Share

Such a Good Person

7 Tahun kemudian

Seoul, Korea Selatan, 2022

Penampilanku kali ini sukses seperti biasa, ditambah sebuah senyuman manis di akhir penampilan, orang akan berpikir kalau aku baik-baik saja. Ya setidaknya, aku kelihatan baik-baik saja dari luar walaupun yang aku rasakan jauh dari kata baik. Kelelahan bukanlah perkara yang baik bagi seorang selebriti seperti kami yang memiliki segudang jadwal padat yang mendekati tidak manusiawi. Kepalaku terasa seperti dipukul tiap kali aku menarik napas, perutku mual, dan semua persendianku rasanya benar-benar nyeri dan aku sekarang benar-benar merasa seperti nenek tua yang sebentar lagi tidak bisa melakukan apa-apa.

"Kamu baik-baik saja kan?" ucap Cha Sara yang menyambut ku di belakang stage. Dia segera membantuku berjalan ke backstage diikuti oleh dua orang hair stylist dan satu orang make up artist yang membenahi penampilan ku. Mereka adalah para staff khusus yang dikirim oleh agensi ku untuk membantu diriku dalam jadwal tour Korea Selatan ku beberapa minggu ini.

"Masih aman kayaknya, tapi serius kepalaku benar-benar masih sakit, obat yang ku minum tadi tidak berguna," gerutuku sambil menghela napas panjang secara berlebihan. Nafasku masih memburu setelah penampilan tadi, ditambah pening yang semakin menjadi-jadi bukanlah perkara yang mengenakkan untuk dirasakan.

Cha Sara terkekeh lalu meletakan botol hitam diatas meja rias. "Obat sakit kepala yang tidak menyebabkan kantuk memang tidak berguna, makanya aku bawakan ini."

Sebelah alisku terangkat menatap botol mencurigakan yang Cha Sara ulurkan kepadaku, "Apa ini?" tanyaku.

"Penambah stamina. Aku harap kamu belum lupa kalau kamu telah menghilangkan semua persediaan suplemen dan vitamin di backstage Asian Artist Awards. Jadi kamu tidak punya pilihan lain, sekarang minumlah, karena ini adalah minuman penyelamatmu jika kamu tidak mau pingsan di atas sana."

"Baiklah, terima kasih atas perhatian kamu tapi ...." Aku memberikan jeda diantara kalimat ku, "ngomong-ngomong darimana kamu mendapatkan obat ini aku tidak melihat kamu keluar ini dari Michael kah?” tanyaku.

"Michael masih sibuk di SN Entertainment mengurus jadwal kamu di Korea. Obat itu dari Gilinsky," sahutnya ringan lalu tidak sampai tiga detik setelah dia mengucapkan itu ia reflek menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan nya. "Ups aku terpaksa menerimanya!" Begitu katanya sambil memandangku dengan tampang sok polosnya.

“Hei Cha Sara! Bukankah aku sudah memberitahu mu jangan mengambil apapun pemberian dari pria itu,” kataku tidak senang. Gilinsky adalah salah satu rekan artis yang memiliki citra lumayan buruk, apalagi kalau itu menyangkut dengan percintaan.

“Maafkan aku, aku tidak bisa menolaknya. Dia sudah menyempatkan memberikan ini kepadaku padahal dia harus mengejar penerbangan kembali ke Los Angeles mana bisa aku menolak niat baiknya,” katanya berkelit seperti biasanya, dan itu adalah salah satu sifat yang paling ku benci dari seorang Cha Sara.

Aku mendengus sebal bukannya aku jahat atau bagaimana! Tapi ini Gilinsky pria itu benar-benar terang terangan menunjukkan perhatiannya kepadaku. Aku tidak mau fans salah paham apalagi fansnya yang didominasi oleh wanita-wanita muda yang ganas! Ditambah dengan deretan mantannya yang masih belum bisa move on. Aku kan tentu saja tidak mau dikaitkan dengan kisah picisan mereka.

