Share

cemburu dengan mantan?

Author: Ana Battosai
last update Last Updated: 2022-06-30 20:00:25

🌷🌷

Tidak pernah terlintas di benakku bisa akur dengan mantan. Hal Yang sering aku lakukan dulu adalah menjaga jarak sejauh mungkin dengan mereka. Perasaan takut disakiti lagi, lebih dominan dari rasa benci, dan aku memilih menjauh.

Denis mengantarku pulang setelah puas jalan-jalan di taman, tidak lupa ia membelikan aku pop corn. Ia masih ingat rupanya dengan apa yang kusuka.

Aroma parfum dari tubuhnya memenuhi rongga hidung saat aku duduk manis di boncengan membangkitkan kenangan di masa lalu. Ahh ... aku merindukan momen kebersamaan ini.

“Pilihin parfum dong, Sayang,” ucapnya kala itu saat kami tengah berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan, dan aku dengan senang hati memilih.

“Ini kayanya cocok deh!” Aku menyodorkan parfum dengan aroma campuran menthol dan pinus. Menurutku cocok dengannya yang maskulin tapi terkesan dingin, mirip primata yang ada di hutan. Denis memang seperti itu, btw.

Denis dengan wajah semringah saat aku menyodorkan parfum pilihanku. Sejak saat itu ia selalu membelinya jika sudah habis, dan itu menjadi aroma kenangan hubungan kami.

Aku memandangi langit-langit kamar, terlintas bayangan wajah Denis di sana tengah tersenyum dan sukses membuatku berdebar. Apakah ini tanda akan adanya CLBK? Cinta lama belum kenyang.

“Aku mau CLBK, The!” serunya siang tadi.

“Cinta lama belum kelar?” tanyaku.

“Bukan ... tapi cinta lama belum kenyang!”

“Kok?”

“Iya, kita belum kenyang memadu kasih, belum kenyang mencintai dan menyayangi. Aku belum kenyang membuat kamu bahagia!”

“Halah ... modusmu kaya wedus, Denis!”

“Aku akan pelan-pelan dan menunggumu, sampai siap terima aku kembali!” Denis meraih tanganku dan menggenggamnya erat lalu menciumnya lembut. Membuatku kembali nostalgia di saat kami memadu cinta.

Adegan kemesraan ini disaksikan oleh mamang batagor dan para penghuni taman. Eaakkk ....

Saat tengah asyik berpandangan mata, ponselku bergetar membuyarkan kemesraan. Papa mengirimkan chat kalau sedang ke puncak mengunjungi sanak saudara. Sudah bisa dipastikan beliau tidak akan pulang dalam waktu dekat. Dan soal burung perburungan ia serahkan pada asisten kepercayaan, Bi Sumi!

🌷🌷

Aku membuka mata saat mendengar pintu kamar diketuk.

“Ada apa Bi Sumi?”

“Ada tamu, Non!”

“Siapa yang bertamu pagi buta begini?”

“Mas Denis, Non!”

Aku mengerjap, melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Tanganku menyibak selimut lalu berjalan menuju cermin.

Aku berkaca sebelum turun ke bawah menemui Denis.

Ish, ngapain sih. Cuma ketemu Denis, Theresia. Bukan calon pacar! Aku memutar badan, segera turun menemui Denis.

“Ngapain lagi, sih, ke sini?”

Denis menoleh saat aku berdiri di sampingnya. Ia berdiri lalu berjalan mendekat, tanpa komando Denis mencium keningku.

“Pagi, calon istri!” serunya.

Aish, kenapa lelaki itu pandai membuat aku klepek-klepek!

“Nggak usah gombal. Mau ngapain pagi-pagi buta ke sini?” Tanganku menyeka kening bekas kecupannya.

“Aku kangen.”

“Non, tamunya nggak disuruh masuk dulu?”

“Nggak usah, Bi. Dia udah mau ....”

“Mau, Bi. Aku mau sarapan di sini, boleh?”

“Boleh atuh, Mas.”

“Bi ...,” teriakku, tapi Bi Sumi pura-pura tidak mendengar.

“Eh, Non. Kata ibunya tetangga Bi Sumi, kalo ada tamu pagi-pagi itu disuruh masuk. Pamali!” seru Bi Sumi berjalan mendekat, tangannya menggandeng Denis masuk ke dalam rumah.

Ini yang punya rumah aku atau Bi Sumi, sih?

