Share

Bab 4 Getaran Yang Beda

last update Last Updated: 2023-09-27 11:20:03

“Eh, maaf,”ucap Aksara melepas pegangan tangannya. Dari sentuhan dua kulit itu menghadirkan sengatan yang menjalar di semua organ tubuhnya.

“Gak papa, Tuan. Ada perlu apa Tuan dengan saya?”

“Orang tuamu di mana? Kenapa diusiamu yang sedini ini sudah bekerja? Kamu gak melanjutkan sekolah?”tanya Aksara dengan rentetan kalimat bak kereta api.

“Maaf, Tuan.Boleh pertanyaannya satu-satu saja? Saya bingung harus menjawab yang mana dulu.”Gadis itu menggeser letak teh hangatnya. Tangannya menumpuk di depan meja seperti siswa yang hendak mendengarkan pelajaran dari gurunya. Ia terlihat begitu sopan.

“Orang tuamu di mana?”

“Mereka sudah meninggal semenjak saya masih sekolah dasar, Tuan.”

“Maaf.”

“Gak apa, Tuan.”

“Kamu punya saudara? Kakak?”

“Saya hanya punya adik, Tuan. Saat ini mereka sedang duduk di bangku sekolah dasar.”

“Mereka?”

“Iya, Tuan. Adik saya dua. Mereka kembar.”

“Selama ini kalian tinggal dengan siapa?”

“Kami tinggal di rumah peninggalan ayah dan ibu, Tuan. Kami bertiga."

“Untuk makan?”

“Saya bekerja.Sebelum di sini saya sudah bekerja menjadi buruh cuci.”

Aksara manggut-manggut.Pertanyaan dasar yang mengisi otak kepalanya kini sudah terjawab sudah. Ia mulai mengaduk minumannya dengan kancung teh yang masih menggantung di cangkir. Terdengar dentingan dua benda tersebut ketika mulai beradu.

“Tehnya diminum! Keburu dingin.”

“Terima kasih,Tuan.”

Gadis itu hendak menyeruput minumannya. Namun, untuk sesaat ia berhenti. Pikirannya terus berkelana.

“Kenapa? Apa kamu gak suka teh?”

“Saya sangat suka, Tuan. Tapi, adik-adik saya di rumah hanya minum air putih. Tidak pernah minum minuman manis.”

“Mereka punya penyakit diabetes?”

“Bukan, Tuan.Tapi ….” Celine menggigit bibir bawahnya, tampak ragu untuk berucap. “Di rumah jarang ada gula, Tuan. Terkecuali ada tetangga yang selametan orang meninggal.”

Gadis itu tertawa kecil .

“Apa hubungannya?”

“Di desa saya, kalau ada orang yang meninggal, keluarganya akan kirim doa untuk almarhum, dengan membagi sembako ke tetangga sekitar.”

Aksara hanya manggut-manggut. Ia merasa salah besar jika harus memecat gadis belia ini. Tumpuan hidupnya sangat berat untuk gadis sekecil ini.

“Terima kasih banyak sudah menerima saya bekerja di sini, Tuan. Saya juga minta maaf telah berani duduk di kursi ini semeja dengan, Tuan.”

“Bersikaplah biasa saja. Silakan diminum tehnya. Saya berjanji, akan mengirim sembako dan jajan untuk adik-adikmu kampung.”

“Terima kasih banyak, Tuan.”

Gadis itu memegang tangan Aksara dan mencium punggung tangannya dengan hormat. Hal yang biasa ia lakukan kepada orang yang yang lebih tua dari umurnya. Namun, hal itu berbanding terbalik dengan Aksara. Sentuhan yang dihadirkan gadis itu justru membuat hatinya bergetar. Bukan hanya iba, melainkan sebuah rasa baru yang mulai tumbuh.

Bukan rasa antara bapak kepada anak. Tetapi, rasa antar lelaki dan wanita. Celine tak menyadari itu.

