Share

[005] Harapan Hidup Damai Hanyalah Asa

Oh tidak, seseorang akan menemukanku.

Semua orang yang berada di dalam toko itu pun menoleh ke sumber suara. Sudah jelas, sumber suara itu ialah aku yang menjerit setelah mendengar suara dobrakan meja yang cukup mengerikan.

"Suara apa itu?" Pemabuk itu merupakan orang pertama yang bertanya setelah keheningan mereka.

Spontan, tanganku bergerak untuk menutup mulut dengan rapat, sambil berpikir, 'Tidak!'

'Kenapa aku harus berteriak di saat seperti ini!?' Ingin rasanya aku menghilang dari tempat ini, juga ingin rasanya aku menggunakan kekuatan purnama merah untuk berpindah tempat. Namun sayangnya, kekuatanku tak kunjung muncul semenjak kejadian aku melarikan diri bersama pengkhianat itu.

"Sedang apa kau di sini?!"

Tubuhku membatu begitu mendengar suara seseorang dari belakang. Ia berdiri dan tubuhnya menutupi cahaya matahari yang berada di belakangku. Apa itu artinya aku ketahuan?

Perlahan dengan tubuh gemetar dan jantung berdetak tidak karuan, aku memutarkan tubuhku dengan senyum kaku untuk menetralkan emosi. Namun, dugaanku benar ... pria yang juga berbadan besar dengan kulitnya penuh dengan bekas luka sedang berdiri tepat di belakangku. Tatapannya tidak enak, aku pun gelagapan.

"Apa yang kau lihat dari tempat itu?"

Suaranya yang lantang membuatku terlonjak kaget. Aku ketakutan. Sudah jelas, karena seorang wanita tidak dapat mengalahkan kekuatan pria. Yah, kecuali wanita itu memiliki kekuatan di luar nalar. Lupakan.

"Ah, itu ...." Mulutku mulai gelagapan. Apa yang harus kukatakan?

"Apa yang kau lakukan di sini?" Nadanya semakin menekan, tatapan tajam darinya seolah meminta penjelasan lebih mendetail.

"I–itu ...."

"Hei! Bukankah dia wanita terkutuk?"

Aku terperanjat kaget begitu mendengar suara pria yang kukenal mendekati tempat ini. Dia pemabuk yang sangat suka menghina seseorang. Kakinya melangkah ke depan dan semakin mendekatiku dengan botol alkohol berada di genggaman tangan kanannya.

Deg.

Degupan jantung tidak karuan membuatku merasa tidak nyaman. Aku mengangkat pandangan untuk melihat pria kekar yang masih berdiri tepat di hadapanku.

"Wanita terkutuk?" tanyanya.

Mataku sukses melebar. 'Wanita terkutuk?' Tak pernah kupikirkan bahwa kehidupanku kali ini sama saja dengan kehidupanku sebelumnya.

"Huh?" tanya pria tersebut.

Dia mendekatkan tubuhnya, lantas aku mundur. Tentunya memberi jarak kepadanya. Namun sialnya, sebelum aku kabur dari tempat itu, tangan kekar pria itu berhasil menarik rambut ini, membuatku menjerit kesakitan karenanya.

"Kau telah membunuh kehidupan kami semua," ucapnya.

Aku mengernyitkan kening, sambil meronta untuk diminta dilepas dari tangannya. Tarikannya begitu kuat hingga membuat kepalaku terasa begitu sakit.

"A–apa maksud Tuan ...."

Tubuhku gemetar mendengar kata 'membunuh' dari mulutnya. 'Kenapa mereka mengatakan hal yang kejam?' pikirku.

"Hei!" Seseorang berseru dan ternyata merupakan orang yang sama–pria pemabuk. "Jangan dekat-dekat dengannya!"

Aku sungguh tidak mengerti keadaan saat ini.

"Dia dapat mengutuk orang-orang lemah seperti kita!"

Apa–

"Sial!"

Tiba-tiba, tarikannya lepas dan membebaskan rambutku, tetapi dengan jahatnya ia mendorong tubuhku sampai tersungkur ke depan. Aku meringis kesakitan dan merasa malu akan keadaan saat ini. Namun, bukankah ini sama saja dengan perlakuan sebelum aku dieksekusi mati?

'Apa maksud mereka semua?' pikirku. Dalam rasa kesakitan yang luar biasa, aku mendongak hanya untuk melihat reaksi orang-orang yang aku saksikan.

Ah, tentunya mereka semua sedang terkejut mendengar ucapan pemabuk tadi. Pemabuk itu datang mendekati tempat aku terjatuh, lalu menggantikan profesi pria kekar tadi. Ya, dia menjambak rambutku lebih kuat dari pria sebelumnya.