Aku berjalan di belakang mereka, Denis yang dituntun Bi Sumi duduk manis di meja makan. Odading Mang Solihin tersedia di meja, makanan favorit Bi Sumi, dan tentunya kesukaanku juga.

Bi Sumi naik ke lantai atas, meninggalkan aku dan Denis berdua di dapur.

Ingin rasanya aku menyanyikan lagu terdiam sepi saat menghadapi situasi begini. Canggung dan entah apa yang harus aku lakukan. Aku melirik Denis yang sedang asyik melahap odading, ia bahkan tidak menganggap aku ada.

Halo, Denis. Aku ada di sini, loh! Ingin rasanya aku berteriak. Tapi, ah, sudahlah.

Setengah jam aku tak diacuhkan, dengan kesal pergi dari dapur menuju ruang tengah, mengambil remote dan menyalakan TV.

“Kamu belum jawab pertanyaan aku kemarin, The!” seru Denis lalu duduk di sebelahku.

Aku memeluk lutut, lalu menenggelamkan wajah. Aku malas berhadapan dengan situasi begini, aku tidak suka. Ini terlalu romantis.

“The ....”

Aku mengangkat wajah, lalu menoleh ke arahnya. Pandangan mata Denis teduh, aku merasakan seperti ada penyesalan dari tatapannya.

“Aku masih sayang sama kamu. Aku mau menebus semua kesalahanku.”

Tahan, Theresia. Jangan sampai goyah.

“Nggak, aku nggak akan mau pacaran sama kamu!”

“Idih, ge'er. Siapa juga yang mau ngajak kamu pacaran!”

Tuh 'kan. Aku dikerjain lagi!

“Aku mau ngajak kamu nikah. Jadi istri aku!” serunya.

Hancur, roboh, runtuh benteng pertahanan ini.

Yes, i do, Denis. Aku mau nikah sama kamu!

Tidak ... tidak ... untuk kali ini tahan harga dulu.

“Sorry, aku nggak bisa!”

“Kenapa?”

“Masih banyak laki-laki baik di luar sana. Dan aku pasti bisa cari ganti yang lebih baik dari kamu. Yang nggak seenak udelnya ninggalin pas lagi sayang-sayangnya.”

“The, please. Kasih aku kesempatan kedua.”

“Masih ada waktu tiga minggu buat cari pendamping di grup CCC, dan aku pasti bisa!”

“Lalu kalo kamu nggak bisa dapat jodoh dari waktu yang ditentukan, kamu akan dijodohkan dengan orang yang kita sama sekali nggak tahu kaya gimana!”

Kalimat Denis membuatku kaget. Maksudnya apa?

“Aku nggak ngerti!”

Denis mengeluarkan ponsel miliknya, lalu membuka grup CCC. Aku menggeser posisi, lebih dekat dengannya hingga kaki kami bersentuhan. Aku menghidu parfum kenangan dari tubuhnya. Nyaman, dan aku ingin kembali ke masa itu, di mana kedua hati ini masih saling mencinta.

Denis ... aku rindu!

“Ini. Syarat paling akhir dan wajib kamu tahu. Kalo misalkan dalam waktu satu bulan kandidat belum menemukan jodoh, maka mau tidak mau harus mau dijodohkan dengan orang yang dipilih admin. Makanya alumni dari CCC pasti menikah.”

Aku melongo. Mana bisa. Itu namanya pemaksaan!

“Tapi aku tetep nggak mau balikan sama kamu!”

“Theresia, ibuku pengen ketemu sama Mama.”

“Kamu 'kan tahu kalo Mama udah meninggal!”

“Maksud aku, ibuku pengen ketemu Mama yang akan melahirkan cucunya!”

Denis ... hayu, nikah!

Aku menutup wajah dengan tangan, malu. Sudah bisa dibayangkan jika wajahku memerah seperti kepiting rebus.

Aku merasakan tangan Denis berada di bahu, mengusapnya pelan dan memberikan rasa nyaman.

Denis ... usaha lebih keras agar aku mau balikan sama kamu.

Ish, dasar Theresia labil!

“Theresia!”

Aku menoleh ke arah pintu, di sana berdiri Dewi. Wajahnya yang putih kini terlihat memerah. Ia habis nangis.

“Wi ....” Aku berdiri lalu mendekatinya. Dewi berlari ke arahku, memelukku erat. Aku mengusap punggungnya, Dewi terisak di dadaku.

“Wi, kenapa?”

Dewi masih menangis, tidak menjawab pertanyaanku. Denis berdiri di antara kami, memandang dengan tatapan bingung.

