Share

Celebrity Scandal
Celebrity Scandal
Author: Viana Wren

Orang Baru

[BREAKING NEWS]

Newcomer Hollywood worldwide artist Florenzee Hwang was harshly criticized for exploiting the popularity of Jay Bieber, both fans at war. (Source : TZM News)

Kinabalu, Sabah, Malaysia, 2015

Sekali lagi aku menatap layar ponsel milikku yang menunjukkan tajuk utama sebuah berita teratas nomor satu dengan nanar. Mengapa rasanya tetap sakit sekali? Perasaan tidak terima itu tetap ada menyelimuti hatiku padahal sebenarnya aku sudah tahu konsekuensi yang akan aku hadapi tetapi tetap saja aku tidak bisa terbiasa. Harusnya aku menganggap ini bukan apa-apa, harusnya respons negatif media ujaran kebencian dari para pembenci bukan apa-apa itu adalah hal wajar karena yang menimpaku kali ini adalah harga yang harus diriku bayar untuk menjadi selebriti terkenal.

Aku menatap sekeliling dengan pandangan sendu. Keindahan laut Kinabalu malam ini, ketenangan yang ditawarkannya sama sekali tidak bisa mengobati rasa sakitku. Aku mengangkat botol berisi minuman keras itu, ingin meneguknya namun sebelum moncong botol itu menyentuh mulutku botol itu tahu-tahu sudah melayang lalu jatuh ke atas pasir tanpa bisa dicegah.

“Hei! berhenti apa yang sedang kamu lakukan?” Katanya dengan setengah memekik keras. Aku menoleh ke samping menemukan sosok pria yang berdiri di samping tersangka yang menyebabkan botol vodka-ku jatuh ke pasir. Pria dengan tubuh tinggi dengan aroma Baccarat Musk yang entah mengapa menenangkan dan menyegarkan di hidungku. Aku tidak terlalu bisa melihat dengan jelas wajahnya karena keremangan di sekeliling kami.

“Dasar orang aneh! Apa sih yang sedang kamu lakukan?” Kataku menyentaknya dengan sangat marah. Aku menghadap pria itu sepenuhnya dengan wajah murkaku.

Apa-apaan sih dia itu? Apakah dia adalah orang yang kurang kerjaan atau bagaimana mengapa mengganggu orang lain? Apa dia tidak benar-benar bisa melihat kalau tujuanku menjauhi keramaian adalah tidak ingin diganggu?

“Kamu yang apa-apaan berapa umur kamu memang?!” tanyanya dengan geram. Pria itu ikut membentak diriku juga membuat diriku dilanda kebingungan karena tidak menemukan alasan yang tepat mengapa pria itu ikut marah dan meninggikan suaranya kepadaku. Aku sangat yakin kalau kami tidak saling kenal sebelumnya jadi alasan pria itu berbuat seperti itu apa sebenarnya.

“Aku berumur enam belas tahun!” teriakku dengan nada yang masih dominan marah dan tidak terima karena barusan dibentak-bentak olehnya. Dia siapa sih? Sungguh tidak jelas mengapa harus menggangguku, apakah dia Ini adalah sosok relawan yang peduli lingkungan dan memarahi aku karena membuang botol beer dan vodka sembarangan atau bagaimana? Sungguh sialan bertemu dengan pria itu di saat mood yang kumiliki luar biasa buruk.

“Enam belas tahun? kamu belum cukup umur untuk minum alkohol.” Suaranya meninggi. Dia tanpa rasa bersalah ataupun sungkan memungut botol vodka-ku, melemparkannya jauh-jauh hingga aku mendengar bunyi byurrr yang menandakan bahwa botol itu jatuh ke air.

Sayonara! Yang ia lakukan membuat diriku mengurungkan asumsiku yang tadi menyebutnya relawan peduli lingkungan. Hei dia bahkan baru saja mengotori laut dengan sampah!!

“Memangnya apa pedulimu jangan terlalu berlagak!”

“Aku sangat peduli dengan kamu Florenzee Hwang!” jawabnya dengan suara keras dan juga sangat lantang.

