Part: 8
***Setelah bertemu dan bercerita banyak dengan Rena. Kini aku sudah pulang kembali ke kontrakan.Aku beristirahat di kamar sambil merenung."Mas! Mau kemana?" tanyaku pada Mas Aryo."Mau ke pesta temen, Dek! Tapi khusus para lelaki saja yang hadir. Maaf ya, Dek, kali ini Mas gak bisa ngajakin kamu.""Iya, gapapa toh, Mas!"Aku kembali terbayang masa-masa bersama Mas Aryo itu. Bagiku ia adalah sosok suami yang sangat setia.Hingga aku teringat lagi, bahwa aku pernah menemukan jepit rambut wanita di saku jas kerjanya!"Mas, jepit rambut siapa ini? Adek ketemu di dalam saku baju, Mas itu.""Oh, itu ... Tadi Mas beliin buat kamu, Dek!""Adek kan gak pakai jepit rambut begini, Mas! Ini tuh pasti dipakai untuk yang tidak menggunakan hijab.""Ya, kalau tidur kan, Adek gak pakai hijab."Mas Aryo selalu bersikap tenang dan tidak seTetap tinggalkan jajak manteman! Respon pembaca adalah semangat untuk penulis💞Part: 9***Setelah selesai menata letak sofa dan meja makan, aku kembali beristirahat.Hari sudah semakin gelap. Aku kembali memainkan ponselku.Ternyata ada pesan watsapp dari Mas Aryo. Aku tidak menyadarinya sedari tadi.Aku membuka isi pesannya dengan penasaran. Kira-kira ada apa ia menghubungiku?[ Kamu tinggal di mana sekarang? ] Isi pesan Mas Aryo.Kenapa ia bertanya keberadaanku?Ah, sudahlah! Untuk apa aku memberitahunya. Sudah tidak ada urusan lagi.Namun, ponselku kembali bergetar, Mas Aryo mengirim pesan lagi.[ Kenapa hanya dibaca? Saya bertanya karena merasa iba, jika kamu terlantar di luaran! ]Dengan geram, aku pun membalas! [ Saya sudah memiliki tempat tinggal, dan tidak perlu merasa iba, karena saya bisa berdiri di atas kaki sendiri!
Part: 10***Seminggu sudah berlalu. Kini acara pernikahan, Mas Aryo dan Desy segera dilaksankan.Aku berfikir dua kali untuk hadir ke sana. Bukan apa-apa, hanya tidak ingin mendengar sindiran dari mantan mertuaku itu lagi.Saat aku masih dalamdilema, tiba-tiba aku kembali mendapat pesandari Ibu.[ Jangan sampai tidak datang! Nanti nyesel, kami membuat pesta yang besar. Kan lumayan bisa numpang makan gratis! ]Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku saat membaca isi pesan dari mantan mertua julid itu.Aku semakin ragu untuk pergi ke sana.Kini aku lebih memilih bersantai di sofa empukku. Lalu terdengar suara ketukan pintu!Aku bergegas membukanya, ternyata Dokter Wiliam dan Jeniffer.Mereka berdua terlihat kompak menggunakan pakaian bagus."Eh, pada mau ke mana? Dandanannya kayak mau ke pesta." Aku berkata sambil mempersilahkan k
Part: 11***Saatsampai di kontrakkan. Aku kembali terbayang kejadian diacara Mas Aryo itu.Sungguh pernikahan yang paling spektakuler! Aku bergidik ngeri membayangkan keluarga itu.Bisa-bisanya aku tidak menyadari perselingkuhan Mas Aryo dengan Widya selama ini.Namun, aku bersyukur, karena aku baru mengetahui setelah sah bercerai dengannya. Jika tidak! Mungkin lukaku akan terasa lebih perih.Dari pada aku terus memikirkan hal yang tidak berguna itu, lebih baik aku memasak saja di dapur.Aku membuat sup kembali. Niatku ingin mengantar sup buatanku ini pada Jeniffer nanti.Dengan semangat 45 aku siap dengan cepat!Aku segera menyisihkan sebagian untuk, ku berikan pada keluarga Jeniffer. Semoga saja Tante Ratna dan Om Wilson juga menyukainya.Sedangkan Dokter Wiliam, ia telah pergi ke rumah sakit setelah usai kembali dari pesta tadi. Katanya dinas malam
Part: 12***Saat aku hendak melangkahkeluar pintu, aku berpapasan dengan Tante Ratna.Ia menunduk ketika melihatku."Tante ....""Pergi! Jangan buat dirimu terlibat dalam masalah!" ucapnya yang memotong perkataanku.Aku semakin merasa ada yang tidak beres. Tante Ratna buru-buru berlalu setelah mengatakan itu. Aku pun segera keluar."Suci!" teriak Dokter Wiliam ketika aku sudah berada di depan gerbang.Aku memutar balik tubuhku, dan menoleh ke arah Dokter Wiliam. Namun, terlihat dari jendela lantai atas, Om Wilson memperhatikanku.Aku sungguh merasa ngeri melihat tatapan dinginnya itu."Suci, mau kamana?" tanya Dokter Wiliam yang kini sudah berada di depanku."Pulang, Dok. Saya ada pekerjaan rumah yang belum selesai tadi," ucapku berusaha tenang."Oh, baiklah!" sahutnya tersenyum.Aku bergegas melangkah. Ketika sampai di kont
