Home / Rumah Tangga / Ceraikan Aku, Tuan Anshel / Bab 18 - Di Antara Peringatan Dan Keputusan

Share

Bab 18 - Di Antara Peringatan Dan Keputusan

last update Last Updated: 2025-12-16 10:00:51
Sebuah pesan singkat dari nomor tak dikenal.

“Jangan ikut campur.”

Anshel menatap layar itu lebih lama dari seharusnya, rahangnya mengeras. Senyum sinis terbit di sudut bibirnya sebelum ia memasukkan ponsel ke saku jas bagian dalam.

“Apa dia berencana menghentikanku? Anhel tersenyum sinis. “Tidak akan.”

Mobil Anshel meluncur mulus dan berhenti di depan gedung kaca menjulang Noblecrest Bank—jantung dari tiga pilar bisnis utama kerajaannya. Pilar pertama, Noblecrest Bank, mengalirkan dana raksasa untuk pinjaman, investasi, dan perdagangan barang vital seperti energi, obat-obatan, serta bahan baku melalui pelabuhan global. Pilar kedua, Noblecrest Logistics, mengawasi pengiriman kontainer dan rantai pasok lintas benua. Pilar ketiga, Noblecrest Systems, menjaga semuanya tetap aman melalui cybersecurity dan analisis risiko tingkat tinggi.

Para staf membungkuk memberi hormat saat ia melangkah masuk. Owen mengikuti di belakangnya.

Rapat pun dimulai.

Di ruang meeting Noblecrest Ba
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ceraikan Aku, Tuan Anshel   Bab 23 - Undangan Pernikahan

    Fleur menahan napas di balik rak server, menunggu suara langkah itu menjauh. Setelah yakin area aman, ia keluar perlahan, namun baru beberapa langkah, sebuah tangan kuat mencengkeram lengannya dan membantingnya ke dinding. Dingin logam pistol menempel di pelipisnya.“Siapa kau?!”Suara itu dalam, tenang, terlalu tenang untuk orang yang panik.Jantung Fleur berdetak hebat karena terkejut, lalu ia mulai menenangkan diri. Fleur berusaha menunjukkan wajahnya.“Aku—”“Jangan bergerak. Ini area terbatas. Bagaimana kau bisa masuk?”Fleur bisa merasakan kesigapan militer dari caranya menahan posisi. Ia tidak gemetar maupun ragu, ia justru menegakkan dagunya. Ketika ia hendak berbalik, tapi pria itu mulai menarik pelatuk.“Dante, tahan!” seru Thom dari pintu.“Ini istri Tuan Anshel!”Serentak, ia menarik senjatanya. Dante mundur setengah langkah, memasukkan senjata ke sarungnya.“Oh…" Dante tampak kaget, dan sedikit canggung.“Maaf, Nyonya. Saya belum mengenali wajah Anda.”“Tentu," jawab Fleu

  • Ceraikan Aku, Tuan Anshel   Bab 22 - Akses Ilegal

    Wajah Anshel mendekat ke wajah Fleur, ia tersenyum tipis. "Fleur, sudah malam. Tidurlah." Perlahan Fleur membuka matanya—dan baru menyadari apa yang baru saja terjadi. Ya Tuhan… kenapa aku menutup mata? batinnya. Panik kecil menyambar kepalanya. Ia buru-buru mengedip, rona merah menjalar ke pipinya. Wajahnya tertunduk, bahunya merosot, jemarinya mencengkeram kapas di tangannya dengan gelisah. Ia memutar tubuh kembali menghadap cermin. Napasnya terhembus pendek, berusaha menenangkan diri sambil menyapu sisa riasan di wajahnya. Namun detak jantungnya masih terlalu cepat, seolah menolak kembali normal. Apa Anshel mengira aku menginginkannya? Rasa malu itu membuatnya ingin lenyap ditelan lantai marmer kamar. Di belakangnya, Anshel meraih sebuah buku dari rak. Gerakannya tenang, seolah tidak terjadi apa-apa, meski telinganya terasa hangat oleh perasaan yang ia sendiri enggan mengakui. "Kalau kau sudah siap," ucapnya sambil membuka halaman, "besok… aku akan membawamu ke ka

