Bab 7
Setelah beberapa minggu di rumah orang tua, akhirnya Husna dan Denta pindah rumah. dan Rumah ini merupakan kado pernikahan dari Mama Papa Denta!mereka berharap setelah tinggal berdua hubungannya akan semakin baik dan harmonis. meski anak tunggal namun Papa Denta memahami anak dan menantunya juga ingin punya privasi. Jadi Dia menyerahkan sertifikat rumah beserta isi dalam yang lengkap dan mewah. Setelah mengemasi barang-barang yang perlu di bawa saja, Pasutri itu akhirnya berangkat ke rumah baru mereka, di antar oleh kedua orang Tua Denta. setibanya dirumah baru... Husna melihat istananya tak kalah besar dan bagus dari rumah mertuanya. "Masyaallah Pak,Buk, Mimpi apa Husna bisa punya rumah sebagus ini" gumamnya dalam hati sembari tersenyum penuh syukur. " Ayo Husna masuk!" ajak Mama Denta " Iya Ma,!" Setibanya di dalam Husna makin tercengang, tak hanya indah dari luar!tapi di dalamnya juga megah dan mewah, pernak pernik yang mahal melekat di setiap dinding . " Bagus sekali rumahnya Ma!" puji Husna lembut " Gimana? Kamu suka?" Husna hanya mengangguk pelan " Sekarang Rumah ini sudah menjadi rumah Kamu,Jadi Kamu bebas mau ngapain aja" " Terimakasih Ma, Pa!" " Iya Husna Sayang sama-sama, dan setelah ini Mama harap kalian semakin rukun! (Cepat kasih Mama Cucu) bisik Nakal Mama mertuanya membuat Husna tersipu malu. Denta hanya diam sembari menenteng tas dan membawanya masuk ke kamar. Hari sudah semakin siang, Husna pun sudah siap memasak masakan sederhana ya... hitung-hitung untuk mengganjal perut yang sudah terasa lapar. tidak di sangka masakan menantunya begitu enak, meski terlihat sederhana tapi rasanya mengalahkan restorant bintang lima. setelah menikah, Denta sibuk kesana kesini mengurus pekerjaan juga mengurus kekasihnya Sarah!hingga Dia lupa ada Istri yang lebih cantik dengan segala kepiawayannya. Dan ini baru pertama kalinya Denta memakan masakan Husna. (Gadis ini ternyata pintar masak, Baguslah!jadi...dengan begini Saya tidak perlu mencari ART") ucap Denta dalam hati sembar menikmati makanannya. Selesai makan siang Mama dan Papa Denta berpamitan pulang, karena jam tiga sore nanti Denta dan Papanya akan ada rapat penting. Setelah mobil tak terlihat mereka kembali masuk ke dalam. " Husna!" Denta memanggil sembari duduk di sofa " Iya Mas?" " Sekarang hanya kita berdua di rumah ini, Saya perlu mengingatkan lagi ke Kamu" " Tentang apa Mas?" " Kamu lah yang mengurus rumah ini, Saya tidak akan mencari ART. dan privasi Saya, Kamu tidak perlu tau, urus hidup masing-masing" jelas Denta lagi Husna hanya mengangguk pelan " Dan satu lagi, di depan Mama, Papa kita bisa berlaku sebagai suami istri!tapi... di luar dari itu, Kamu dengan kehidupan Kamu dan Saya dengan kehidupan Saya. sampai waktunya nanti kita bercerai" tegas Denta lagi Husna sedikit menegakan kepala melihat dengan tatapan sedih ke arah Denta. " Apakah harus seperti ini Mas, rumah tangga kita?Bukan perpisahan yang Saya inginkan. Tidak bisakah Kamu belajar menerima Saya pelan-pelam dan memulai hidup baru!" mata Husna berkaca-kaca berharap suaminya tidak terus-terusan mengucap kata cerai. " Hah!Kamu lupa, dengan apa yang sudah Saya katakan sebelumnya?Kamu yang menerima keadaan ini kan?bahkan Kamu tau pernikahan kita memang tidak di dasari dengan Cinta, jadi Kamu jalani dan terima saja rumah tangga seperti ini" " Aku sudah menerimamu Mas, sejak pertama kali Kamu ijab qobul kan namaku" " Sudah lah, keputusan Saya tidak akan berubah!suka atau tidak Itu terserah Kamu" Denta melangkah menuju ke kamar meninggalkan Husna sendiri di ruang tamu. Setelah suaminya tak terlihat barulah Husna melepaskan