Share

Bertemu

Keesokan paginya saat Ayu sampai di halaman sekolah dia tersenyum riang melihat sosok Tiwi yang berjalan ke arahnya. Mereka berdua menuju ke kelas bersama sambil membicarakan tugas mereka hari itu. Saat keduanya mulai berjalan di lorong kelas, Ayu merasa ada yang memperhatikan mereka, namun ketika dia menoleh dia tidak menemukan siapa pun di sekitar mereka. Entah apa yang akan terjadi di hari ini, tapi Ayu merasa ada hal yang tidak terlalu baik akan terjadi. 

Tiwi yang merasa risih melihat sikap Ayu kemudian bertanya, “Kamu kenapa sih?”.

Ayu yang dari tadi sibuk melihat sekeliling kemudian menjawab,”Kamu merasa ada yang ngelihatin kita nggak sih? Aku dari tadi kok ngerasa ada yang lihatin kita wi.”

“Nggak tuh, perasaan kamu aja paling. Apa bener ya soal rumor kalau di sekolah kita ini ada satu tempat yang angker gitu.” kata Tiwi.

“Hus, gila apa?! Masih pagi wi, jangan aneh – aneh.” timpal Ayu.

“Padahal situ yang aneh, eh nanti jadi? Santi bilang apa?” tanya Tiwi.

“Jadi ngapain? Aku nggak ngobrol sama Santi sama sekali kemarin setelah balik.” kata Ayu.

“Itu, kan katanya kamu besok diajak ketemu sama Herma.” jawab Tiwi.

“Hus, jangan keras – keras. Nggak jadi, nggak tau, nggak mau. Ah udahlah jangan bahas itu.” jawab Ayu sambil berlari meninggalkan Tiwi.

“Yu, gimana sih? Eh tungguin.” kata Tiwi sambil mengejar Ayu.

Tidak lama setelah itu kelas dimulai. Kelas B cukup tenang hari ini, karena hari ini mereka harus berhadapan dengan pelajaran ilmu alam, mulai dari matematika di jam pertama dan kedua, lalu kimia, fisika, dan di penghujung akan ada jadwal konsultasi dengan wali kelas.

Ketika bel istirahat berbunyi, semua anak segera berlari menuju kantin. Kelas B letaknya tidak terlalu jauh dengan kantin, namun jika mereka datang di waktu akhir saat ke kantin mereka akan bertemu dengan banyak kakak kelas. Lebih baik pergi ke kantin lebih awal, atau tidak sama sekali.

“Ke kantin yuk!” ajak Kiki.

“Males ah, aku disini aja.” kata Ayu.

“Setakut itu ya ke kantin?” ledek Tiwi.

“Gila apa?! Nggak lah, lagi males aja.” bela Ayu.

“Ah, ini soal yang kemarin itu? Udahlah yu, anggep aja Santi bercanda. Lagian lho dari pagi aku tadi juga nggak lihat Santi.” kata Kiki.

“Lah, tumben. Biasanya kan Santi datangnya telat, pasti lewat sini.” kata Tiwi.

“Beneran nggak kelihatan kok. Udah, ayo ke kantin. Lapar nih.” kata Kiki sambil menarik – narik tangan Tiwi dan Ayu.

Ayu yang enggan ke kantin akhirnya menurut juga. Mereka bertiga berjalan menuju ke luar kelas dan bertemu dengan Rudi. Rudi adalah teman sekelas Santi yang tinggalnya di dekat rumah Tiwi. Rudi sekilas melihat mereka, kemudian tersenyum kepada Ayu. Ayu hanya diam melihat itu.

Tiwi tiba – tiba bertanya kepada Rudi, “Santi mana? Biasanya pasti ke kantin.”

“Tadi telat, datang jam 9. Lagi ke kantor guru, ketemu wali kelas.” jawab Rudi sambil berlalu meninggalkan mereka bertiga. Ayu, Tiwi, dan Kiki geleng – geleng kepala mendengar jawaban Rudi. Santi memang tidak peduli dengan sekolahnya, tapi mereka tidak menyangka dia bisa datang ke sekolah jam 9. Sambil berjalan menuju kantin, Ayu terlihat sangat gelisah, dia lebih sering melihat sekitar kalau – kalau tiba – tiba Herma muncul di sana. Meskipun sebenarnya Ayu tidak tahu Herma yang mana, tapi dia bisa melihat nama di seragam anak yang lewat. Saat sibuk melihat orang – orang di sekeliling, Tiwi dan Kiki segera menarik tangan Ayu masuk ke kantin nomor 3. Kantin itu adalah kantin paling aman bagi anak baru, karena semua kakak kelas pasti datang ke kantin 1 dan 2, sedangkan kantin 3 dan 4 untuk anak baru. Ayu tidak banyak memilih makanan karena dia tidak berselera, setelah menitipkan makanannya kepada Tiwi dia memutukan untuk menunggu di luar kantin karena anak yang lain mulai banyak yang datang dan menjadi semakin sesak.

Ada satu bangku di luar kantin itu, Ayu duduk di sana sambil menunduk melihat tali sepatunya yang lepas kemudian dengan malas dia membenarkannya. Saat hendak mengikat tali sepatunya segerombol anak lain datang dan duduk di bangku itu. Ayu yang tidak suka berdekatan dengan orang yang tidak dia kenal segera berpindah menjauh dari bangku itu. Sudut halaman kantin itu cukup sepi, dia berjalan kesana untuk mengikat tali sepatunya. Saat dia mengikat tali sepatunya, dia melihat ada orang yang mendekat. Tapi dia tidak peduli dan ketika bangkit, seorang laki – laki berdiri tepat di depannya. Ayu melihat nama yang tertulis di seragamnya “Herma Firmansyah”.

“Sial.” batin Ayu, yang kaget melihat nama itu. Dia hanya membeku dan tidak berani melihat laki – laki itu.

Perlahan, laki – laki itu menurukan wajahnya agar sejajar dengan wajah Ayu. Saat kedua mata mereka bertemu Ayu terlihat ketakutan. Namun, Herma dengan tenang menatapnya dan berkata, “Hati – hati.”. Dia kemudian meninggalkan Ayu.

Tidak lama setelah itu, Tiwi dan Kiki menghampirinya. Mereka mengajak Ayu untuk segera kembali ke kelas agar bisa makan makanan yang mereka beli. Ayu yang masih terkejut saat itu, tidak mengucapkan sepatah kata pun dan hanya berjalan mengikuti Tiwi dan Kiki.

Putri

Halo semuanya, kalian ingat nggak waktu pertama kali orang yang bakal kalian sayang dalam waktu lama? Semoga pertemuan pertama kalian juga tidak terlupakan. W.L Ayu

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status