Share

Who I Strolled With

Siapa orang di abad ini yang tidak kenal dengan BXS? Mungkin kalau dijumlahkan dalam bentuk statistika, aku dapat dengan percaya diri mengatakan bahwa yang mengenal siapa itu BXS hampir sembilan puluh persen populasi manusia di bumi ini. Dan sisanya sepuluh persen adalah orang-orang kudet parah yang sama sekali tidak menyentuh teknologi! Iya jangan terkejut begitu dengan angkanya karena mereka memang seterkenal dan sefenomenal itu. Kalau dibandingkan dengan generasi jaman dulu mungkin setara dengan One Direction populernya.

Aku tidak tahu darimana awalnya ini terjadi, tapi aku rasa sejak industri musik di dunia ini mulai didominasi oleh genre K-POP setelah BXS masuk dan menyabet berbagai penghargaan acara musik bergengsi di Amerika, mereka menjadi ujung tombak dan bukti mutlak dari keberhasilan K-POP di berbagai negara, bahkan kalau dipikir-pikir sekarang industri musik berkiblat kepada mereka dan dominasi barat mulai menurun. Sedih memang kalau melihat fakta itu.

Sebenarnya mengenai BXS awalanya aku tidak tahu benar siapa itu nereka. Namun sejak wajah mereka mulai wira-wiri muncul di acara show saluran kabel Amerika, dan pertemuan-pertemuan tidak langsung di acara awards seperti grammy, AMA dan MTV, aku mau tidak mau jadi mengenal mereka. Tujuh orang penyanyi atau lebih baik aku menyebutnya anggota boy group? Boy band? Intinya mereka sekumpulan penyanyi pria yang berasal dari Asia. BXS terdiri dari tujuh anggota dari yang tertua hingga yang termuda, yaitu June, August, Hobee, Jimmy, Vins, Jake dan dengan Ramon sebagai leader. Katanya setiap anggota memiliki keunikan tersendiri yang membuat mereka menjadi istimewa dan aku tidak tahu banyak tentang hal itu.

Tapi fakta yang ku tahu kekompakan, solidaritas, kerja keras, dan perjuangan mereka telah membawa BXS ke puncak kesuksesan, dan aku mengakui dan menghormati kegigihan mereka! Tapi agaknya kesuksesan dan popularitas yang mereka memiliki sedikit membuat diriku tidak senang karena direpotkan karena harus bekerja lebih keras agar bisa menyeimbanginya.

“Wah Zee, kamu harus membaca semua komentar ini loh.” Sara menatapku dengan pandangan menyebalkan dari spion di depan. Aku sangat tahu kalau dia sedang memprovokasi diriku sekarang. “Dia adalah gadis yang begitu beruntung karena ditangkap Jake, Heol menjauhkan dari Jake, dasar parasit pencari perhatian!”

Siapa yang mencari perhatian?! batinku kesal. Aku semakin menekuk wajahku dan menatap Cha Sara dengan sangat geram. Walaupun dia hanya membaca komentar di tabletnya entah mengapa aku merasa kalau asistenku itu seolah mengatakan segala umpatan itu sepenuh hati. “Ada lagi nih, dengar karena ini cukup lucu loh Zee, omonaa aku bersyukur bahwa kepala mu tidak jadi bocor. kuharap itu bukan pura-pura untuk mendapatkan perhatian Jake!”

“Hei Cha Sara! berhenti membaca komentarnya kamu kurang kerjaan?!” teriakku karena tidak bisa menolerir lagi hujatan itu. Moodku sangat buruk sekarang dan itu karena komentar sialan itu. Setelah insiden tadi malam, paginya banyak banget headline berita tentang diriku dan Jake, padahal itu hanya sebuah kecelakaan kecil tapi fans, haters dan media membesar-besarkannya.

“Kenapa kamu tidak pingsan saja sekalian! Jangan nanggung-nanggung makannya biar headline beritanya juga enggak nanggung-nanggung gini,” komentar Sara. Wanita itu sama sekali belum kapok!

Aku menghembuskan nafas kasar. Untung Sara adalah Asistenku yang kerjanya paling becus dan memuaskan. Jika bukan mungkin aku benar-benar akan menjambaknya dan mendepaknya dari mobilku sekarang juga.

Pikiranku melayang kembali, agak menyesal karena harus bersinggungan dengan Jake. Aku sudah menduga jika itu akan menjadi Headline panas dan panen hujatan netizen. Entah sekecil apapun itu dia adalah Jake Jeon anggota BXS yang sedang naik daun semua tingkahnya diawasi baik hatersnya, fans atau paparazi yang sedang menunggu sesuatu darinya–menunggu skandal misalnya.

Aku hanya bisa tertawa miris. Dia selalu membuat hidupku tidak tenang entah karena apa. Mungkin kalau BXS tidak setenar ini, aku tidak akan dikirim ke Korea Selatan untuk bekerja lebih keras.

“Heii Zee! Jangan dengarkan Sara dia tidak waras.”

Oh… dia adalah Ibu Periku-Michael Alford benar-benar teman sejatiku terima kasih dude! Setidaknya manager ku yang satu itu lebih pro kepada diriku dan tentu saja lebih waras daripada Cha Sara. Michael melirik sinis Sara dan aku kegirangan karena hal itu.

“Matamu melihat kemana Michael Alford, perhatikan saja jalannya. Kamu sedang mengemudi!” bentak Sara galak. Aku jengah melihat keduanya dan tidak ingin memperpanjang topik ini lagi.

“Ngomong-ngomong kita akan kemana?” tanyaku. Aku memajukan badanku ke depan untuk melihat Sara dan Michael lebih jelas dan juga jalanan yang kini kami lewati.

