š·š·Tidak pernah terlintas di benakku bisa akur dengan mantan. Hal Yang sering aku lakukan dulu adalah menjaga jarak sejauh mungkin dengan mereka. Perasaan takut disakiti lagi, lebih dominan dari rasa benci, dan aku memilih menjauh.Denis mengantarku pulang setelah puas jalan-jalan di taman, tidak lupa ia membelikan aku pop corn. Ia masih ingat rupanya dengan apa yang kusuka.Aroma parfum dari tubuhnya memenuhi rongga hidung saat aku duduk manis di boncengan membangkitkan kenangan di masa lalu. Ahh ... aku merindukan momen kebersamaan ini.āPilihin parfum dong, Sayang,ā ucapnya kala itu saat kami tengah berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan, dan aku dengan senang hati memilih.āIni kayanya cocok deh!ā Aku menyodorkan parfum dengan aroma campuran menthol dan pinus. Menurutku cocok dengannya yang maskulin tapi terkesan dingin, mirip primata yang ada di hutan. Denis memang seperti itu, btw.Denis dengan wajah semringah saat aku menyodorkan parfum pilihanku. Sejak saat itu ia selalu me
Bab. 7Aku, Dewi dan Denis duduk bertiga di ruang tengah. Sahabatku tertawa lepas saat Denis melemparkan guyonan padanya. Mudah-mudahan masalah yang Dewi hadapi segera menemukan titik terang dan Denis berhenti mengejarku.āThe ... gimana kencan buta kamu. Ada hasil?ā Dewi menanyakan itu tanpa rasa bersalah. Harusnya ia berpikir ribuan kali jika masuk ke sebuah grup biro jodoh. Ini pun risikonya tidak main-main, jika dalam waktu 30 hari masih jomlo, maka akan dinikahkan dengan orang yang pilihan admin grup.Otakku membayangkan bagaimana calon suami pilihan admin. Tiba-tiba tubuhku bergidik saat terbayang Lamban yang jadi suamiku. Nggak bakal bisa bohong kalo dia jadi suamiku, sedangkan aku paling jago bohong sama Papa.Eits ... jangan ditiru, ya.Aku menjawab pertanyaan Dewi dengan menggelengkan kepala, lalu mengembuskan napas panjang.āMas ini, siapa kamu, The?ā Dewi menunjuk Denis yang tengah fokus nonton drakor. Yaelah, laki-laki, kok doyan nonton beginian.āDia mantan aku d
Aku berusaha mencairkan suasana dengan bertanya seputar pekerjaannya dan apesnya dijawab pake gaya rapper.Pengen rasanya ngelus dada laki orang. Eh, dada Denis nggak apa-apa, deh. Dia pasti seneng dielus dadanya sama aku. Aku juga kangen nggak lakuin itu.Hayo, loh. Theresia, kamu nakal!Aku berusaha berbaur dengan situasi begini, meski yang kulihat Dewi sepertinya tidak nyaman. Ia bahkan butuh ketenangan yang jauh lebih tenang setelah masalah gagalnya pernikahannya.Duh, Wi. Maafin aku.Tiba-tiba mataku menangkap sosok tak asing, seorang lelaki tengah menggandeng tangan wanita hendak masuk ke dalam cafe.āDion!ā seruku pelan, tapi sepertinya Dewi mendengar ucapanku. Wajahnya lalu menatap ke arah sosok yang sedang aku amati.Raut wajah Dewi berubah drastis. Wajahnya yang semula sedikit ceria, kini mendadak muram.Kesialan hari ini tidak sampai di sini, Dion pun menyadari kehadiran Dewi. Lelaki itu berjalan mendekat ke arah kami.āHai, Wi. Kamu lagi apa?ā tanyanya. Dion memas
Memang benar, sejak saat aku menerima surat undangan pernikahan Denis, aku resign dan mengurung diri di rumah selama hampir setengah tahun. Lalu berikutnya aku kembali bertemu Dewi setelah sekian lama tidak berjumpa. Saat lulus SMA, Dewi ikut orang tuanya kuliah di luar negeri dan aku tetap di sini.Aku menoleh ke arah Denis, wajah lelaki itu menampakkan keseriusan. Ah, entahlah, aku tidak mau membayangkan yang indah-indah, tapi di sisi lain, hatiku pun kesepian dan sepertinya aku butuh manusia seperti Denis.Ah, dasar aku labil.āKamu bawa aja uangnya. Aku nggak butuh!ā Aku masih dengan pendirian ini, enggan menjalin dengan manusia yang sudah menjadi mantan.Lah, emang kalo udah mantan, dia jadi setan, gitu?āIni hak kamu. Aku kembalikan.āKartu ATM ia letakkan di dekatku. Denis lantas berdiri. Ih ... kok cepet banget pergi.āAku pulang dulu.ā Denis mengarahkan wajahnya, menatapku yang sedang menatapnya.āSaranku, kencan butanya nggak usah diterusin. Karena cintaku padamu aka
