Share

Pengganggu

_Tidak semua yang kita inginkan dapat terwujud dengan gampang, ketika takdir sudah bermain, sebagai hamba kita bisa apa?_

“Hai Mac, apa kabar! Sudah dapat ganti rupanya. Tapi kenapa selera kamu menurun drastis seperti ini.”

Aku dan bang Genta seketika langsung berbalik, mendengar suara yang sepertinya menyapa ke arah meja kami. Meski sapaan yang digunakan tak pernah aku dengar.

“Hai ...” Ohw, Mac ... Mackenzie!

Aku nggak terima, kenapa dengan wanita lain dia juga tersenyum semanis itu!

Dan apa kata wanita tadi?! Selera dia menurun drastis?

Bukanya malah naik pesat ya?! Dia aja dandanannya kek gitu. Pakai dres mini, mungkin pinjam ke adiknya. Sampai bentuk tubuhnya aja terekspos sempurna. 

Sedang aku? Tentu lebih anggun, memakai rok span, kemeja panjang, tak lupa memakai kerudung. Seperti itu dinamakan selera turun drastis? Bukan main!

Aku terus melihat gerak gerik kedua. Alhamdulillah tak ada cipika-cipiki seperti dalam dunia televisi yang sering aku lihat.

“hehe” Bang Genta tersenyum kikuk. Mungkin sadar jika sedari tadi aku perhatikan.

“Siapa?” Tanyaku berbisik, khawatir terdengar oleh manusia jadi-jadian yang sedang menata rambut. Mungkin agar bang Genta terpesona, entahlah.

Jika dari ucapan wanita yang pakai baju kekecilan itu, bisa dipastikan bahwa itu mantan calon tunangan aku.

Eh gimana sih? Calon dari calon tunangan aku. Eh? Mantan dari calon tunangan aku, Yap bener!

Bisa dipastikan wanita itu adalah mantan bang Genta. “Dia mantan aku, hehe” Gemes nggak sih, belum apa-apa tapi udah ada gangguan dari mantan!

Mendengar apa yang dia ucapkan seketika aku melotot. Tapi kenapa aku harus merespon dengan seperti ini? Bukannya aku belum cinta sama dia? Tapi kenap seperti orang cemburu begini?!

“Cuma mantan Yank!” Jiah! Jomblo karatan ini sudah dipanggil Yank! Uhui,wkwkwk

“Boleh aku ikut duduk di meja ini?” Nggak suka sama seseorang nggak dipidana kan? Kenapa bang Genta punya masa lalu modelan kek gitu, nggak banget!

 “Maaf, jangan duduk di meja kami! karena sebentar lagi pesanan kami akan datang.”

“Lagian ada-ada saja mau duduk kok di meja, seperti tak diajari sopan santun saja!”

Dahlah! Oang modelan kek gitu nggak perlu dibaikin. Yang ada nanti ngelunjak. Kalau dia mengerubut calon suami, aku bagaimana donk!? 

“Hah?!” Ucapnya, sepertinya tak paham dengan yang aku ucapkan. 

Jiah, ternyata nggak paham bahasa manusia dia, lah, mungkin memang berasal dari kalangan setan. Eh, ... Astaghfirullah!

Bukan, ... Bukan lantaran cemburu aku berbicara seperti itu. Hanya saja, seperti yang dikatakan bang Genta dalam  obrolan tadi. 

“Meski kita baru mengenal, tapi hubungan kita saat ini tak main-main. Keluarga sudah kompak, tinggal kita yang bagaimana menyenangkan hati mereka” Duh, dalem banget ucapkan.

“Rasanya tak akan sanggup jika menolak perjodohan ini” Eh, aku mikir gitu bukan karena aku sudah kepincut sama bule sipit ini kan?

“Mac, pacarmu ketus amat siih, cantik juga enggak, masih juga cantikkan aku. jauh banget!” Semprul, bicara sama mantan dari calon suami memang harus ketus, apalagi yang modelan gini.

Tapi kalau soal cantik, ... Dia nggak salah bicara gitu?! Aku sama dia aja lebih cantik aku, hahahaha.

“Maaf Key, dia bukan pacarku” What, apa katanya!

“Baguslah kalau bukan pacarmu, enggak level juga sepertinya sama kamu”

“Tahu apa kamu Key, tentang levelku, dia memang bukan pacar aku Keyra, tapi dia calon istriku!” Meski dengan suara rendah namun penuh penegasan. 

“Yang benar saja kamu Mac? Masak calon istrimu seperti itu, kalah jauh dari aku.”

Diam, mungkin kata itu yang lebih baik aku lakukan saat ini. Jika tadi saja dibela, mungkin kali ini akan dibela lagi. 

