Share

Chapter 6

"Calm down Axton. Aku hanya mampir sebentar" ucap pria di depan Ara yang semakin membuat Ara bingung bukan main.

Axton ? Austin ? Siapa mereka ?

Ara menyadari satu hal jika kedua pria ini memiliki wajah yang sama seperti. Bahkan Ara sama sekali tidak bisa membedakan mereka. Oh kecuali dari baju mereka.

Satu berpakaian casual dan satunya lagi berpakai formal. Ara menatap pria berpakaian formal itu yang melangkah dengan cepat menghampirinya.

"Pergi dari kamarku sekarang!" sentak pria tersebut yang membuat Ara tersentak kaget. Bahkan pria di depannya itu langsung memucat dan menganggukkan kepalanya sebelum berlalu pergi.

"Axton?" Gumam Ara yang membuat Axton langsung menoleh dan menatap Ara.

"Kenapa ?" Jawab Axton dan Ara terlihat kaget

Jadi pria di depannya ini bernama Axton. Pria yang tidur dengannya. Oh sebentar siapa yang tidur dengannya malam itu.

"Kau atau dia yang tidur denganku ?" Pertanyaan bodoh Ara sukses membuat Axton memincingkan matanya marah.

"Kau bahkan tak bisa mengenali siapa yang tidur denganmu ? Berapa banyak pria yang sudah tidur denganmu ?"

Perkataan Axton membuat Ara menatap pria di depannya dengan tatapan tak suka. Bagaimana bisa pria ini menuduhnya adalah perempuan tidak baik.

Apakah pria ini pria baik-baik yang hanya tidur dengannya. Cih Ara sendiri saja meragukan. Bertanya-tanya kira-kira Ara ini perempuan ke berapa dari sekian banyak perempuan yang pernah di tiduri oleh pria itu.

"Aku tidak semurah itu. Kalian mirip dan aku sama sekali tidak mengenal kalian. Aku juga tidak tau mana yang menculikku" ucap Ara dengan berani.

Axton mengangkat sebelah alisnya dan menatap perempuan yang sungguh berbeda dengan perempuan yang ditemuinya beberapa saat yang lalu.

Kemarin perempuan ini hanya diam saja dan tidak mengatakan apapun. Tetapi sekarang perempuan ini seperti berusaha menampilkan taringnya.

Seperti menunjukkan jika dia tidak mudah di intimidasi oleh siapapun.

"Aku yang membawamu kemari. Dia adalah kembaran ku dan kuharap kau lebih baik menghindarinya" ucap Axton dan Ara mendengus.

"Kurasa tidak hanya dia saja. Sepertinya aku juga harus menghindarimu" ucap Ara sinis.

Axton tersenyum mengejek menatap perempuan di depannya. Sangat berani dan menantang. Bukankah itu lebih menarik ?

"Tak kusangka ibu dari anakku memiliki mulut yang tajam juga" ucap Axton yang membuat wajah Ara memerah.

Mengingat jika dirinya sedang mengandung hasil perbuatan mereka membuat Ara menjadi malu sendiri. Tidak ada perasaan marah pada dirinya

Ara cukup tau dengan resiko yang akan dihadapinya ketika pulang dari Las Vegas. Kemungkinan akan hamil sudah di masukkan ke dalam daftar pikirannya.

Tetapi Ara juga tidak menyangka jika hal itu benar-benar terjadi padanya. Mengandung anak pria yang tak dikenalnya.

"Memilih diam, Nona ?" Ledek Axton dan Ara hanya memalingkan wajahnya.

Axton hanya menampilkan senyum tipisnya melihat Ara yang diam dan menatap keluar jendela. Udara dingin masuk melalui jendela dan nerpa rambut Ara yang terlihat terawat dan lembut.

"Karena kau sudah kembali. Tolong antarkan aku pulang" ucap Ara yang sama sekali tak disangka oleh Axton jika hal itu yang akan dikatakan Ara.

"Tidak bisa. Mulai sekarang kau tinggal denganku" ucap Axton dan Ara langsung mengalihkan pandangan matanya.

"Kau tidak bisa seperti itu. Aku memiliki kehidupanku" ucap Ara dan Axton berdecih pelan.

