Beranda / Rumah Tangga / Ceraikan Aku, Mas! / Bab 4. Rana Pingsan

Share

Bab 4. Rana Pingsan

Penulis: hasfindafmufid
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-23 11:21:19

Keesokan harinya, sejak bangun tidur Rana sudah mengerjakan banyak hal. Mulai dari bebersih kamar hingga masak. Ia mengerjakan semuanya seorang diri dengan rajin dan terampil.

Dari dalam kamar, Zayyan mengenakan batik couple yang ia beli khusus hari itu untuk menghadiri acara pernikahan teman Asha.

Hari ini ia sengaja mengabaikan Rana karena masih kesal dengan sikap gadis itu yang mengganggu kencannya dengan Asha kemarin.

“Hari ini aku akan pergi dengan Asha. Jadi, jangan ganggu aku,” kata Zayyan dingin saat berpapasan dengan Rana di ruang tengah.

Rana hanya melirik Zayyan sekilas kemudian bergumam, “Pergilah.”

Zayyan mengerutkan alis, karena tak yakin kalau Rana akan benar-benar akan menurutinya.

“Camkan perintahku baik-baik karena aku yakin otakmu masih berfungsi,” ucapnya tegas.

“Iya, pergi saja.”

Zayyan menatap Rana yang berlalu untuk meletakkan keranjang pakaian di laundry room, hingga gadis itu kembali ke ruang tengah. Rana benar-benar tak mengatakan sepatah kata pun lagi.

Akhirnya, Zayyan memutuskan untuk langsung pergi.

Begitu ia selesai memakai sepatu dan akan keluar apartemen, tiba-tiba ia mendengar suara kencang yang datang dari ruang tengah.

Saat ia kembali masuk, ia melihat Rana yang sudah tergeletak di lantai dengan darah yang mengalir dari hidungnya.

Pemandangan itu membuat Zayyan membelalak dengan napas tercekat.

“Rana!” Zayyan berseru panik, tapi Rana bergeming. Tubuh kurus itu tetap tergolek lemas di atas lantai yang dingin.

Zayyan berjongkok di samping tubuh Rana, mencoba membangunkan Rana. "Rana, bangun! Kamu mimisan!" Ia panik luar biasa.

Namun Rana tetap menutup mata, darah mengalir semakin banyak.

Dengan tangan gemetar Zayyan menelepon Arga. “Ga, Rana pingsan!!”

“Pingsan?” sahut Arga, kakak sulung Rana yang kini menjadi dokter spesialis di rumah sakit.

“Dia pingsan dan mimisan. Aku tidak tahu kenapa.” Zayyan berusaha terdengar tak terlalu panik.

“Hah? Oke, aku ke sana sekarang.” Arga memutuskan dengan cepat. “Dua puluh menit lagi aku sampai. Pindahkan Rana ke kasur dan kasih bantal di kakinya agar posisi kaki lebih tinggi dari kepalanya”.

Zayyan mengangguk paham. “Aku tunggu!”

Telepon terputus.

Zayyan melihat jam tangannya dan menghitung kemungkinan ia bisa tetap pergi dengan Asha setelah Arga datang.

Ia menatap tubuh Rana yang masih tergeletak. Di lantai, darah dari hidung Rana sudah menggenang. Itu membuat Zayyan cukup panik.

Zayyan lalu menyelipkan tangannya ke bawah lutut dan punggung Rana untuk memindahkannya ke kamar gadis itu.

Zayyan kemudian membaringkan tubuh lemas Rana di atas kasur dan meletakkan dua buah bantal di bawah kaki Rana seperti perintah Arga.

Lantas ia duduk di kursi sebelah ranjang dan menghela nafas panjang.

Ini pertama kalinya bagi Zayyan untuk masuk ke kamar Rana.

Mau tak mau ia mengedarkan tatapannya ke seluruh ruangan untuk memperhatikan seisi kamar Rana yang dipenuhi oleh merchandise Doraemon.

“Seperti anak kecil saja,” gumamnya sinis.

***

Dua puluh menit kemudian, Arga benar-benar datang. Zayyan membukakan pintu dan mengarahkannya ke kamar Rana.

“Mau ke mana?” cegah Arga saat melihat Zayyan hendak keluar kamar Rana.

“Ada uru–”

“Duduk di sini dan temani istrimu. Jangan menjadi suami yang tidak bertanggung jawab!” perintah Arga sambil menunjuk ke arah kursi yang tadi diduduki Zayyan.

Zayyan kemudian berdiri mematung di ambang pintu selama beberapa saat, sebelum akhirnya ia kembali duduk di kursi.

“Semoga tidak terlambat,” gumamnya dalam hati.

Arga lalu memeriksa Rana dan menempelkan stetoskop yang selalu ia bawa ke mana-mana ke dada Rana. Ia juga memeriksa perut dan beberapa bagian tubuh Rana yang lain.

“Masih lama?” tanya Zayyan.

“Mau pergi ke mana sih? Istrimu ini lagi sakit, bahkan sampai pingsan dan mimisan. Bisa-bisanya masih berpikir untuk pergi.” Arga menyahut kesal.