“Maaf, Tuan, kalau saya lancang. E ….”

“Apa?”

“Susu Denim tinggal sedikit. Takutnya gak cukup sampai nanti malam.”

Denim memnag sudah mulai aktif-aktifnya hingga kebutuhan susu pun turut bertambah. Seingat Aksara,ia baru menyetok susu formula itu seminggu yang lalu.

“Nanti sore bersiaplah! Ikut saya belanja Mingguan. Bahan masakan di rumah juga sudah habis bukan?”

“Saya boleh ikut, Tuan?”

“Kalau bukan kamu siapa lagi? Mbok Inah? Kan dia sudah resign.”

“Baik, Tuan.Terima kasih. Saya permisi.”

Celine bangkit dan mengangkat cangkirnya yang baru disruput sedikit. Sedangkan minuman Aksara, sudah tinggal separuhnya.

“Mau kemana kamu?”

“Saya mau minum di dapur saja, Tuan. Saya tidak enak duduk di sini berlama-lama dengan Tuan.”

Lelaki yang biasanya kaku itu tersenyum, “Minumlah di sini! Saya sudah menghabiskan tehnya." Aksara meneguk isi cangkirnya, hingga di dalamnya langsunh tandas. Hanya tertinggal kantung teh yang masih menggantung. Kemudian berlalu tanpa permisi.

***

“Kuci, kuci,kuci,” ucap Celine ketika menggelitiki Denim. Sontak lelaki kecil itu tertawa terbahak dengan begitu riangnya.

“Celine, sudah siap?” tanya Aksara dengan pakaian rapi. Celana panjang dan kemeja warna biru muda berlengan pendek.

“Sudah, Tuan.”Gadis itu mengambil botol dot anak asuhnya dan berjalan menggendong Denim. Berjalan mendekat ke arah kendaraan roda empat Aksara.

Di depan pintu mobil, ia sedikit kesusahan untuk mebuka. Tubuh Denim yang gemoy dan terus bergerak aktif mengurangi ruang geraknya.

“Terima kasih,Tuan,” ucap Celine ketika pintu berwarna putih itu dibuka oleh Aksara. Ia sungkan, yang ada dialah yang selalu merepotkan majikannya.

“Sabuk pengamannya dipakai!” ucap Aksara ketika mulai menyalakan mesinnya.

Celine meelihat ke jok mobil. Ini kali pertama ia masuk ke kendaraan roda empat. Bahkan, ia tak tahu bagaimana caranya mengenakan sabuk pengaman tersebut. Ia hanya menarik benda itu dan didekatkan ke tubuhnya.

“Bukan seperti itu caranya.” Aksara mendekat. Wajah dewasa dengan cambang halus itu tepat persis di muka gadis belia tersebut. Mendadak ada rasa yang aneh yang menyeruak di hati kecilnya. Lalu didetik berikutnya, Celine menundukkan pandangan. Takut jika Tuannya menyadari kalau ia telah mencuri pandangan.

“Maaf, Tuan. Saya justru merepotkan Tuan.”

“Diingat-ingat caranya. Biar besok bisa memakainya sendiri.”

“Baik, Tuan.”

“Pok ame-ame, belalang kupu-kupu.” Celine terud mengajak Denim berbicara dan bernyanyi. Di manajagoan kecilnya itu turut mengikuti suara babysitternya. Denim terus tertawa kegirangan.Apalagi ketika lagu yang mereka nyanyikan usai, Celine akan mencium pipi Denim yang diikuti tawa terbahak dari anak lelakinya.

“Susu, susu,”ucap Denim yang mulai kehausan.

Saat tangan Celine meraih susu di dashbord mobil. Tanpa sadar ia menyentuh tangan Tuannya. Tangan kekar dengan sedikit bulu itu lebih sigap untuk mengambil botol susu anaknya.