“Charlie tidak bilang? Dia meminta aku untuk meluangkan waktu kamu sore ini untuknya,” jawab Michael dengan kening berkerut. Dia melemparkan tatapan sekilas padaku sebelum kembali melihat jalanan di depan. “Tidak mengecek ponsel kamu lagi?” tanyanya curiga.

Aku hanya bisa nyengir dengan bodoh. “Lupa,” kataku dengan ringan, sebelum tanganku meraih clutch bag dan mengaduk isinya untuk menemukan ponselku yang ternyata baterainya tinggal dua puluh persen.

Sara dan Michael menggeleng. “Kebiasaan buruk.”

Aku mengabaikanya dan memilih untuk melihat keluar jendela mobil di mana pemandangan Seoul di sore hari begitu berbeda dari Los Angeles. Di sini lebih ramai orang berjalan kaki di trotoar juga banyak sekali bus-bus umum berlalu lalang.

Tidak beberapa lama setelah itu SUV yang dikemudikan Michael berhenti tepat di depan sebuah gedung. Sebuah gedung yang cukup besar daripada gedung-gedung lain di sekelilingnya. Ada tulisan Big Labs di sudut paling atas gedung membuat diriku menyadari satu hal. “Hei, kenapa berhenti di sini! Katanya tadi mau bertemu dengan Charlie?” tanyaku dengan cepat. Aku melihat gedung dan dua orang di depan ku itu secara bergantian.

Panik! Aku panik sekali mengetahui gedung apa yang kami tuju. Itu gedung Big Labs! Gedung agensi milik BXS! Sialan benar-benar luar biasa menjengkelkan kenapa aku harus berurusan dengan mereka lagi padahal headline sebelumnya saja belum turun. Ini namanya cari mati!

“Tidak baca pesannya? Dia tidak memberitahukan kepada kamu kalau dia meminta bertemu di sini?” tanya Michael dia memutar tubuhnya ke belakang, menilik ekspresi yang ku keluarkan.

Nope.” Aku menggeram kesal saat tidak menemukan kalimat yang mengatakan tempat janji temunya! Dia sengaja Charlie sengaja melakukannya. “Dasar si brengsek itu!!!”

“Cepat masuk sana Zee,” usir Sara. Membuat dirku bertambah kesal, tapi belum sempat aku membalas ucapannya itu, Michael ikutan bersuara juga dengan nada yang lebih lembut.

“Aku tidak bisa parkir lama-lama di sini. Sana cepat masuk sebelum orang-orang curiga.” Michael mengingatkan sebelum keberadaan mereka dicurigai fans BXS atau mungkin paparazi bisa saja mereka berada di sekitar gedung menunggu idola mereka datang. “Kamu bisa memberi pelajaran kepada Charlie di sana,” lanjutnya memprovokasi.

Aku mendengus, tapi diam-diam juga menyetujui usulan Michael untuk memberikan Charlie pelajaran berharga setelah ini. Dengan berat hati aku akhirnya meraih topi dan memasang maskerku bersiap turun.

I’ll pick you in 7 pm see ya dan jangan lupa bersenang-senang,” ujar Michael sebelum aku menutup pintu.

Aku menghela nafas kesal lalu berjalan cepat kearah pintu masuk. Aku menekan bell disamping pintu dan seorang petugas menyembulkan kepalanya menatapku dengan curiga. “Ada yang bisa dibantu?” tanyanya.

“Yeah. Aku memiliki janji dengan Charlie Ruth di sini,” jawabku apa adanya.

“Bisakah kamu memastikannyan lagi?” tanyanya. Dia sepertinya sudah terlalu hapal dengan orang-orang yang membunyikan bell di gedung Big Labs.

Sure.”

Aku berharap tidak ada yang mencurigai ku di depan pintu Big Labs. Aku ingin segera masuk, tapi aku tidak bisa menerobos. Ada prosedur nya dan aku mengutuk Sara karena tidak mengurus ini. Aku menghubungi Charlie, tapi tidak diangkat hingga dering ketiga dan aku kesal setengah mati karena itu tidak menyerah. Aku mencoba sekali lagi tapi nihil.

“Mau bertemu dengan Charlie?”

Suara itu mengagetkanku yang hampir mengeluarkan sumpah serapah untuk Charlie. Itu Jake? Entah sejak kapan dia ada di belakangku. Hari ini ia cukup … tampan? Dengan pakaian serba hitam, ada beberapa gelang tangan yang melingkar di pergelangan tangannya juga earing yang mengintip dari balik topinya –sangat tampan. Oh Tuhan! Tolong segera kembalikan kewarasan ku! Sadar! Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi!

“Yeah, tapi aku tidak bisa menghubungi Charlie.” Nadaku sarat akan emosi yang gagal untuk ditutupi. Aku tidak bisa melihat raut wajahnya karena maskernya, tapi kutebak dia pasti agak terkejut dengan tempramenku yang kadang memang sukar dikendalikan kalau kamera mati.

Jake maju menggeserku. Tidak benar-benar menggeser sih. Dia yang maju, aku yang menyingkir karena sadar diri. Aku melihatnya memasukan password pada panel pintu. “Ayo,” ajaknya.

“Ha, kemana?” tanyaku membodohi diriku sendiri.

“Katanya kamu ingin bertemu dengan Charlie,” katanya menatapku tidak sabar. Aku membuka mulutku ingin menjawabnya, tapi dia sudah tidak sabar hingga sedikit mendorongku untuk maju dan pada akhirnya aku mengikutinya masuk ke dalam gedung dengan canggung. Dasar pria yang tidak punya sopan santun! Sungguh menyebalkan! 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status