Kali ini ia menatap Zayyan dengan kedua mata coklatnya yang tajam.

Bentakan Arga membuat Zayyan menghela nafas pendek. Kini ia semakin pasrah setelah menyadari kemungkinannya pergi dengan Asha semakin mengecil.

Sepuluh menit berlalu, Arga tampak menutup tubuh Rana dengan selimut.

“Dia pingsan karena kelelahan dan stres. Sebenarnya apa yang terjadi pada Rana? Karena selama ini dia tidak pernah pingsan sama sekali.”

Zayyan tak menjawab.

“Kamu tidak tahu atau sengaja mengabaikan Rana, Zayyan?” Suara Arga naik satu oktaf, ia mulai mencium kejanggalan dalam rumah tangga adiknya.

“Aku tidak tahu, Ga. Tiba-tiba saja dia pingsan.”

“Tidak ada yang tiba-tiba, Zay. Dia ini jelas kelelahan. Apa kamu membiarkan dia mengerjakan semua pekerjaan rumah seorang diri padahal dia sedang sibuk skripsi?” tuduh Arga tajam.

Zayyan menghembuskan nafas pendek, tapi ia tak menjawab. Ia tak mau mengakui bahwa tuduhan Arga benar adanya.

Ia selalu membiarkan Rana mengurus rumah sendiri, sementara ia sibuk berkencan dengan Asha.

“Aku selalu memantau keadaan Rana. Jangan sampai melukai dia seujung kuku pun, Zayyan. Meski kita sahabat, aku tidak akan segan menghajarmu kalau itu terjadi.”

Zayyan hanya bisa mengangguk sembari menegakkan punggung.

Ia berharap Arga segera pergi sehingga ia bisa pergi ke tempat Asha sekarang. Namun kalimat yang meluncur dari bibir Arga selanjutnya, membuat bahu Zayyan jatuh.

“Tolong buatkan teh manis untuk Rana.”

Zayyan berdiri, “Hanya teh manis?”

“Ya. Untuk Rana saat dia bangun.”

Zayyan mengangguk dan berlalu keluar dari kamar Rana.

Begitu pintu tertutup, Arga kembali menghadap adiknya, tangannya membelai rambut Rana lembut. “Apa yang kamu lakukan sampai kelelahan begini?” gumannya iba.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 100. Persekongkolan

    Gavin berjalan menyusuri pusat perbelanjaan dengan pikiran masih dipenuhi kemarahan. Insiden di taman beberapa hari lalu membuatnya semakin terobsesi dengan Rana. Ia tidak bisa terima kenyataan bahwa perempuan yang dulu hampir ia miliki sekarang hidup bahagia bersama pria lain—dan bahkan sedang mengandung anaknya.Tanpa sadar, langkah kaki Gavin membawanya ke sebuah kafe. Saat ia hendak memesan kopi, seseorang yang tak asing baginya berdiri di antrean yang sama."Asha?" panggilnya dengan ragu.Wanita berambut panjang dengan gaun elegan itu menoleh. Mata cokelatnya membesar saat melihat siapa yang baru saja menyebut namanya."Gavin?" Asha mengerutkan kening. "Kamu ngapain di sini?"Gavin menyeringai. "Aku tinggal di Jakarta sekarang. Jadi... ya, menikmati hidup. Sambil cari pekerjaan yang cocok."Asha menatap pria itu dengan penuh selidik. "Aku dengar kamu baru keluar dari penjara."Gavin tertawa kecil, tetapi ada nada sinis di baliknya. "Berita menyebar cepat, ya?"Asha menyilangkan t

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 99. Pindah Rumah

    Keesokan harinya, Zayyan tidak menunda lebih lama lagi. Setelah insiden semalam, ia tahu bahwa mereka tidak bisa tinggal di apartemen itu lebih lama. Keamanan apartemen pun tidak cukup untuk melindungi Rana dan bayi mereka dari Gavin yang jelas semakin nekat.“Kita pindah ke rumah orang tuaku,” kata Zayyan tegas saat mereka bersiap untuk berkemas.Rana menatap suaminya dengan ragu. “Tapi rumah itu kan sudah lama kosong, Mas. Apa nggak terlalu berisiko?”“Aku sudah menghubungi orang untuk membersihkannya sejak tadi pagi. Kita bisa langsung pindah besok.” Zayyan meraih tangan Rana dan menggenggamnya erat. “Di sana lebih aman, Sayang. Lingkungannya lebih tenang, lebih privat, dan nggak ada orang asing yang bisa masuk begitu saja.”Rana menggigit bibirnya. Jujur, ia memang masih merasa trauma. Gavin semakin gila, dan ia tak ingin terus hidup dalam ketakutan. “Baiklah… Kita pindah.”Maka pagi itu, setelah sarapan bersama, Rana dan Zayyan mulai membereskan barang-barang mereka untuk pindaha