Part: 13***Hari berlalu ....Aku dan Rena bersemangatmengelola toko pakaianku ini.Semua sudah tersusun rapi. Pengunjung juga mulai berdatangan.Rena sangat handal dalam urusan tawar menawarkan. Aku sangat terbantu dengan adanya Rena di sini."Oya, Ren! Kamu belum sarapan kan?" tanyaku.Ia mengangguk dengan cepat. Aku mengerti maksudnya."Baiklah, aku beli lontong sayur yang ada di ujung itu ya," ucapku sembari berlalu.Tidak terlalu jauh dari toko pakaianku, ada sebuah warung kecil yang menjual berbagai makanan. Aku melangkah dengan santai.Ketika aku melewati salah satu ruko yang berisi pakaian lengkap wanita, aku melihat ada Desy di dalamnya.Aku bersembunyi di balik sudut pintu. Ternyata Desy sedang bersama mantan mertuaku.Sepertinya butik besar ini milik Desy.Ah, kenapa bisa kebetulan begini.
Part: 14***Aku dan Rena salingmelempar pandangan, kira-kira siapa yang mengetuk pintu itu?Aku melangkah dengan pelan untuk membukakannya. Tidak ada suara, hanya sebuah ketukan saja.Entah kenapa aku menjadi gemetar, akhirnya aku memutuskan untuk mengintip dari balik tirai terlebih dahulu."Jeniffer," gumamku.Aku bergegas membukakannya pintu. Jeniffer terlihat begitu pucat.Tanpa berkata-kata, ia langsung masuk ke dalam. Aku mengunci kembali pintu kontrakkanku."Mari duduk dulu," ajakku.Jeniffer mengangguk, kami pun turut duduk di sofa dekat dengan Rena."Ada apa?" tanyaku dengan lembut.Jeniffer bergeming, wajahnya seperti orang yang sedang ketakutan.Aku dan Rena bertukar pandangan kembali. Jeniffer menunduk, tiba-tiba tubuhnya bergetar hebat.Aku melihat kondisinya itu merasa sangat cemas. Dengan sigap aku mendek
Part: 15***Aku masihterdiam, sementara Rena terus saja menanyai ke mana perginya diriku tadi."Katakan, Ci. Jangan buat penasaran," ujarnya."Aku mencari Dokter Wiliam, tapi ia pergi ke rumah sakit lagi," paparku."Untuk apa Kak?" tanya Jeniffer pula."Sudahlah, ayo kita istirahat ke kamar."Aku mengajak mereka berdua untuk tidur, karena memang sudah larut.Kontrakkan yang hanya memiliki satu kamar saja, mengharuskan kami tidur seranjang bertiga.Rena sudah terdengar mendengkur pelan, sedangkan Jeniffer masih terjaga."Kenapa belum tidur?" tanyaku menoleh pada Jeniffer."Belum bisa.""Kenapa? Masih kefikiran soal Om Wilson?"Aku terus bertanya, Jeniffer hanya mengangguk sembari menutup mata."Om Wilson tidak berniat seperti itu, dia hanya tidak bisa mengontrol emosinya. Besok kita akan cari solusi," paparku denga
Part: 16***Setelah usah berbincang-bincang dengan Dokter Wiliam, kini aku kembali masuk ke kamar.Kegiatan rutinku tidak pernah terlewatkan walaupun aku sudah memiliki rutinitas baru.Dari kisah Mas Aryo, sekarang ditambah kisah keluarga Dokter Wiliam, aku sungguh tertantang untuk bisa membantu mereka keluar dari masalah yang seharusnya tidak perlu lagi dibesar-besarkan itu.Namun, aku juga mengingat nasehat Rena untuk tetap berhati-hati, karena ini bisa membahayakan diriku sendiri.Malam semakin larut, aku dan Dokter Wiliam sudah bertukar nomer watsapp. Ada debar-debar aneh, ketika ia menghubungiku di jam selarut ini.[ Sudah tidur? ] tanya Dokter Wiliam lewat pesan watsapp.[ Belum, ada apa? ] Balasku.[ Boleh saya video call saja? ] Degh!Jantungku semakin berdebar dengan kencang, Dokter Wiliam mengajak video call.Kenapa jadi gugup seperti ini?Aku belum membalas pesannya lagi, namun Dokter Wiliam sudah melayangkan panggilan videonya.Aku mencari jilbab terlebih dahulu, setelah