“duduk dulu, Wi.” Aku menuntunnya duduk di atas karpet, tempat duduk tadi.

Mulut Dewi masih diam, tapi tangisnya sedikit reda.

“The ... Dion selingkuh!” serunya lalu kembali menangis. Aku menyerahkan tissue untuknya. Dion adalah calon suami Dewi, karyawan di perusahaan milik Papanya.

“kamu salah lihat kali, Wi!” seruku berusaha menenangkan.

“Aku nggak mungkin salah. Wanita yang Dion temui kemarin itu mantan kekasihnya.”

Aku mengusap punggung Dewi, sementara Denis hanya diam mengamati kami.

“The ... aku harus gimana?”

Pertanyaan Dewi membuatku bingung. Jangankan membantunya mencari solusi, masalah yang ada di depan mataku pun belum ada penyelesaiannya.

“Kalo aku boleh kasih saran. Kalo pasangan kita selingkuh, jangan dicemburui. Rasa cemburu itu hanya akan membuatnya besar kepala. Jika mampu tahanlah, jika tidak maka balaslah!”

“Mas, siapa?” Dewi bertanya saat menyadari kehadiran Denis.

“Kenalin, aku calon pacar, calon tunangan, calon suami Theresia!” Denis mengulurkan tangan dengan percaya diri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    END

    Saat aku tengah tertawa, tiba-tiba Teguh bangkit dan berjalan ke wastafel cuci piring lalu menyalakan keran dan membasuh wajahnya. “Om kacamata, jangan dihapus dulu make-upnya!” teriak Beha tidak terima. Ia berlari mendekati lelaki itu, tapi Teguh tidak menggubris perkataannya. Teguh menghapus make-up yang menempel di wajahnya, setelah dirasa bersih, ia mengambil tissue di meja makan dan melap kering wajahnya. “Om ....” Beha menarik celana Teguh, wajahnya sendu dan matanya basah. “Sini, Sayang. Dandanin Om Manis, aja!” teriak Denis. Aku yang semula melihat ke arah Teguh, kini beralih ke Denis. Wajahnya sudah tidak karuan akibat ulah Bra, tapi dia santuy dan tidak protes. Wajah Beha kembali semringah, ia lalu berlari dan mulai ikut mendandani Denis. Tapi kali ini dia mulai merias rambut Denis dengan koleksi jepitan miliknya. “The, saya pamit pulang. Ada metting mendadak!” seru Teguh.Tanpa melihat ke arahku dan si kembar, lelaki jangkung itu berlalu. Di dalam sini, ada yang

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab. 19

    🌷🌷 Hari pertama selesai, meski ada sedikit insiden kecil. Denis dan Teguh tidak bisa menghias rambut si kembar dengan rapi. Maklum, lah, mereka berdua 'kan masih bujang, belum khatam soal mengurus anak kecil. Akhirnya setelah aku rayu keduanya mengikhlaskan rambut diikat ala kadarnya. Setelah makan malam, Bra dan Beha tertidur pulas di kamarku. Malam ini, sampai tujuh hari ke depan aku harus rela berbagi kamar dengan mereka. Aku tidak masalah, itung-itung belajar jika suatu hari nanti memiliki anak dari pernikahanku dengan salah satu dari lelaki ini. Denis atau Teguh? “The ... aku pulang,” ucap Denis. Aku mengangguk. Teguh pun mengucapkan kalimat yang sama. Aku mengantar kedua lelaki itu sampai teras. “Tunggu!” seruku pada keduanya. Denis dan Teguh memutar badannya menghadapku. “Kenapa, The?” tanya Teguh. “Saranku kalian nyerah aja. Aku yakin ucapan Papa siang tadi nggak serius soal kompetisi konyol ini. Jadi aku harap kalian besok nggak usah datang ke sini lagi,” uc

