Share

Bab 5. Harga Bayam

last update Last Updated: 2023-09-27 11:21:30

Ini kali pertama Celine menampakkan kaki di lantai mall. Ia dibuat takjub dengan bangunan besar dan isinya. Manik matanya di manjakan oleh semua barang belanjaan yang kumplit. Dari sayur, buah, ikan dan perdagingan. Celine menggendong Denim, yang sesekali lelaki kecil itu berjalan digandengnya dan terkadang ikut masuk di kereta dorong. Sedangkan Aksara terus mendorong keranjang belanjaan sambil mengambil berbagai macam bahan yang disebutkan oleh Celine.

“Ini apa sayur bayamnya,” ucap gadis berambut panjang itu sambil mengambil sayur yang dimaksud. Sedangkan Denim kini tengah duduk di keranjang belanja yang tengah didorong Aksara. Celine memutar sayur yang dipegang, mencari bandrol harga yang tertera, hingga di detik kemudian manik mata hitamnya membulat secara sempurna.

“Kenapa gak dimasukkan ke sini?” tanya Aksara menyadarkannya. 

Celine meneguk salivanya sendiri, “Ini harganya gak salah, Tuan? Seikat ini dua belas ribu.”

Aksara mengambil sayur dari tangannya Celine, memperhatikan nominalnya dan memasukkan bayam tersebut ke keranjang belanja. “Harganya memang segitu.”

“Tapi, Tuan, itu mahal sekali. Di belakang rumah saya banyak sayur bayam yang terkadang sampai berbunga gak ada yang metik. Beli dipasar pun relative murah, seikat besar hanya seribu lima ratus rupiah.”

“Tapi di sini bukan desamu, Celine. Harga segitu wajar.”

Mereka kembali berjalan, di mana Aksara mulai memilih daging segar. Lagi-lagi gadis tersebut dibuat terkejut dengan harga yang fantastis. “Segini dua ratus ribu, Tuan?” tanya Celine sambil memegang bongkahan daging kecil yang dialasi sterefoam. Kertas label menempel di plastic tersebut, Daging sapi segar dan nominal 200.000.

“Kamu itu pernah belanja apa tidak?”

Celine menggeleng, “Saya tidak pernah beli daging, Tuan. Saya gak paham harga daging. Teryata semahal itu.”

“Belum pernah makan daging sapi?”

“Sudah Tuan, sewaktu Idul Adha banyak tetangga yang bagiin daging Qurban gratis.”

“Syukurlah, setidaknya kamu bisa mengolah daging ini.”

Satu persatu bahan makanan sudah masuk keranjang, berikut dengan susu dan diapers untuk Denim. Sengaja Aksara memberikan banyak kebutuhan anaknya supaya tak kekurangan lagi.

“Ada yang mau dibeli lagi?”

“Sepertinya sudah semua, Tuan.”

Mereka kembali mengayunkan langkah, mendekati meja kasir berada. Satu persatu bahan tersebut diambil petugas hingga wanita berseragam tersebut menyebutkan nominal keseluruhan. Hampir tiga juta. Celine terkaget. Reflek tangannya menutup mulutnya yang menganga. Bagi Celine, uang segitu bisa dia habiskan untuk berbulan-bulan lamanya. Celine jarang berbelanja. Ia lebih sering mengambil sayur belakang rumah untuk di masak. Lauknya pun seadanya. Yang terkadang tempe, tahu atau ikan asin yang bisa dimasak untuk berkali-kali makan.

***

“Kalian masuk dulu, saya ada perlu sebentar,” ucap Aksara ketika Celine dan anaknya sudah duduk di mobil. Lelaki matang itu mengingat sesuatu yang belum dibelinya. 

“Baik, Tuan.” 

Celine tak berani menanyakan kepentingan majikannya. Meskipun sejujurnya, ia takut berada di mobil hanya berdua dengan Denim. Sifat katroknya itu, membuat ia takut kalau mendadak kendaraan roda empat itu berjalan sendiri tanpa ada yang memegang kemudi. Aplagi majikannya membiarkan mesin mobil dalam keadaan menyala. Belum lagi kalau ada orang yang berbuat kejahatan. Bukankah di kota rawan kriminal?

Cukup lama ia berdiam diri, dengan Denim yang terus dipangkuannya. Bibirnya tersenyum dengan anak asuhnya. Tapi, pikirannya terus berkelana. Sesekali ia menengok ke kanan kiri, mencari majikannya yang tak kunjung tiba.

“Dek Denim, jangan pegang ini! Kalau mobilnya jalan bagaimana?” tanya Celine dengan keringat sebiji jagung di dahinya. Padahal sesaat yang lalu, ia merasa AC nya kebesaran dan membuatnya kedinginan.

Pintu terbuka dan ia benar-benar dibuat terkejut. Jeritan dari bibir kecilnya, membuat Aksara panik.

“Ada apa, Celine?”