kesedihannya. " Pak, Buk, maaf kalau nanti Husna gagal!dan membuat Bapak sama Ibuk kecewa, tapi Husna akan terus berusaha sampai akhir. apapun hasilnya nanti Husna hanya menjalani takdir Husna, Allah yang mengaturnya!" Gadis itu tertunduk lesu dengan penuh airmata membanjiri pipi. jika pada akhirnya berpisah, kenapa pernikahan ini harus tetap terjadi! dan mengapa keadaan begitu mempersulit Husna. Denta sudah selesai mandi dan akan berangkat meeting ke kantor, Husna sudah menyiapkan pakaian kantor untuk suaminya. meski berkali-kali di sakiti dengan kata-kata kasar, Husna tetap berusaha menjadi istri yang baik untuk Denta. " Nanti mau di masakin apa Mas?" " Terserah!" jawab Denta singkat " Ya sudah, Mas hati-hati di jalan!" Husna mengingatkan Denta hanya diam, mengambil kunci mobil, dan langsung berlalu pergi. sikap dingin suaminya membuat Hati Husna sedih, entah sampai kapan kehidupan seperti ini!dan kalau pun nanti jalannya berpisah, Husna pun tidak bisa berbuat apa-apa lagi. (Di kantor) Denta dan team sedang rapat, mereka membahas proyek besar tentang penjualan produk kecantikan!Di rapat kali ini Argantara juga hadir mewakili sang Papa. di sini mereka sudah clear, hanya tinggal mencari modelnya saja. Denta berniat akan menyeret Sarah menjadi modeling produk kecantikannya, selain kekasihnya itu cantik Dia juga memang seorang model."Pria itu sudah merencanakannya di dalam hati" " Pak Agung, bolehkah Saya mengusul untuk model produk kita?" Arga membuka pembicaraan setelah selesai rapat. " Wah, boleh sekali Arga!siapa kira-kira menurut Kamu?apakah...kita perlu mencari model artis?" timpal Papa Denta " Oh, Saya rasa tidak perlu kalau sudah ada yang lokal yang jauh lebih cantik" " Lokal? siapa orangnya pak Arga?" " Menantu Bapak" jawab Arga singkat Denta langsung menegakan badan karena kaget, kenapa tiba-tiba Husna yang di tunjuknya. " Jangan bercanda pak Arga!" tegas Denta " sejak kapan dalam berbisnis Saya itu main-main pak Denta?" (sembari mengangkat kening) " Kenapa harus Istri Saya, Dia tidak pantas!dan Dia..." " Dengarkan penjelasan Saya dulu pak Denta, produk kecantikan itu kan berbasis merubah!kalau kita menggunakan Artis atau model iklan, tidak akan terlihat perubahannya karena apa...karena mereka sudah di poles jauh berubah sebelum menjadi seorang model tetap. tapi... Saya lihat Husna wajahnya cantik alami belum ada polesan produk sama sekali, jika Dia di poles dengan produk kecantikan kita yang akan launching nanti Saya jamin, perubahan wajahnya akan sangat jauh berbeda. dengan begini customer akan semakin percaya produk kita benar-benar bisa di andalkan" Arga menjelaskan konsepnya. " Kamu benar Arga, kenapa Saya tidak kepikiran sebelumnya Saya punya menantu yang cantik" Papa Denta menyetujui usulan Arga " Pa, kenapa jadi seperti ini! Saya tidak setuju" Denta menolak keras usulan Arga " bersikaplah profesional Pak Denta, ini hanya sebuah pekerjaan!" Arga kembali menegaskan " Benar Denta, dan kali ini Papa setuju!Model kita menantu Papa sendiri. Denta kesal wajahnya terlihat menahan amarah, Ia pun tak banyak bicara lagi dan langsung meninggalkan ruangan rapat. Arga sengaja memancing amarah Denta, dia ingin melihat sejauh mana ketidak peduliannya terhadap Husna. dan Arga pun sudah bisa membaca isi pikiran Denta, ketidak setujuannya ini karena ada alasan dan itu pasti ada hubungannya dengan Sarah. jam sudah menunjukkan pukul enam sore, Husna sudah selesai beberes dan memasak, mungkin jika Dia memasak dengan penuh Cinta lama-lama suaminya akan luluh. (Tuuuut...) terdengar klakson dari luar pagar, sepertinya Denta sudah pulang, Husna berlari dan