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab. 18

    🌷🌷Papa melarikan diri di kamar, menguncinya rapat agar tidak diganggu si kembar. Idih, curang.“Papa minta bantuan kamu, The, awasin mereka!” seru Papa sebelum pintu kamar terkunci.Papa yang punya rencana, kenapa aku yang harus merana? Untung dia Papaku, kalo bukan, udah aku hiiih!Aku terduduk di sofa, lemas. Sementara telinga harus kebal saat si kembar mulai berteriak-teriak.Denis dan Teguh saling sikut, Denis berbisik pada Teguh, tapi aku masih bisa mendengar.“Cara bedain mereka gimana, Guh?”“Ntah, Den. Aku juga nggak tau!”Aku tertawa dalam hati. Si kembar memiliki wajah dan postur tubuh yang sama. Bahkan tahi lalat di wajah pun sama, panjang rambut pun tidak beda. Yang membedakan hanya cara menata rambut mereka. Jika Bra terbiasa dikuncir dua, sedangkan Beha selalu ingin dikepang.“Om, Manis, Bra mau maen sepeda! serunya pada Denis. Ia sepertinya menyukai Denis yang hitam manis mirip gula jawa.“Om, Kacamata, Beha juga mau! Ayo ambil sepeda di garasi!” seru Beha pada Teguh

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab. 17

    🌷🌷Aku membolak-balikkan tumpukan berkas di hadapan. Belum lagi kerjaan lain yang menunggu untuk segera diselesaikan. Aku harus bagaimana. Pikiranku terus berada di rumah, memikirkan hal aneh-aneh yang akan dilakukan Papa ke Denis dan Teguh.Bagaimana nasib mereka?Tiba-tiba pikiranku memutar memori kejadian kencan dua minggu yang lalu, aku menjalani kencan buta dengan orang yang berbeda. Rasanya aku seperti orang yang nggak laku. Diobral dengan harga murah. Ish, apaan, sih. Akhirnya aku pun menekan tombol winner, sebagai tanda bahwa aku sudah menemukan jodoh.Namun, dari kejadian itu aku bisa menyimpulkan bahwa tidak ada manusia yang sempurna.Meski pun demikian, Tuhan akan selalu punya cara untuk bisa membahagiakan hambanya, bukan? Melalui Denis dan juga kembalinya Teguh. Dua orang di masa lalu, yang kini hadir kembali.Denis si hitam manis kaya Malika yang dirawat dengan sepenuh hati. Pun Teguh, lelaki berkacamata yang memiliki pertahanan diri seteguh namanya.Teguh atau Denis, p

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab 16

    🌷🌷Aku tidak pernah membayangkan akan seperti ini. Bisa duduk berdampingan dengan Teguh adalah hal yang mustahil bagiku. Itu dulu, tapi sekarang lain cerita, lelaki berkacamata yang dulu dikenal jail dan sering bikin masalah kini terlihat kalem dan berwibawa. Tentunya makin ganteng.Tuhan ... kuatkan iman hamba!Aku banyak diam dan melihat sisi jalan, sementara Teguh bercerita tentang bagaimana ia menjalani hari-harinya setelah wisuda. Mulai dari mengerjakan pekerjaan serabutan, hingga mencapai kesuksesan sepet sekarang ini.“Kamu sekarang kerja di mana, The?” tanyanya. Ia mungkin sengaja menyelipkan pertanyaan saat ocehannya tidak aku hiraukan.“Aku kerja di perusahaan milik keluarga temanku. Sebagai marketing.” Aku menoleh sekilas ke arah Teguh yang sedang mengemudi, tapi jantungku berdebar lebih kencang seperti habis lari maraton lapangan. Apalagi saat dirinya menoleh sekilas ke arahku, membuat kami beradu pandang. Ya ampun, rasanya jantung kaya mau copot.“Kamu bagaimana? Sudah

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab 15

    🌷🌷Semalam padahal aku mimpi ketemu oppa Korea yang gantengnya nyaris naik genteng, kenapa hari ini malah ketemu sama setan kampus. Sial, memang. Hasrat hati ingin mengusirnya, tapi aku mengenal Teguh dengan baik, pendiriannya seteguh namanya. Yang artinya ia bukan tipe orang yang mudah diusir.Ndableg memang!Lelaki berkacamata itu meraih ponsel di saku celananya dan tampak menelepon seseorang yang entah siapa.“Baik, saya tunggu,” ucapnya dan sambungan telepon terputus.“Jadi sampai di mana obrolan kita tadi?” tanyanya, wajahnya yang lumayan ganteng tapi tidak sepadan dengan otaknya yang kurang separo. Orang ini harusnya berada di rumah sakit jiwa, bukannya malah berkeliaran bebas seperti ini.“Kamu nggak waras-waras, ya?” tanyaku sinis. Lagi pula, satu detik saat dirinya datang pun, kita belum terlibat obrolan apa pun.Teguh terkekeh, raut wajahnya menandakan bahagia. Entah, dia bahagia karena apa. Mungkin saja mainannya saat di kampus dulu, kini sedang duduk berhadapan dengannya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status