“Eh, maaf,”ucap Celine yang langsung menarik lengannya. Kini, degupan jantung Celine berdetak lebih cepat dari biasanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Tamat

    “Itu tadi lihatin saya.” Aksara tersenyum smirk, “Kamu itutidak pandai berdusta, Sayang. Terlihat dari matau,” ucapnya kembali.“Iya-iya, Mas. Celine ngaku kalau lihatin Mas Aksara.”Wanita itu masih menunduk tidak berani menatap. Diingatkan tentang hal sepertiini membuatnya malu.“Kenapa tidak jujur dari awal? Lagian, gak ada masalah kankalau kamu pandangin saya. Saya juga sering melakukan itu ke kamu. Karena sayasayang sama kamu.” Aksara memegang kedua pipi istriya dan mendongakkan wajahitu untuk menatapnya, “Kita sudah menikah, Sayang. Untuk apa harus malumengakuinya? Kita seorang suami istri, bukan masa pacaran lagi.”Celine tersenyum. Wajahnya masih memerak bak buah tomatlayak panen.“Ini tuh yang buat saya semakin sayang sama kamu. Wajahmulangsung memerah ketika tersipu.”“Tuh kan digodain mulu.”“Saya tampan kan sampai kamu lihatin terud tadi?”“Iya-iya mas Aksara itu tampan.”Pria itu puas dengan jawaban istrinya. Lalu melepas bajukerja dan celana yang dipakainya. Terlihat tela

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 77. Mengagumi

    “Kenapa sayang? Sah-sah saja kan, sepasang suami istri beli baju dinas seperti itu?”“Mas Aksara emang agak lain, kalau Denim bertanya tentang baju kurang bahan itu bagaimana?”“Saya berniat hanya makan berdua bersama kamu. Sekalian kita kencan. Kamu tahu, kita sudah lama sekali tidak berjalan berdua.”“Ngak-nggak, Celine gak setuju. Denim dan Danisa harus ikut, Mas.”“Sayang ... Danisa masih terlalu kecil. Gak bagus terkena angin malam.”“Ya sudah, kalau begitu Denim saja yang ikut.”“Ok lah. Dari pada kamu menolak makan malam bersama saya.”“Mas Aksara tuh yang aneh-aneh. Di rumah saja, makanan dan lauk banyak, tapi tetap saja ingin makan di luar.”“Ganti suasana saja, Sayang.” Aksara membubuhkan kecupan di dahi istrinya. Tak lupa di kedua pipi berisi yang terasa candu untuk pria bertubuh kekar itu. “See you, Baby. I love you.”“I lop you too, Mas,” ucap Celine dengan logatnya yang terasa kaku berbicara bahasa Inggris. *** Celine kembali berjibaku dengan aktifitasnya seperti biasa

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 76. Baju Dinas

    “Kenapa diam saja, Sayang? Kenapa pernyataan cinta saya tidak dibalas.”“Memang wajib dijawab kah, Mas? Bukankah itu bukan pertanyaan.”“Ya terserah.” Aksara mengacak rambut istrinya. Mendaratkan kecupan di pipi tembem itu dan bergegas masuk ke kamar mandi. Tidak selang lamasuara nyanyian dengan suara fals terdengar di ruangan tersebut. Seakanmenyiratkan betapa bahagianya Aksara saat ini. Lirik-lirik nyanyian cinta keluar dari bibirnya dengan semangat.Sementara itu, Celine terus tersenyum kala mengingatmalamnya bersama suami. Ia seperti orang tidak waras yang kadang kala berbicarasendiri. Umur pernikahan yang tidak dibilang muda lagi, nyatanya tidakmengurangi kadar cinta keduanya. Celine menyiapkan pakaian untuk Aksarabekerja. Ia memilah puluhan pakaian yang menggantung di almari.“Ambil yang mana ya?’ tanyanya bermonolog sambil menyibaksatu persatu pakaian itu.Hingga tiba-tiba, ia dikejutkan dengan lengan yang melingkardi perutnya dari belakang. Aksara memeluknya dengan kepala yang