“Maaf, Tuan, saya kira maling. Saya takut di sini sendirian.”

“Saya maling?”

“Maaf, Tuan. Maksud saya bukan itu. Saya ….”

“Sudahlah. Ini ponsel untukmu,” ucap Aksara memberikan benda yang tadi diibelinya. Ya, Aksara memberikan sebuah android untuk babysitternya tersebut. Dengan benda itu, dia bisa mengontrol keadaan Denim ketika dia sedang bekerja. 

“Po-ponsel, Tuan?” tanya Celine tergagap.

“Iya, ambillah!” perintah Aksara dengan tangan yang terus menggantung. Gadis itu belum berani untuk menerimanya.

“Kenapa? Kamu gak suka? Mau ditukar sama yang lain?”

“Bukan begitu, Tuan. Tapi, berapa potongan gaji saya untuk membayar ponsel tersebut?” Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Ia resah. Ia ketakutan akan angsuran yang akan melilitnya nanti. 

“Ini gratis.”

Celine kesusahan meneguk salivanya sendiri, mendadak kerongkonan terasa mengering, “Gratis.”

“Iya, dengan begitu saya tak akan kesusahan saat video call nantinya.”

“Video call?”

“Maksud saya video call dengan denim saat saya tinggal bekerja.”

“Tapi saya tidak enak, Tuan. Saya baru sehari bekerja. Saya belum berbuat banyak untuk Tuan dan Dek Denim. Tapi, saya justru selalu merepotkan. Saya tidur di kamar besar yang mewah. Saya ikut minum teh. Saya ikut makan di rumah tuan, dan kini …. Tidak-tidak, saya tidak bisa menerima ponsel itu,” ucap Celine melambaikan tangan.

“Ambillah!Atau mau saya pecat,” ucap Aksara yang memegang tangan kanan Celine. Diletakkannya ponsel tersebut ke tangan gadis itu.

“Tapi, Tuan.” 

Tangan Celine yang gemetar membuat Aksara terkekeh. Baru kali ini, ia mendapati gadis lugu seperti Celine. Gadis yang diam-diam mencuri hatinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Tamat

    “Itu tadi lihatin saya.” Aksara tersenyum smirk, “Kamu itutidak pandai berdusta, Sayang. Terlihat dari matau,” ucapnya kembali.“Iya-iya, Mas. Celine ngaku kalau lihatin Mas Aksara.”Wanita itu masih menunduk tidak berani menatap. Diingatkan tentang hal sepertiini membuatnya malu.“Kenapa tidak jujur dari awal? Lagian, gak ada masalah kankalau kamu pandangin saya. Saya juga sering melakukan itu ke kamu. Karena sayasayang sama kamu.” Aksara memegang kedua pipi istriya dan mendongakkan wajahitu untuk menatapnya, “Kita sudah menikah, Sayang. Untuk apa harus malumengakuinya? Kita seorang suami istri, bukan masa pacaran lagi.”Celine tersenyum. Wajahnya masih memerak bak buah tomatlayak panen.“Ini tuh yang buat saya semakin sayang sama kamu. Wajahmulangsung memerah ketika tersipu.”“Tuh kan digodain mulu.”“Saya tampan kan sampai kamu lihatin terud tadi?”“Iya-iya mas Aksara itu tampan.”Pria itu puas dengan jawaban istrinya. Lalu melepas bajukerja dan celana yang dipakainya. Terlihat tela

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 77. Mengagumi

    “Kenapa sayang? Sah-sah saja kan, sepasang suami istri beli baju dinas seperti itu?”“Mas Aksara emang agak lain, kalau Denim bertanya tentang baju kurang bahan itu bagaimana?”“Saya berniat hanya makan berdua bersama kamu. Sekalian kita kencan. Kamu tahu, kita sudah lama sekali tidak berjalan berdua.”“Ngak-nggak, Celine gak setuju. Denim dan Danisa harus ikut, Mas.”“Sayang ... Danisa masih terlalu kecil. Gak bagus terkena angin malam.”“Ya sudah, kalau begitu Denim saja yang ikut.”“Ok lah. Dari pada kamu menolak makan malam bersama saya.”“Mas Aksara tuh yang aneh-aneh. Di rumah saja, makanan dan lauk banyak, tapi tetap saja ingin makan di luar.”“Ganti suasana saja, Sayang.” Aksara membubuhkan kecupan di dahi istrinya. Tak lupa di kedua pipi berisi yang terasa candu untuk pria bertubuh kekar itu. “See you, Baby. I love you.”“I lop you too, Mas,” ucap Celine dengan logatnya yang terasa kaku berbicara bahasa Inggris. *** Celine kembali berjibaku dengan aktifitasnya seperti biasa