"Kehidupanmu sekarang adalah denganku. Kau hanya perlu diam merawat kandunganmu dan patuh terhadapku"

Ara melototkan matanya. Bagaimana bisa pria itu berpikir seperti itu. Ara tau jika pria ini menginginkan anak yang sedang dikandungnya.

Ara bisa menjaga dan melahirkannya secara sehat jika memang itu yang diinginkan oleh pria itu. Tetapi jika untuk hidup bersama pria ini bukanlah planning hidup Ara.

Dirinya tidak akan mau tinggal dengan pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Memang siapa pria itu yang bisa mengatur dan menjalankannya bagaikan boneka.

"Jika kau ingin aku melahirkan anak ini. Aku bisa tetapi untuk bersamamu aku tidak ada keinginan sama sekali" ucap Ara tajam

"Aku tidak pernah meminta persetujuan siapapun tentang apa yang kumau. Begitupun hari ini" ucap Axton sebelum membalikkan badannya dan ingin berlalu pergi.

"Kehidupanmu sekarang adalah menjadi wanitaku" Axton berlalu pergi dan tak lupa mengunci pintunya meninggalkan Ara yang masih duduk di tempatnya.

*-*-*

Austin melihat Axton turun dari lantai atas dengan wajah kusutnya. Melihat kembarannya Austin berdiri dari sofa dan mengikuti langkah Axton yang menuju bar ujung ruangan.

Axton mengambil gelas kecil dan minuman yang sebaiknya di minumnya saat ini. Sebelum kemarahannya mendominasi dan mungkin akan mengacaukan segalanya.

"Kau apakan perempuan itu ? Aku tak pernah melihatmu dengan perempuan apalagi kau tinggal bersama memilih jauh-jauh pergi ke London" ucap Austin yang hanya di lirik Axton yang sedang mengeluarkan sebatang rokoknya.

"Apa urusanmu kemari ?" ucap Axton yang tak menjawab pertanyaan saudaranya itu. Austin berdecak sebal mendengar respon Axton.

"Melly mengatakan jika kau mengajaknya ke London hanya untuk memeriksa seorang gadis. Itu sangat menarik dan tentu saja aku ingin tau"

Axton berdecak mendengar penuturan Austin. Salah sudah Axton mengajak sahabat dari saudara kembarnya. Tetapi Axton sama sekali tidak tau harus meminta bantuan siapa untuk memeriksa Ara.

Hanya Melly saja orang yang tidak mungkin di sogok oleh orang tuanya. Memang perempuan itu akan bocor pada Austin tetapi pasti akan berhenti di situ dan tidak akan keluar kemana-mana lagi.

"Ini bukan urusanmu. Kembalilah sebelum orang tua itu mencarimu" sinis Axton dan Austin terlihat mengedikkan bahunya.

"Pikirkan dirimu sendirimu, Dude. Bagaimana jika Daddy tau perempuan itu mengandung dan kau tau kesepakatan yang ..." ucap Austin yang membuat Axton menghentikan kegiatannya merokoknya memberikan tanda agar Austin tida melanjutkan ucapannya

Hingga Axton menghela nafas dan menyelipkan batang rokok itu di sela bibirnya dan menghisapnya pelan. Kepulan asap langsung berterbangan ketika Axton menghembuskannya.

"Ini anakku bukan anak pria itu" sahut Axton yang membuat Austin yang mendengarnya menggelengkan kepalanya.

*_*_*

Suara derap langkah beberapa orang mendekat membuat Ara yang sejak tadi merebahkan diri langsung menatap horor ke arah pintu.

Belum sempat Ara menebak-nebak siapa yang ada di balik pintu. Seseorang membuka pintu dan memunculkan Axton berdiri dengan dua orang di belakangnya.

Salah satu di antara mereka menggunakan baju dokter adalah seorang perempuan. Ara langsung mendudukkan tubuhnya bersiaga.

"Lakukan dengan cepat" ucap Axton yang membuat Ara melebarkan matanya.

"Tunggu! Kau mau apa ?" Ucap Ara ketika perempuan itu mendekatinya.

"Aku harus kembali ke Las Vegas malam ini. Kurasa kau tidak akan ikut dengan cara baik-baik. Jadi aku menggunakan caraku" ucap Axton yang membuat Ara menggelengkan kepalanya.

"Tunggu... Tunggu kita belum bicara apapun. Tunggu sebentar" ucap Ara panik dan berdiri dari ranjangnya.