"Lihatlah tubuh indah itu," ucapnya. Dia mendekati mulutnya ke telingaku, lalu melanjutkan perkataannya dengan berbisik, "Sangat indah sampai aku ingin menikmatinya."

Darahku berdesir hebat, tubuhku merinding, dan perasaan jijik dan waspada menjadi satu dalam diriku. Aku meronta untuk minta dilepaskan, sedangkan semua orang yang sedang menyaksikan tontonan gratis ini tertawa terbahak-bahak.

"Bajingan sepertimu ternyata tidak kenal mati!" Disela tawa yang menggelegar, seseorang berteriak dari kejauhan.

"Persis seperti pengembara itu!" Dan seseorang yang lain melanjutkan perkataannya.

Semua orang semakin tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Dua orang menjadi objek tawa yang keji. Aku hanya bisa memberontak untuk melepaskan diri dari jambakannya. Namun, hasil yang sia-sia lah yang kudapati.

"Kutukan itu hanya akan membawa kami sengara, kalau begitu, kenapa tidak kita nikmati saja tubuhnya!"

Ah, sial. Lagi-lagi mulut hina dari pria penuh nafsu terdengar jelas di telingaku. Alhasil, aku menggeram disamping dan aku berpikir, 'Apa pemilik tubuh ini juga mendapati kekuatan purnama merah?'

Tapi, itu tidak mungkin terjadi, bukan?

Sebelum aku mengetahui siapa nama asli pemilik tubuh ini ....

"Dia wanita yang bernama Ophelia itu!?" Pria kekar yang merupakan orang pertama mendapati kehadiranku berteriak penuh dengan rasa terkejut.

Mataku melebar, mengangkat wajah yang sedang terkejut. 'Ophelia?'

"Kau bodoh!" Sekali lagi aku meringis ketika pemabuk itu dengan sengaja menarik rambutku ketika ia mengumpati pria kekar. "Hanya berbadan besar saja kau sombongi! Lihat dari wajahnya yang jelita, sudah jelas dia itu wanita yang kita hindari!"

"Sial! Aku terkutuk!" Berkali-kali aku mendengar umpatan mereka, baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri, tapi bukan berarti aku terfokus pada umpatan mereka, melainkan kata ... terkutuk.

"Bodoh! Gunakan dia untuk mengutuk pria berjubah ini!" titah sang pemabuk itu.

"Apa-apaan–"

Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, seseorang menendang pinggangku cukup keras. Aku terjatuh dan sebagian rambutku rontok di tangan pemabuk tersebut. Rasa sakit di kepala dengan rasa sakit di pinggang begitu menyakitkan sampai mataku menitikkan air.

"Hei, wanita jalang."

Siluet seseorang menutupi cahaya yang ku lihat. Dia berdiri di depanku dengan ucapan yang menyakitkan. Mataku yang berair mau tidak mau menatapnya meskipun ringisan tetap keluar dari bibirku.

"A–apa maksud Tuan mengatakan–"

Sekali lagi aku ditendang walaupun tidak sekeras tadi.

"Gunakan kekuatanmu untuk memakmurkan desa ini."

Pandanganku semakin buram. Wajahnya yang seharusnya sudah dapat kulihat dengan jelas kini berakhir menjadi samar-samar. Kutebak bahwa pria yang sedari tadi menendangku secara tidak berperikemanusiaan ialah seorang pemilik toko yang susah payah menjaga wibawanya.

Aku membuka mulutku yang gemetaran, "A–aku tidak mengerti ... apa yang Tuan maksud–"

"Sekarang, kau justru berpura-pura hilang ingatan?"

Tidak ada kesempatan untuk berbicara, ini sama saja seperti saat di mana aku akan dieksekusi mati. Tidak diizinkan untuk membela diri dan disiksa dengan sangat kejam.

'Aku benar-benar tidak mengetahuinya!' Pada akhirnya, aku hanya bisa menjerit kesakitan dari dalam hati.

"Untuk apa kau mengintip toko kami?" tanya pemilik toko. Dia juga ikut menjambak rambutku. "Bukankah kau merasa tertarik pada orang baru seperti dia?"

Aku berusaha untuk menggelengkan kepala, tetapi rasa sakit di kepala semakin parah setiap kali aku bergerak. "Aku tidak tahu–bahkan tahun saja–"

"Tahun 451 kalender Kerajaan Ilios."

Seseorang mengetahui pertanyaanku yang sebenarnya. Pria berjubah itu telah berdiri tidak jauh dari hadapanku dengan tatapaan tidak percayanya.

Ah, apa-apaan dengan tatapan yang mengejutkan itu?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status