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 98. Teror Mengerikan

    Keesokan paginya, Rana dan Zayyan duduk di ruang tamu dengan secangkir kopi yang sudah mendingin. Mata mereka sembab karena kurang tidur. Petugas keamanan apartemen datang setelah Zayyan melapor, tapi seperti dugaan, Gavin sudah kabur sebelum bisa tertangkap. Tidak ada CCTV yang mengarah langsung ke balkon mereka, jadi tidak ada bukti konkret yang bisa diberikan ke polisi.“Aku nggak akan biarkan dia terus-terusan mengancammu.” Zayyan mengusap wajahnya dengan frustasi. “Aku akan urus ini. Kita harus keluar dari apartemen ini.”Rana menatap suaminya, hatinya berdebar. “Kita pindah?”Zayyan mengangguk. “Aku nggak bisa tidur dengan tenang kalau tahu bajingan itu ada di dekat kita.”Rana menghela napas panjang, lalu mengangguk setuju. “Baiklah. Aku juga nggak mau terus-terusan merasa takut.”Namun, sebelum mereka sempat membahas lebih lanjut, suara ketukan keras di pintu mengejutkan mereka. Zayyan segera bangkit dan berjalan ke arah pintu. Ia mengintip melalui lubang pintu dan wajahnya la

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 97. Ancaman Serius

    Rana masih duduk di meja makan, mencoba menenangkan perutnya yang masih sedikit mual. Ia tak menyadari bahwa seseorang tadi menguping dari luar.Beberapa saat kemudian, pintu apartemen terbuka, dan Zayyan masuk dengan kantong belanja di tangannya."Kamu baik-baik aja?" tanyanya begitu melihat wajah pucat Rana.Rana tersenyum lemah. "Barusan mual lagi, tapi sekarang udah mendingan."Zayyan langsung mendekat, menaruh belanjaannya sembarangan di atas meja, lalu berjongkok di depan Rana. Tangannya terulur, mengusap perut istrinya dengan penuh kasih. "Harusnya aku nggak ninggalin kamu sendirian tadi."Rana terkekeh. "Hei, aku baik-baik aja, kok. Jangan terlalu khawatir."Tapi Zayyan tetap menatapnya dengan serius. "Mulai sekarang, kalau ada apa-apa, langsung kasih tahu aku, ya?"Rana mengangguk dan menenangkan suaminya dengan kecupan di pipi. Mereka berdua tidak menyadari bahwa di unit apartemen seberang, seseorang sedang tersenyum miring sambil mengaduk kopi di hadapannya.***Beberapa Ha

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 96. Perkelahian di Taman

    Hari Minggu. Rana menikmati udara pagi yang segar sambil berjalan santai di taman dekat apartemen mereka. Sesekali ia memperhatikan Zayyan yang sedang joging, bergerak semakin jauh meninggalkannya. Sesekali juga, Zayyan menoleh ke belakang, memastikan sang istri baik-baik saja. Ia melambaikan tangan, yang dibalas lambaian tangan pula oleh Rana. Plus senyum manis terbaik. Rana terus berjalan santai, hatinya terasa hangat dan penuh. Dan tepat ketika ia hendak berbelok menuju jalur yang lebih teduh, suara yang sangat tidak ingin ia dengar tiba-tiba menyapa. "Pagi yang indah, kan?" Rana menegang seketika. Ia menoleh dan mendapati Gavin berjalan santai di sampingnya, senyuman licik tersungging di wajahnya. "Apa maumu, Gavin?" Rana mempercepat langkah, berharap bisa segera menyusul Zayyan. "Tidak ada. Aku hanya ingin ngobrol. Masa nggak boleh? Kita dulu pernah dekat, kan?" Gavin tetap mengikuti langkahnya, membuat Rana semakin gelisah. "Kita nggak pernah dekat," sahut Rana tajam. "T

  • Ceraikan Aku, Mas!   Bab 95. Rana Pingsan

    Satu bulan kemudian. Rana sedang menjelaskan materi di depan kelas ketika kepalanya tiba-tiba terasa berat. Pandangannya sedikit berkunang-kunang, dan tubuhnya terasa lemas. Ia berusaha tetap fokus, tetapi rasa pusing yang semakin menjadi membuatnya tidak bisa berkonsentrasi. "Baik, untuk pertemuan hari ini cukup sampai di sini dulu. Saya ingin kalian membuat ringkasan dari materi kita hari ini dan dikumpulkan minggu depan," ucapnya, mencoba menyembunyikan rasa tidak nyamannya. Mahasiswa tampak bingung karena kelas berakhir lebih cepat dari biasanya, tetapi mereka tidak banyak bertanya dan mulai merapikan barang mereka. Rana menghela napas, berharap rasa pusingnya berkurang setelah ia duduk sebentar di kursinya. Namun, baru saja ia melangkah keluar dari ruang kelas, tubuhnya tiba-tiba kehilangan keseimbangan. Dunia di sekelilingnya terasa berputar, dan dalam hitungan detik, semuanya menjadi gelap. "Bu Rana!" Beberapa mahasiswa yang masih berada di dekatnya langsung bergegas mena

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status