menuju pintu keluar, dan ketika menjejak lantai tangga pesawat, aroma khas kota Indonesia langsung menyambutnya. Hangat, lembap, dan rumah. Begitu keduanya menuruni tangga, seorang supir keluarga Reinard sudah menunggu di bawah dengan membungkuk hormat. “Selamat datang kembali, Tuan Radja,” sambutnya. Radja mengangguk, kemudian menoleh pada Djiwa.

  • Candu Dekapan Kakak Ipar   BAB 75

    | Inggrit Mas, Anggita mau ngomong sama kamu. Jawab teleponnya. | Inggrit Kalau udah gak sibuk, telepon balik ya, Mas? Radja menatap pesan itu datar tanpa ekspresi, sama sekali tidak tertarik untuk membalas apalagi balik menghubungi Inggrit. Entahlah, dia merasa kalau wanita itu hanya menggunakan nama anaknya agar bisa menghubunginya. Dan selama hasil tes DNA yang Radja minta pada Arga belum keluar, dia tidak bisa tenang dan bersikap seperti biasa pada Anggita. Ia mendengus kasar, lalu memasukkan ponselnya ke dalam long coat miliknya. Kakinya kembali melangkah bersama wanita di sisi kirinya. “Kayaknya, kalau bukan lagi musim dingin—kita bisa jalan-jalan ke pantai ya, Mas?” Djiwa kembali kembali membuka suara saat keduanya terdiam cukup lama setelah Djiwa menyebut nama Inggrit. Ia sungguh tidak menyangka Radja akan semarah itu hanya karena dia menyebut nama istrinya. Padahal dia memang benar-benar bertanya. Jika iya, beruntung sekali Inggrit bisa mendapatkan pria seperti Radj

  • Candu Dekapan Kakak Ipar   BAB 74

    Tangan Radja menahan pergelangan kaki Djiwa agar tetap terbuka. Sementara pinggulnya menghantam masuk lagi dan lagi, cepat, dalam, tanpa ampun. “Ahh ... Mas ... pelan-pelan dulu ....” desah Djiwa yang nyaris terdengar seperti tangisan anak kecil. Tapi bukannya melambat, Radja justru menunduk, menggigit bahunya dan semakin menghentakkan pinggulnya keluar masuk lebih keras lagi. Radja tidak menyangka dirinya bisa terpikat pada Djiwa—bukan hanya pada wajah atau sikapnya, tetapi pada keberadaannya meninggalkan bekas yang tidak bisa hilang. Ada sesuatu yang berbeda sejak pertama kali dia menyentuh Djiwa. Seperti rasa yang belum pernah ia temukan sebelumnya. Bukan sekadar ketertarikan, tapi efek yang menempel lama di kepalanya—seolah tubuhnya mengingat setiap sentuhan yang pernah terjadi. Dalam diam, Radja menyadari satu hal, dia mencicipi sesuatu yang tidak pernah jadi miliknya, namun justru membuatnya ingin memiliki sepenuhnya. Ada ego yang terusik. Ada naluri yang bangkit. Ada ras

  • Candu Dekapan Kakak Ipar   BAB 73

    “Mas udah, ini kebanyakan,” keluh Djiwa sambil menahan tangan Radja yang lagi-lagi meraih pakaian lain yang tergantung rapi di deretan butik mewah. Mereka sudah berpindah dari Markthal ke sebuah mall besar di Rotterdam setelah makan siang, dan Radja seolah benar-benar tidak punya rem. Long coat baru? Diambil. Tas kulit branded? Masuk ke keranjang. Heels berbagai warna? Radja menunjuk dan langsung memanggil pramuniaga. “Kebanyakan?” Radja menoleh sambil menaikkan sebelah alisnya. “Kamu ke sini cuma bawa satu koper kecil. Mana mungkin saya biarkan kamu jalan-jalan pakai itu-itu terus?” “Mas, tapi … ini semua mahal,” gumam Djiwa, pipinya memanas saat melihat tumpukan barang yang jelas bukan levelnya. “Saya yang bayar.” Radja kembali meraih satu set long coat warna krem yang langsung ia tempelkan ke tubuh Djiwa. “Ini cocok.” Tapi tak hanya satu warna, warna-warna lain juga dia ambil. Djiwa mundur setengah langkah. “Mas, serius, jangan semua dibeli.” Radja mendekat, menurunk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status