Aku terkejut, bukan terkejut karena dia meninggikan suaranya kepadaku tetapi lebih terkejut karena dia tahu namaku padahal sebelum keluar dari penginapan aku sudah menyamar dengan semaksimal mungkin menghindari untuk dikenali oleh orang-orang. Aku mundur satu langkah menatapnya dengan begitu waswas. Pikiranku berkelana berusaha memindai pria itu. Apakah aku juga mengenalnya? Apakah dia ini pembenci diriku yang mengikuti diriku hingga ke kinabalu? Wartawan yang memburu diriku atau dia itu penguntit yang menyeramkan?

Melihat diriku yang antipati dengannya, pria itu berusaha meraih tanganku membuat aku makin memundurkan kakiku dengan isi pikiran yang cukup buruk. “Aku adalah penggemar kamu,” ucapnya berusaha meyakinkan diriku tetapi aku bergeming masih tidak memercayai ucapannya.

“Aku adalah penggemar kamu jadi tolong jangan bertingkah seperti tadi.” Suaranya mulai melembut ada keseriusan dan ketulusan di sana dan itu cukup untuk membuat hatiku menghangat. Selama ini tidak ada orang yang peduli kepadaku. Mereka hanya memberikan nasehat kepada diriku agar peduli situasi, sadar kondisi dan tidak menimbulkan skandal yang dapat merugikan perusahaan. “Melarikan diri dari hal-hal yang menyakitkan itu boleh namun ingatlah untuk selalu mencintai dirimu sendiri. Minum alkohol di usiamu saat ini bukanlah hal yang baik apalagi untuk tubuh kamu,” lanjutnya dengan suara pelan. Dia berbicara dengan begitu hati-hati seolah takut kalau aku lebih tersinggung.

Mendengarnya membuat mataku memanas. Aku merasa buliran liquid itu mengalir dari sudut mataku tanpa bisa aku cegah. Aku tidak tahu mengapa aku emosional sekali hari ini dan pada akhirnya aku benar-benar menangis .... di depan orang yang mengaku sebagai seorang penggemarku, menangis kencang tidak peduli kalau orang lain akan memperhatikan kami.

“Aduh aku tidak bermaksud. Tidak apa-apa jangan menangis. Maafkan aku. Oke, aku yang bersalah.” Kata pria itu, dengan tidak sopannya menarik diriku mendekati dirinya, mendekap tubuhku dengan erat, meredam suara tangisanku yang makin mengeras.

Harusnya aku meneriakinya kan? Dia ini melecehkan aku dengan memeluk seenaknya begini, tetapi sialannya aku bahkan tidak bisa memakinya karena perasaan nyaman yang aku dapatkan. Aku menyerah, aku membalas pelukan pria itu, melimpahkan keluh kesahku.

“Aku hanya ingin berkarya dengan bermusik, memberikan terbaik, tetapi mengapa mereka membenciku? Mengapa mereka harus membuat aku melakukan yang tidak aku sukai?” Peduli setan! Aku tidak lagi menahannya. Sudah lama aku ingin menumpahkan segalanya, semua yang mengganjal di hatiku. Agensiku bilang kalau aku ingin menciptakan musik sesuai kemauanku, aku harus menjadi seseorang yang terkenal dahulu. Kata mereka, aku harus menjadi selebritas papan atas agar dapat menentukan arah karierku sendiri, yang tidak pernah aku sangka adalah menjadi selebriti terkenal bagi agensiku adalah menciptakan popularitas dengan cara menumpang popularitas artis lain, menjadi parasut siap untuk kehilangan harga diri karena diinjak-injak.

Dia mengelus rambutku mencoba menenangkan diriku. Karena terbawa perasaan, aku dengan tidak tahu malunya malah mengeratkan pelukanku kepada pria asing di depanku ini. “Florenzee ingatlah, aku akan selalu ada untukmu. Aku tidak akan pernah membencimu, penggemar yang lain pun juga akan berpikir sama seperti aku jadi hari ini kamu boleh bersedih, marah, tetapi esoknya kamu harus bangkit kembali.” katanya dengan suara pelan dan dalam.

Dan yang hanya kuingat tentang pria itu setelahnya hanyalah suaranya dan aroma yang menguar dari tubuhnya yang menyegarkan dan menenangkan dan malam itu juga adalah hari terakhir aku bertemu dengannya pria yang tidak dikenal, pria yang mengaku kalau dia adalah penggemarku dan pria yang memberikan diriku asa yang baru.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status