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 75. Anggaran

    “Papa mau main?”“Mas Aksara mau main?” tanya Celine dan Denim dalam waktu bersamaan.“Iya. Kenapa?” tanya Aksara menoleh ke arah istri dan anaknya bergantian.Wanita berambut pendek itu pun tertawa lebar. Begitu pun dengan anak prianya yang tengah memegang pistol mainan. “Door ... door ... door ... kejar aku papa! Papa jadi Pak Ladushing.” Denim mengarahkan pistolnya ke arah Aksara lalu berlari menjauh. Sedangkan Aksara menoleh ke arah istrinya dengan menaikkan alis hitamnya. Paham dengan maksud Aksara, Celine tersenyum dan memberikan pistol yang dipegangnya. “Pak Ladushing itu polisi India. Tokoh di serial Shiva. Orangnya gendut, hitam, kumisnya tebal.”Aksara memegang kumisnya yang tumbuh tipis. “Apa saya seburuk itu?”Celine meringis.“Apa maksud senyummu adalah iya?’ tanyanya kembali.“Ya gak lah, Mas. Mas Aksara itu ganteng.”“Apa? saya tidak mendengarnya, Sayang. Sepertinya indra pendengaran saya kembali bermasalah,” ucap aksara yang memang sengaja menggoda. Kalimat yang teru

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 74. Jadi Bocil

    “Mas, jangan yang itu. Untuk apa?” protes Celine ketika suaminya mengambil sebuah boneka besar berwarna merah muda.“Ya untuk main Danisa lah, Sayang.”Celine menggeleng. Ia mengembalikan boneka yang dipegang suaminya ke tempat semula.“Kenapa sih, Sayang? Apa karena harganya? Uang saya lebih dari cukup untuk membeli boneka itu bersama pabriknya.”“Mas, Danisa itu baru berumur beberapa hari. Belum pahamboneka sebesar itu. Mending ini saja,” ucap Celine sambil memperlihatkan sebuahmainan bayi dengan pegangan dan suara gemerincing.“Suara ini untuk menstimulus indra pendengarannya.” Celinemembunyikan suara mainan itu dengan menggerakkan ke kanan dan kiri.“Pegangan ini untuk menstimulus indra perabanya, Mas. Bonekajuga bisa. Tapi, gak sebesar itu.” Celine tersenyum. “Bukan karena Mas Aksarapunya banyak uang, terus membeli sesuatu yang tidak penting. Itu namanyamemubadzirkan sesuatu, Mas. Bisa menghambat rejeki.”Aksara tersenyum tipis. Kalimat dari istrinya yang panjangkali lebar dan te

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 73. Cokelat

    “Pak, ini tidak mungkin,” ucap Celine masih tidak percaya.Ia mencubit lengannya sendiri berharap apa yang terjadi saat ini adalah mimpi.“Mbak Celine ada apa?” tanya Asih- babysitternya Danisa. Iamendapati wajah nonanya seputih susu.“Mbak Asih, tolong panggilkan Pak Baskoro,” ucap Celinedengan pandangan kosong. Wanita cantik itu dihantui rasa bersalah. Semua jauhdari apa yang dimimpikan. Semalam Aksara menelfon kalau ia hendak memberikejutan. Nyatanya, kejutan itu berhasil membuat Celine terperangah. Kejutanyang menggoreskan luka yang menganga.Seorang pria berlari menuju kamar Danisa. Baskoroterengah-engah. Ia menatap sendu ke arah majikannya, “Bu, Pak Aksarakecelakaan.”Entah, kabar itu didengar Baskoro oleh siapa. Meyakinkantentang kabar buruk yang tidak ingin didengar oleh Celine.Wanita itu masih tidak merespon. Hanya butiran air beningyang ke luar dari sudut matanya.Hening. Semua dalam kebisuan. Terkecuali Danisa yang kinimenangis dengan suara yang melengking.“Saya ijin ke lo

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status