menunggu ke pintu depan berniat hati menyambut suaminya pulang. " Sore Mas!" Sapa Husna dengan senyuman Wajah Denta tidak pernah ceria setiap pulang ke rumah, Husna pun tak memperbanyak kata-kata lagi, Dia langsung mengambil jas dan tas yang ada di tangan suaminya. setelah meletakkan barang-barang di sofa, Husna mempersilahkan suaminya ke kamar untuk mandi, baru setelah itu makan malam. " Air hangatnya sudah Aku siapkan Mas, baju ganti sama handuk ada di atas tempat tidur!" jelas Husna pelan Denta hanya melihat kesal ke arah Husna, padahal Gadis itu tidak melakukan kesalahan sama sekali. sembari menunggu suaminya bersiap-siap, Husna duduk di sofa tamu sambil menonton TV. ....Tiiit... (Nada Whatssap di HP Denta) Husna diam-diam mengintip, " Sayang, Udah satu hari kita nggak ketemu Aku Ka..." text sebagian tertutup. Pengirim My Love Sarah. jantung Husna berdesir, hampir satu bulan pernikahan dan ternyata suaminya masih rutin menemui mantan kekasih. Seburuk inikah Saya, sehingga Mas Denta tidak bisa mencintai Saya sama seperti Dia mencintai Sarah?" yang tadinya Husna sudah berusaha melupakan tapi kini di ingatkan kembali. Tak lama kemudian Denta keluar dari kamar dan langsung menuju meja makan. Husna hanya diam tanpa berkata sepatah katapun. setelah mengambilkan makanan untuk suaminya, Dia kembali duduk dan menikmati makanannya. " Besok Papa akan kesini untuk membicarakan sesuatu!" Denta membuka pembicaraan kali ini Husna tak banyak bertanya dan bicara Dia hanya mengangguk pelan. selesai makan mereka beristirahat, tinggal memang satu atap dan satu kamar tapi mereka asing, satu di utara dan satunya lagi di barat. saling memunggungi satu sama lain. sampai detik ini Gadis itu belum di sentuh sama sekali oleh Denta. Bersambung... 🤗Bab 32 Setelah beberapa hari berusaha akhirnya Bima berhasil dan menyerahkan semua bukti kepada Denta Bosnya. hari ini Arga akan mendapatkan masalah besar!Denta meminta Bima memanggil Arga agar datang ke ruangannya. di ruangan sudah ada Papa, dan Om nya ( Papa Arga). sebenarnya Denta tidak tega melakukan ini, mengingat kedua orang tua Arga pasti akan kecewa. tapi Denta tidak ada pilihan ini juga menjadi pelajaran agar kedepannya Arga lebih jernih berpikir sebelum bertindak. Arga sudah masuk ke ruangan, laki-laki itu langsung kaget melihat semuanya sudah berkumpul. perasaannya tidak enak namun Dia berusaha tenang agar Denta tidak mencurigainya. " Duduk!" pinta Denta kepada Arga. " Ada apa ini, kenapa semuanya berkumpul?" Arga bingung " Huh!(Denta menghela napas) Apa Kamu ingin menjelaskan sesuatu?" Denta memancing pertanyaan " Sesuatu?" Arga masih tampak bingung Papa Arga terlihat menahan marah, selain kecewa Beliau juga malu karena anaknya
Bab 31 Husna sudah semakin membaik, kesibukannya dirumah semakin bertambah, ya... selain menjadi ibu rumah tangga Dia juga sedang menekuni keahliannya dalam mendesain. Dia teringat kata-kata suaminya waktu itu, memberi semangat agar mencoba terlebih dahulu "Menurut Suamiku Desainku bagus!jadi apa salahnya Aku mengasah tanganku agar lebih mendapatkan hasil yang baik" ucapnya lirih sembari memainkan pensil di tangan. TUTTTT.... getar panggilan ponsel Husna Mas Denta...? ternyata Denta yang menelpon " Hallo Mas?" " Hallo, Sayang Kamu dirumah?" tanya Denta lembut " Ehem!Ada apa Mas?" " Siang ini Aku pulang, makan siang di rumah" " Oh, Kamu mau makan siang apa Mas?" " Jangan repot, nanti Kamu lelah!Mas bawa makanan" " Eh jangan, biar Saya masak saja Mas!lagipula makanan di luar tidak baik untuk kesehatan" " Tidak merepotkan Kamu?" " Sama sekali tidak lah Mas, oke sampai ketemu nanti Daaa..." Tuuuut...