Dan ternyata, aku sudah diakui calon istri gaes! Wkwkwk

Padahal, aku sendiri belum mampu menerima takdir yang menurutku terlalu buru-buru ini. 

“Kalah? Ma kamu apa, Key?”

“Justru aku bersyukur telah menemukan dirinya. Dan ya, ... Aku menyesal telah menjadi mantanmu” Ada nada getir yang terlihat saat mengucapkan kalimat kedua. 

Sedangkan untuk Kalimantan pertama ... Bikin aku klepek-klepek. Tapi apakah omongan play boy cap komodo seperti dirinya bisa dipercaya?

Ahs, sudahlah setidaknya meski beberapa kali si mantan itu menyudutkanku, tapi bang Genta membelaku. 

Tanpa sempat ikut duduk, Keyra akhirnya pergi. Dan memang itu yang aku harapkan. Meski hari kecil ini mengakui, bahwa Mun dia lebih cantik dan seksi, tapi jika terus-menerus diucapkan, hati juga bisa meradang. 

Sekian menit berlalu akhirnya makanan yang sudah dipesan, datang. 

“Maaf, Al” ucap Bang Genta menghentikan gerakanku yang hendak menyuap ayam Kentucky, dilihat dari raut mukanya, seperti merasa bersalah. Namun karena hal apa?

“Maaf karena apa Bang?” Jawabku sebelum aku benar-benar melahap ayam yang sudah di atas Awang. Sebab setahuku, tidak ada masalah sedikitpun, kecuali tadi.

“Maaf, jika aku memiliki masa lalu kelam. Jika tahu akan seperti itu, mungkin dulu aku akan menghindarinya” 

Masa lalu memang kadang selalu di sesali, entah itu kapan tapi pasti.  

“Aku tak punya hak untuk menghakimi masa lalu seseorang. Termasuk masa lalumu”

“Thanks” Hanya itu. Dan hanya itu saja yang keluar. Padahal aku sudah merangkai kata dengan begitu indahnya, huek!

“Ternyata Abang seramah itu ya, kalau sama orang.”

“Maksudnya?” Jiah, gitu aja nggak paham. Tahu nggak sih para pria?! Kalau wanita sudah berucap kata yang agak ambigu, tandanya dia kesel!

“Sama mantan Aja senyum di manis-manisin!” Eh, aku kayak pacaran lagi cemburu nggak sih? Padahal sih aku nggak cemburu lho, sumpah!

“Cemburu?” Gila! Kenapa kalau dia ngedipin mata yang sipit itu, terus alisnya naik turun, bikin gemes.

Astaghfirullah, jangan terpesona sama laki-laki ini. Aku sama dia bukan siapa-siapa, dan tak ada hubungannya spesial.

“Kamu tahu kan, kalau senyum adalah ibadah, aku hanya sedang menjalankan ibadah itu” 

Padahal, ibadah kan nggak harus senyum sama mantan. Senyum sama yang lain kan bisa, kalau kepepet bisa senyum terus di depan aku, duh! Wkwkwk

“Cemburu? Aku bahkan tak tahu perasaan seperti apa itu. Lalu ... Aku lagi nggak cemburu kan?!” Aku terus bermonolog dalam hati. Aku nggak mungkin cemburu, dan tidak secepat itu. 

Ah, wajah itu ... Meski ada perasaan jengkel namun ketika menatap wajahnya serasa tenang. 

Melihat bibirnya bergerak-gerak semakin melihat bibir agak tebal itu semakin seksi. Sepeda ada yang ia ucapkan, namun ketampanan yang ia miliki seakan mengalihkan seluruh kesadaranku. 

“Al!?” 

Sial, kenapa aku bisa begitu terpesona dengan laki-laki blasteran ini. Dan untuk pertama kalinya, untuk pertama kalinya aku terpesona pada sosok pria, yang bahkan tak pernah terpikirkan sebelumnya.

Suaranya meninggi, namun malah kembali menyadarkan aku. Bahwa dia memiliki mata yang sangat indah. Mata hazel itu ... Antara hijau atau kuning. 

Ckckck, memang calon suami idaman!

“Al kamu itu dengerin aku ngomong enggak siih sebenarnya?!” Dan lagi-lagi aku tersadar dari lamunan. Mata yang sempat dan masih aku kagumi itu menatapku dalam, seperti sebuah ancaman atau ... Entahlah. 

“Eh, apa Bang?” 

Malu! Sumpah malu. Dia tahu nggak ya, kalau dari tadi aku perhatiin dia?! Huwaaaaaaa!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status