Axton mengangkat sebelah alisnya melihat Ara yang bertingkah seperti itu. Perempuan berpakaian dokter itu menoleh pada Axton seakan ingin mengatakan sesuatu.

"Kau bisa keluar dulu, Melly" ucap Axton yang membuat kedua orang itu menganggukkan kepalanya dan berjalan keluar.

Ara menghela nafas pelan melihat dua orang itu memilih pergi. Ara tau jika pria di depannya ini berniat membiusnya.

"Apa yang akan kau tawarkan" ucap Axton yang membuat Ara langsung mengalihkan pandangan matanya pada pria itu.

"Aku tidak bisa ikut denganmu. Jika kau akan kembali ke Las Vegas kembalilah sendiri, aku di sini saja" ucap Ara yang membuat Axton berdecih pelan.

"Itu bukan penawaran. Kau harus ikut denganku" ucap Axton dan Ara menggelengkan kepalanya.

Ara melangkahkan kakinya mebolak balikkan badannya. Seakan berpikir sesuatu dan hal itu membuat Axton kesal sendiri.

Axton tidak pernah sudah menunggu sesuatu. Semua yang diinginkannya harus di dapatkan dan harus terselesaikan. Menunggu bukanlah tugasnya.

"Aku harus berkuliah, aku harus mengikuti ujian akhir dua Minggu lagi. Jadi kau tidak boleh mengajakku seenaknya" ungkap Ara dengan kesal.

Jika kalian berpikir Ara akan merasa takut dengan pria di depannya ini kalian salah. Ara tidak takut sama sekali, dan Ara tau jika dia takut pria di depannya ini merasa di atas awan.

Waktunya akan terbuang sia-sia jika Ara tidak mengikuti ujian akhir. Kelulusan sudah di depan matanya dan tidak mungkin Ara melepaskannya dengan mudah.

Tidak hanya satu hari dua hari yang dihabiskannya untuk kuliah. Tetapi beberapa tahun dan itu bukanlah waktu yang sebentar.

"Aku memang mengandung anakmu sekarang tetapi aku juga ingin tamat kuliah dan memiliki karir yang bagus" lanjut Ara seakan tidak ingin di bantah.

"Karir ? Siapa yang mengatakan kau akan bekerja ? Aku tidak akan mengijinkan mu bekerja" ucap Axton yang membuat Ara melototkan matanya.

"Kau tuan antah berantah bagaimana bisa kau mengatakan hal itu dengan seenaknya sendiri. Entah salah apa aku dengan Tuhan karena harus mengandung anakmu ini sialan!" Maki Ara yang membuat sebuah smirk muncul di sudut bibir Axton.

Axton melihat jam yang melingkar di tangannya dan seperti menekan sebuah earphone di telinganya.

"Masuklah dan bereskan segera" ucap Axton yang membuat Ara melototkan matanya.

Tidak hanya dua orang yang masuk ke dalam melainkan lima orang yang masuk dengan tubuh besarnya. Hanya perempuan berbaju dokter itu saja yang merupakan perempuan dan yang lainnya laki-laki.

Ara menggelengkan kepalanya ketika empat pria itu mendekatinya dengan cepat. Ara ingin berlari tetapi sebuah tangan besar langsung menahannya.

Dengan cepat mereka memegang Ara dengan kuat dan berusaha agar Ara tidak bisa lari kemana-mana.

"Axton kumohon kau tidak bisa melakukan ini padaku" ucap Ara dengan tangisan yang mulai keluar dari air matanya.

Menatap pria yang masih berdiri di depannya dengan angkuh. Bahkan perempuan di samping Axton itu terlihat iba dengan keadaan Ara saat ini.

"Dokter, aku tidak mau. Tidak mau" ucap Ara dengan deraian tangis yang turun di kedua pipinya.

"Cepat lakukan, Melly" ucap Axton dengan suara dinginnya yang membuat perempuan itu mau tidak mau maju ke depan.

Perempuan itu menghela nafas menatap Ara dengan tatapan ibanya. Ara berusaha memberontak tetapi tubuhnya di pegang dengan kuat.

"Maafkan aku" bisik perempuan bernama Melly itu sebelum menyuntikkan sesuatu di lengan Ara.

*-*-*

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status