Aku membuka mata saat mendengar suara rintik hujan di luar. Mataku melirik ke arah jam di dinding, pukul lima sore. Aku bangkit dan keluar kamar.Hujan deras mengguyur bumi senja ini dan jauh dalam hati ini merasakan sepi. Kakiku perlahan mendekati teras, tangan kanan terulur menyentuh air yang turun dari atap.āDenis.ā Nama itu lolos dari mulutku.Sebegitu besarkah rasa cintanya padaku, sampai ia melakukan ini semua? Apakah ia benar-benar akan berubah, dan tidak meninggalkan aku seperti dulu.Tuhan ... aku bingung.Aku berjalan semakin menjauhi teras, sampai tubuh ini basah oleh air hujan.Tuhan ... aku pun ingin bahagia, meski tak bersama dia ....Nyanyian sendu penghantar kegalauan sore ini. Mandi hujan sampai puas mumpung Papa tidak ada di rumah.Aku memejamkan mata, bayangan wajah Denis melintas. Kenangan masa lalu berputar-putar dalam ingatan, membuatku pusing.Aku menyudahi mandi hujan, bergegas ke kamar mandi guna bilas dengan air hangat lalu mengganti pakaian.Aku duduk di ru
Huachim ....Aku duduk di saung yang terletak dekat kolam ikan sambil mengelap hidung yang terus-menerus mengeluarkan ingus. Papa dan Denis begitu asyik serta terlihat kompak saat memancing. Di saat Papa mendapatkan ikan pancingan, Denis turut serta membantu. Pun sebaliknya, sampai hasil tangkapan mereka banyak.Jika hatiku luluh dengan semua sikap manis dan hangatnya Denis, apakah aku harus menerima Denis kembali? Jawab please. Jangan biarkan aku galau sendirian, guys.Aku merapatkan jaket, cuaca hari ini terasa begitu dingin, tapi kulihat kening Denis dan Papa berpeluh, serta pakaian mereka pun basah oleh keringat.āThe, kamu nggak apa-apa?ā Denis mendekat ke arahku yang duduk di pojokan saung, merapatkan diri dengan tiangnya. Butuh kehangatan akutuh.Aku menjawab pertanyaan Denis dengan gelengan kepala.āKita pulang aja, muka kamu pucat, tuh.ā Denis menyentuh keningku, rona wajahnya menampakkan kekhawatiran.āAku nggak apa-apa. Kalian terusin aja mancingnya.ā Aku berusaha mengukir
š·š·Aku menatap pantulan wajah di cermin. Kening yang sudah lebar terasa semakin lebar saat mengingat ucapan Dewi kemarin yang menyarankan agar aku mengambil cuti selama satu bulan, hanya untuk mengikuti ide gilanya. Alibinya adalah demi kebaikanku. Entah dia bersungguh-sungguh atau tidak, namun yang pasti aku sungguh dan sangat keberatan dengan jalan pikirannya yang super aneh. Kadang aku berpikir, sebenarnya dia itu temanku bukan, sih?Aku menoleh, menatap buku segede gaban yang tebalnya sampai seribu halaman. 30 Hari Mengejar Jodoh, huruf-huruf itu berjejer rapi di sampul buku. Aish, ingin rasanya melemparkan itu buku ke muka lelaki pakboy yang meninggalkan aku pas lagi sayang-sayangnya. Belum lagi Papa, yang terus saja merengek ingin segera gendong cucu, padahal cucunya dari ketiga abangku sudah berjumlah satu lusin. Apa masih kurang?Aku bangkit, lalu melemparkan tubuh ke kasur. Empuk. Ingin melemparkan diri ke pelukan lelaki, belum ada yang berkenan untuk segera menghalalkan d
š·š·Pagi-pagi buta suara Dewi sudah membuat gaduh saat nongol di kamar, padahal ayam tetangga saja belum pada bangun. Lah ini anak udah stand by aja dimari.āThe. Ada kabar baik buat kamu!ā Dewi menarik selimut yang menutupi tubuhku.āPaan, sih, Wi. Ini masih pagi tau!ā Aku malas membuka mata. Lampu dan gorden pun masih tertutup rapat. Jika pun sudah siang, Bi Sumi pasti membangunkanku.āPagi dari Hongkong. Udah jam sembilan loh, The!ā Dewi menarik tanganku agar duduk. Oke, aku manut. Dewi bisa lebih sadis dari ibu tiri jika keinginannya tidak dituruti.Aku bisa menebak, jika Dewi bersekutu dengan Bi Sumi agar masuk zona nyamanku. Dasar mereka wanita nggak ada akhlaq!Aku melihat Dewi sudah rapi dengan dandanan yang natural. Bibir yang hanya dilapisi lipensetip tipis, ditambah taburan bedak bayi membuatnya terlihat lebih segar kaya asinan Bogor.āMandi, gih. Jangan lupa hari ini ada kencan buta hari kedua!ā Dewi menunjukkan angka dua dengan jarinya.Ish, lagi-lagi Dewi mengingatkan