  • Ceraikan Aku, Tuan Anshel   Bab 21 - Hanya Aku Yang Boleh

    “Fleur, sedikit saja,” kata Philipe. “Aku sudah lama tidak minum Wine, jangan melarangku!” katanya kesal. Anshel hanya tersenyum kecil, ia teringat saat Fleur minum wine dan menciumnya dengan paksa. Namun ia berusaha untuk tetap terlihat lebih tenang, menunduk sebentar sebelum menyesap makanannya. Tak ada yang menebak bahwa pikirannya sedang diselimuti ingatan yang menggelora.Makan malam berlangsung dengan tenang namun terasa canggung. Fleur duduk di antara Philippe dan Smith, ikut terlibat dalam percakapan ringan yang dengan sengaja dijauhkan dari urusan bisnis. Sesekali tawa kecil terdengar, tampak wajar di permukaan—namun terasa dipaksakan.Di ujung meja, Anshel memilih diam. Punggungnya tegak, gerakannya minim, seolah ia sendiri yang menciptakan batas tak kasatmata di sekelilingnya. Ia tidak menatap Fleur terlalu lama. Tidak pula memperhatikan Smith secara terang-terangan. Namun setiap kali Smith tertawa d

  • Ceraikan Aku, Tuan Anshel   Bab 20 – Agenda Yang Tersembunyi

    “Anshel, tolong lepaskan aku, akan kupikirkan semua keinginanmu, tapi beri aku waktu,” suara Fleur memohon. Anshel tersenyum miring. Lalu ia menghentikan tangannya saat akan membuka kancing baju tidurnya Fleur yang ketiga. “Baiklah, cukup untuk pemanasan malam ini,” gumamnya, Anshel kemudian bangkit dari kasur. Matanya menatapnya sekilas, ia senyum tipis tapi dingin seperti biasa, lalu ia meninggalkan Fleur di kamar menuju kamar mandi. Fleur menghela napas lega. Ia mengancingkan kembali baju tidurnya dan segera bersiap untuk tidur, sambil heran sendiri. Kenapa setelah Ratu Calinda memanggil kami ke istana, Anshel menginap di rumah terus? bahkan ia memaksa satu kamar denganku. Apakah benar dia tidak meniduri gadis itu dan tidak ada hubungan apapun? mungkinkah pada akhirnya, aku harus memberinya keturunan karena desakan neneknya dan demi nama baiknya? pikirn

  • Ceraikan Aku, Tuan Anshel   Bab 19 - Malam yang Salah Paham

    Fleur,” suara Anshel terdengar lebih rendah dari biasanya, “haruskah aku mengatakan semuanya?” Fleur berdiri. Gerakannya tegas, seolah ia butuh jarak agar bisa bernapas. “Lantas—apa harus—kau menyembunyikan semuanya dariku?” Suasa malam itu menjadi hening sesaat. Udara di ruangan itu terasa menekan. Fleur menatap Anshel tanpa berkedip, menunggu jawaban yang tak kunjung datang. Anshel mendengus pelan, rahangnya mengeras. “Fleur,” katanya kemudian, menyipitkan mata, “kenapa kau pura-pura datang bulan malam itu?” Nada suaranya terdengar seperti godaan—terlalu santai untuk topik yang terlalu pribadi. Bagaimana dia tahu aku berbohong?” pikir Fleur, matanya membesar. Hatinya berdebar, merasa seperti tertangkap basah, meski ia berharap semuanya tetap tersembunyi. Dahi Fleur berkerut. “Kau selalu mengalihkan pembicaraan.” A

  • Ceraikan Aku, Tuan Anshel   Bab 18 - Di Antara Peringatan Dan Keputusan

    Sebuah pesan singkat dari nomor tak dikenal. “Jangan ikut campur.” Anshel menatap layar itu lebih lama dari seharusnya, rahangnya mengeras. Senyum sinis terbit di sudut bibirnya sebelum ia memasukkan ponsel ke saku jas bagian dalam. “Apa dia berencana menghentikanku? Anhel tersenyum sinis. “Tidak akan.” Mobil Anshel meluncur mulus dan berhenti di depan gedung kaca menjulang Noblecrest Bank—jantung dari tiga pilar bisnis utama kerajaannya. Pilar pertama, Noblecrest Bank, mengalirkan dana raksasa untuk pinjaman, investasi, dan perdagangan barang vital seperti energi, obat-obatan, serta bahan baku melalui pelabuhan global. Pilar kedua, Noblecrest Logistics, mengawasi pengiriman kontainer dan rantai pasok lintas benua. Pilar ketiga, Noblecrest Systems, menjaga semuanya tetap aman melalui cybersecurity dan analisis risiko tingkat tinggi. Para staf membungkuk memberi hormat saat ia melangkah masuk. Owen mengikuti di belakangnya. Rapat pun dimulai. Di ruang meeting Noblecrest Ba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status