"Florenzee-ssi"

Seorang pegawai dari acara pergelaran musik kali ini menyembulkan kepalanya dari balik pintu ruang tunggu milikku. Ada senyum sopan sebelum dia memberikan isyarat dengan menunjuk jam ditangannya dan aku mengerti maksudnya.

"I’ll be right there! Tunggu sebentar ya,” kataku dengan ramah. Bagaimana pun juga etika dan keramahan adalah nomor satu kalau tidak ingin menjadi buah bibir apalagi di negera orang. Sepertinya aku belum memberitahukan kepadamu dimana aku sekarang, karena tuntutan agensi ku –HW Entertainment– aku melakukan promosi musik di negara orang dan semua jadwalku di Korea Selatan kali ini diurus oleh SN Entertainment, salah satu big three Perushaan hiburan di Korea Selatan. Intinya aku sedang cosplay jadi Idol Korea Selatan, hahaha.

Sara segera membenahi pakaian yang aku kenakan, sebuah gaun maxi berwarna putih gading dengan aksen Swarovski di lehernya. Setelah selesai dengan pakaianku Cha Sara kembali memastikan rambut bergelombang milikku yang tergerai masih rapi paripurna sebelum membiarkanku keluar mengikuti pegawai tadi yang akan mengantarkan diriku kembali ke Panggung utama depan.

Aku melangkah dengan perlahan naik ke atas tangga menuju ke Panggung yang lebih kecil dari panggung utama. Panggung ini diperuntukkan kepada para artis agar dapat menikmati penampilan artis-artis lainnya yang sedang tampil. Pria yang memandu diriku berhenti tepat disamping sederet bangku panjang yang diduduki oleh beberapa wanita yang mengenakan kostum sama. Kurasa itu adalah salah satu girl group pendatang baru. Sudah ada sembilan orang duduk di sana dan tempat duduk itu nampak penuh sekali. Aku tidak yakin kalau aku masih bisa duduk di sana. Memaksa duduk di sana pun nanti pasti akan tidak nyaman kan karena harus berdesak-desakan.

“Ini adalah satu-satunya seat yang tersisa kalau anda ingin duduk bersama wanita,” katanya setengah berbisik memberitahu ku.

“Aku bisa duduk dimana saja, tidak harus dengan mereka karena pasti nanti akan tidak nyaman kalau aku memaksa duduk di sana,” kataku sama-sama berbisik tidak ingin seseorang menjadi salah paham dengan tingkahku. Bukannya sombong atau bagaimana, acara awards ini masih berlangsung cukup lama dan akan tidak nyaman bagi kami semua kalau harus berdesak-desakan.

“Kalau begitu mari sebelah sini,” katanya, lalu dia menunjukkan kursi kosong dibelakang sekumpulan wanita itu tepat diujung kursi ada anggota sekumpulan grup pria yang bernama Wannabe, salah satu grup pria pendatang baru paling populer di Korea Selatan.

Aku mengangguk berterima kasih, menahan segala umpatan kesialan karena aku berada dibangku paling tidak menguntungkan kamera fans menyorot mereka –Wannabe– dari segala sisi. Aku merasa tidak bisa bergerak leluasa.

Aku membungkuk ke kiri, mencoba bersikap sopan kearah anggota wannabe dan mulai duduk dengan tenang menikmati penampilan solois di depan sana. Ya tuhan! Seharusnya aku berendam di Jacuzzi setelah penerbangan Los Angleas – Seoul yang melelahkan bukannya terjebak di acara dengan orang-orang yang hampir semua tak ku kenali. Hampir satu jam acara ini berlangsung namun aku merasa tak kunjung usai. Ini lebih lama dari acara penghargaan di Los Angeles.

Aku hanya memikirkan ingin pulang cepat hingga tidak memedulikan ketika tempat duduk disamping kanan ku sedikit demi sedikit mulai terisi penuh. Aku yakin sekarang aku berada ditengah-tengah pria yang tidak aku kenal. Siapapun yang mengatur tempat duduk ini luar biasa menjengkelkan. Kenapa mereka harus menggunakan sofa? Bukan kursi tunggal saja sih.