Bab 30 Selesai makan, Denta mengajak Husna duduk santai karena ada yang ingin Dia bahas. Denta kekamar sebentar untuk mengambil sesuatu lalu kembali turun dan langsung duduk di sebelah Istrinya. lipatan kertas yang ada di tangannya langsung di buka dan di tunjukkaan kepada Husna. " Sayang, bisa Kamu jelaskan tentang ini?" Denta menunjuk ke arah kertas Husna menoleh dan melihat secara teliti, Dia sadar ini adalah Desain yang di buat waktu terbaring di rumah sakit. " Kenapa Ini...ada di Kamu Mas? bukannya kemarin sudah Saya etakkan di tempat tidur rumah sakit?" " Mama yang kasih ini ke Aku, katanya ini punya Kamu!benar?" " Ehem!( Husna mengangguk)" " Sayang, kenapa Kamu tidak pernah cerita kalau Kamu bisa mendesain sebagus ini?" " (Husna tersenyum) Mas, Saya itu hanya orang desa!Saya cuma takut nanti tidak sesuai dengan pandangan orang kota seperti kalian," " kenapa Kamu bicara seperti itu? bakat bukan dari pandangan tapi p
Bab 29 Siang ini Husna pulang kerumah setelah beberapa hari di rumah sakit, di dalam mobil Husna tertidur dalam pelukan Denta, terlihat wajahnya yang pucat dan kondisi tubuh yang masih lemah membuat Husna harus banyak istirahat. baru saja membuat bahagia sudah ada kemalangan tak terduga yang datang menimpa Husna. Mama Denta memperhatikan anaknya yang begitu lembut terhadap Husna, Dia merasa lega dan senang!jika dulu mungkin suatu kesalahan, Mama Denta berharap kedepannya bisa di perbaiki dan terus bersama-sama. Mama Denta memberikan sebuah kertas yang ada lukisan tangan Husna, Denta bingung namun tangannya tetap menerima kertas tersebut. " Apa ini Ma?" " Mama tadi menemukan kertas itu di tempat tidur Husna" jelas Mama " Ini Husna yang mendesain Ma?" " Sepertinya...Iya,!" " Indah sekali Desain ini, kenapa Aku baru tau?" Denta melihat lekat ke wajah sang Istri yang masih tertidur dalam pelukannya. "
Bab 28 Denta sudah menerima kiriman vidio pengawasan rumah sakit, benar saja!tadi malam memang ada orang yang berusaha mencelakai Husna, menyamar dan mengenakan baju perawat. Denta memperhatikan detail setiap gerak-gerik mulai dari postur tubuh dan mata yang sedikit oval, Denta mengenali dan tidak lain orang itu adalah Sarah! "Kurang ajar!berani sekali Kamu Sarah" Gumam Denta lirih sembari mengepal kedua tangannya. Dia keluar untuk menghubungi Bima tangan kanannya, jika tetap menelpon didalam Dia takut nanti mengganggu istirahat sang Istri. (percakapan di telpon) " Hallo...Bima?" " Hallo Bos, apa...ada yang bisa Saya bantu?" " Tolong bawa Sarah ke hadapan Saya, nanti saya share lokasinya!" " Sekarang Boss?" " Tahun depan" " Ba...baik Bos, siap laksanakan" telpon terputus... Denta kembali masuk kedalam bersama Mama, Papanya yang barus saja tiba, Denta menceritakan semua yang Husna alami tadi ma
Bab 27 Denta sudah kembali ke rumah sakit, Mama dan Papa berpamitan pulang hari sudah malam besok mereka harus berangkat keluar kota untuk urusan pekerjaan. Denta membawa beberapa makanan dan buah-buahan segar untuk di konsumsi. " Sayang Kamu makan dulu Ya" " Apa ini Mas?" " Bubur Ayam," Denta menyuapi sang Istri dengan hati-hati, Dokter juga sudah mengatakan besok Husna sudah boleh pulang dan melanjutkan istirahatnya di rumah. Denta lega demam Husna tidak terlalu serius. khawatirnya sudah tidak bisa untuk di sembunyikan. Denta berpamitan dengan Husna untuk ke kantor sebentar karena ada berkas yang harus dia ambil, setelah itu akan kembali lagi untuk menemani. setelah Denta keluar beberapa menit, tiba-tiba ada yang datang ke ruangan Husna memakai pakaian petugas rumah sakit (perawat), memakai masker untuk menutupi wajahnya. " Suster mau cek kondisi Saya?" Dengan polosnya Husna bertanya Suster itu tidak menjawab Dia l