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 76. Baju Dinas

    “Kenapa diam saja, Sayang? Kenapa pernyataan cinta saya tidak dibalas.”“Memang wajib dijawab kah, Mas? Bukankah itu bukan pertanyaan.”“Ya terserah.” Aksara mengacak rambut istrinya. Mendaratkan kecupan di pipi tembem itu dan bergegas masuk ke kamar mandi. Tidak selang lamasuara nyanyian dengan suara fals terdengar di ruangan tersebut. Seakanmenyiratkan betapa bahagianya Aksara saat ini. Lirik-lirik nyanyian cinta keluar dari bibirnya dengan semangat.Sementara itu, Celine terus tersenyum kala mengingatmalamnya bersama suami. Ia seperti orang tidak waras yang kadang kala berbicarasendiri. Umur pernikahan yang tidak dibilang muda lagi, nyatanya tidakmengurangi kadar cinta keduanya. Celine menyiapkan pakaian untuk Aksarabekerja. Ia memilah puluhan pakaian yang menggantung di almari.“Ambil yang mana ya?’ tanyanya bermonolog sambil menyibaksatu persatu pakaian itu.Hingga tiba-tiba, ia dikejutkan dengan lengan yang melingkardi perutnya dari belakang. Aksara memeluknya dengan kepala yang

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 75. Anggaran

    “Papa mau main?”“Mas Aksara mau main?” tanya Celine dan Denim dalam waktu bersamaan.“Iya. Kenapa?” tanya Aksara menoleh ke arah istri dan anaknya bergantian.Wanita berambut pendek itu pun tertawa lebar. Begitu pun dengan anak prianya yang tengah memegang pistol mainan. “Door ... door ... door ... kejar aku papa! Papa jadi Pak Ladushing.” Denim mengarahkan pistolnya ke arah Aksara lalu berlari menjauh. Sedangkan Aksara menoleh ke arah istrinya dengan menaikkan alis hitamnya. Paham dengan maksud Aksara, Celine tersenyum dan memberikan pistol yang dipegangnya. “Pak Ladushing itu polisi India. Tokoh di serial Shiva. Orangnya gendut, hitam, kumisnya tebal.”Aksara memegang kumisnya yang tumbuh tipis. “Apa saya seburuk itu?”Celine meringis.“Apa maksud senyummu adalah iya?’ tanyanya kembali.“Ya gak lah, Mas. Mas Aksara itu ganteng.”“Apa? saya tidak mendengarnya, Sayang. Sepertinya indra pendengaran saya kembali bermasalah,” ucap aksara yang memang sengaja menggoda. Kalimat yang teru

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 74. Jadi Bocil

    “Mas, jangan yang itu. Untuk apa?” protes Celine ketika suaminya mengambil sebuah boneka besar berwarna merah muda.“Ya untuk main Danisa lah, Sayang.”Celine menggeleng. Ia mengembalikan boneka yang dipegang suaminya ke tempat semula.“Kenapa sih, Sayang? Apa karena harganya? Uang saya lebih dari cukup untuk membeli boneka itu bersama pabriknya.”“Mas, Danisa itu baru berumur beberapa hari. Belum pahamboneka sebesar itu. Mending ini saja,” ucap Celine sambil memperlihatkan sebuahmainan bayi dengan pegangan dan suara gemerincing.“Suara ini untuk menstimulus indra pendengarannya.” Celinemembunyikan suara mainan itu dengan menggerakkan ke kanan dan kiri.“Pegangan ini untuk menstimulus indra perabanya, Mas. Bonekajuga bisa. Tapi, gak sebesar itu.” Celine tersenyum. “Bukan karena Mas Aksarapunya banyak uang, terus membeli sesuatu yang tidak penting. Itu namanyamemubadzirkan sesuatu, Mas. Bisa menghambat rejeki.”Aksara tersenyum tipis. Kalimat dari istrinya yang panjangkali lebar dan te

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 73. Cokelat

    “Pak, ini tidak mungkin,” ucap Celine masih tidak percaya.Ia mencubit lengannya sendiri berharap apa yang terjadi saat ini adalah mimpi.“Mbak Celine ada apa?” tanya Asih- babysitternya Danisa. Iamendapati wajah nonanya seputih susu.“Mbak Asih, tolong panggilkan Pak Baskoro,” ucap Celinedengan pandangan kosong. Wanita cantik itu dihantui rasa bersalah. Semua jauhdari apa yang dimimpikan. Semalam Aksara menelfon kalau ia hendak memberikejutan. Nyatanya, kejutan itu berhasil membuat Celine terperangah. Kejutanyang menggoreskan luka yang menganga.Seorang pria berlari menuju kamar Danisa. Baskoroterengah-engah. Ia menatap sendu ke arah majikannya, “Bu, Pak Aksarakecelakaan.”Entah, kabar itu didengar Baskoro oleh siapa. Meyakinkantentang kabar buruk yang tidak ingin didengar oleh Celine.Wanita itu masih tidak merespon. Hanya butiran air beningyang ke luar dari sudut matanya.Hening. Semua dalam kebisuan. Terkecuali Danisa yang kinimenangis dengan suara yang melengking.“Saya ijin ke lo

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status