Aku merasakan bahuku dicolek. Aku bahkan bersiap memaki orang yang melakukan itu padaku. Tapi belum sempat memaki wajah tampan khas orang barat yang begitu familiar menyambut ku dengan senyuman lebar.

Aku terkejut, "Sejak kapan kamu ada di sana?" tanyaku dengan bingung. Orang yang mencolek ku adalah Charlie Ruth. Bertemu dengannya setelah menghindarinya adalah hal yang menyebalkan. Dia adalah rival ku yang kerap duel di chart musik dan penghargaan, tapi dia juga teman sialan yang sayangnya adalah sahabat dekat yang paling ku sayangi.

“Kamu enggak sadar aku baru saja tampil di sana?” tanyanya menatapku dengan jengkel. Aku mengangkat bahuku acuh. “Kali ini melamun apa lagi memangnya?!” lanjutnya mendengus dia tahu betul aku punya kebiasaan buruk melamun disembarang tempat.

“Jaccuzi,” jawabku singkat. Charlie memukul bahu ku pelan, tapi aku mengabaikannya. Lebih tertarik saat para anggota wannabe berdiri bersiap untuk ke backstage –Mereka akan tampil sebentar lagi– melihat itu bagai oase dan aku buru-buru menggeser tubuhku agak menjauh dari Charlie. Dia kelihatan kesal karena aksiku tapi masa bodoh. Tadi aku sempat melihat orang yang ada di samping Charlie Ruth adalah BXS dan keinginanku untuk menjauh darinya semakin tinggi. Aku tidak mau bunuh diri penggemar mereka sangat banyak lebih banyak dari wannabe dan popularitas mereka pun sangat meng-global merata. Duduk bersebelahan saja dengan mereka, aku pastikan aku akan mendapat banyak hatred dan menjadi bulan-bulanan penggemarnya. Aku sudah terlalu muak dengan yang namanya komentar kebencian!

Lima belas menit lagi acara akan selesai dan aku harus bertahan dengan pening luar biasa karena tadi aku memilih untuk tidak minum obat dari Gilinsky. Handphone dipangkuan ku bergetar dan aku segera membukanya – dari Sara katanya ia sudah bersiap dibawah stage menungguku pingsan. Aku hanya bisa mengumpat dalam hati membaca pesan menjengkelkan itu. Sialan, tapi memang benar pening di kepala ku tidak berkurang sama sekali, ditambah suara musik dan teriakan riuh penonton membuat pening di kepalaku semakin menjadi-jadi.

Yesss! Aku bersorak dalam hati saat melihat para artis yang ada di panggung kecil berdiri. Mereka bersiap-siap dan saat salah seorang crew mendekat dan memberikan isyarat mereka semua serentak menuju ke main stage untuk acara penutupan. Aku hampir limbun dan terjungkal ke arah penonton jika saja sebuah tangan tidak menarikku dan menyelamatkan diriku –My Hero. Menyelamatkan diriku dari headline berita karena terjatuh di acara pergelaran musik. Aku bahkan tidak bisa membayangkan jika aku benar-benar jatuh. No! Itu tidak baik untuk karirku dan citraku.

"Tolong berhati-hati," katanya di antara keriuhan orang, suaranya mampu kutangkap dengan baik.

Aku berbalik hendak ingin mengucapkan terima kasih namun terhenti saat aku menemukan sosok tinggi yang tidak familiar di sana.Itu bukan Charlie Ruth namun Jake Jeon! Iya Jake BXS yang itu. Kurasa yang ada di belakang ku tadi Charlie puth kenapa bisa dia? Kenapa dari sekian banyak banget orang harus dia?!

"Terima kasih banyak!" ucapku terburu-buru menunduk dan menarik tanganku dari genggamannya dan setelah itu aku segera berlalu tanpa memberinya kesempatan untuk menjawab. Aku linglung!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status