Share

Santi

Hari - hari sekolah terlewati seperti biasanya, Ayu juga mulai memiliki banyak kenalan. Salah satu teman yang dikenal sejak lama dan menjadi semakin dekat dengan Ayu adalah Santi. Gadis cantik ini sudah terkenal mudah bosan dengan pacarnya dan semua hubungannya tidak pernah berlangsung lama. Setiap kelas pasti ada yang menjadi mantan pacarnya. Santi menjadi dekat dengan Ayu karena kelas mereka bersebelahan. Ayu di kelas B dan Santi di kelas C, mereka sering bercengkrama saat tidak ada guru yang mengajar, dan juga kadang pergi ke kantin bersama jika Tiwi dan Kiki sedang tidak mau ke kantin. Santi adalah kunci  semuanya berawal, dia secara tidak langsung menjadi jalan dimana Ayu bertemu dengan seseorang yang akan merubah hidupnya dan tentu saja orang itu tidak sulit dilupakan. Ayu yang saat ini tidak tahu bahwa dia akan mengakhiri usia belasannya dengan penuh  lika - liku. Dia masih belum tahu, bahwa Santi adalah pedang yang menyeamatkannya dari musuh, tapi juga menggoresnya perlahan. 

Suatu waktu ada seorang anak permpuan yang menghampiri Ayu dan Santi saat mereka bercengkrama, dia adalah Ratih. Ratih adalah teman lama Ayu sebelum dia pindah ke sekolah lamanya. Dia tidak cukup dekat dengan Ayu tapi hubungan mereka baik. 

"San, kamu kenal laki - laki ini?" tanya Ratih begitu menghampiri Ayu dan Santi.

"Oh iya, aku kenal. Dia dulu teman mantanku. Kenapa?" jawab Santi sambil melihat foto yang disodorkan Ratih.

"Aku kemarin dihubungi olehnya, dia mengajakku keluar malam ini. Aku sempat bertanya dengan Herma tapi dia tidak tau." katanya. 

"Herma? Kamu keluar dengannya?" tanya Santi kaget.

"Aku tidak keluar dengannya, tapi aku sering bertemu dengannya karena rumah kami dekat. Selain itu juga aku bertemu dengannya saat pergi dengan pacarku. Dia nongkrong di tempat yang sama dengan pacarku." jelas Ratih. 

"Bagaimana Herma? Bukankah dia juga tampan?" tanya Santi.

"Biasa aja sih menurutku. Udah ya pergi dulu." kata Ratih tiba - tiba. 

"Siapa Herma?" tanya Ayu. 

"Herma? Kamu tidak tahu Herma? Kemana aja?" ledek Santi.

"Sepenting apa dia sampai aku harus tau." kata Ayu tidak bersemangat.

"Dia anak kelas H. Kamu pasti tau, biasanya ada segerombol anak laki - laki yang lewat depan kelas kita waktu jam istirahat. Mereka biasanya bertujuh atau berdelapan aku lupa. Nah, diantara laki - laki itu ada seorang anak yang berhidung mancung dan putih. Dia adalah Herman. Ada yang bilang bahwa kakeknya adalah orang Belanda, jadi dia ada keturunan Belanda, makanya dia sangat tampan. Aku bahkan berharap bisa berpacaran dengannya, tapi malah temannya yang suka denganku." jelas Santi.

"Oh itu, kayaknya tau tapi lupa. Bukannya kamu punya pacar ya? Kok bisa tau temannya suka sama kamu?" timpal Ayu.

"Temannya pernah menemuiku langsung dan kami sempat keluar bersama. Tapi akhirnya aku berteman dengannya karena wajahnya tidak terlalu tampan." kata Santi.

"Dasar." kata Ayu.

"Eh, kamu nggak ada gitu deket sama siapa?" tanya Santi.

"Nggak ada. Males aja, lagian aku juga nggak suka keluar. Jadinya pasti susah kalau punya pacar terus diajak main atau pergi - pergi gitu. Ketimbang ribet lebih baik nggak usah." jelas Ayu.

"Tapi nggak susah lho buat kamu dapat cowok. Kamu lho tinggi, kulitmu juga nggak gelap, terus kamu juga nggak gemuk, dan satu lagi, nilaimu bagus. Coba kalau aku gini, mana badan gemuk, nilai nggak bagus - bagus amat, pendek pula." kata Santi.

"Tapi mantanmu banyak, lha aku. Satu aja nggak ada." jawab Ayu.

Belum juga selesai percakapan mereka, tiba - tiba ada guru yang datang ke kelas Santi, Ayu dan Santi segera berlari kembali ke kelas mereka masing - masing. 

Hari itu, saat kelas akan berakhir tiba - tiba Santi menyerahkan sepotong kertas kepada teman Ayu lewat jendela samping kelas. Potongan kertas itu berisi tulisan, "Besok pergi ke kantin denganku ya. Herma ingin bertemu denganmu. Jangan bilang siapa - siapa." Aku seketika tertegun membaca itu. Tiwi dan Kiki yang duduk di belakang Ayu menyadari ada yang aneh.

"Ada apa?" tanya Tiwi sambil berbisik.

"Sepulang sekolah jangan pulang dulu, aku kasih tau." jawab Ayu.

Setelah kelas hari itu berakhir, mereka bertiga berkumpul di meja Ayu. Kemudian Ayu menunjukkan potongan kertas yang diberikan Santi itu. 

"Yu, ini nggak baik. Asli, gimana kalau kamu diapa - apain sama Herma." kata Tiwi.

"Nggak mungkin lah Wi, lagian ini kan di sekolah. Terus juga nggak mungkin ini bener, Santi bisa aja bercanda. Aku juga nggak kenal sama Herma sama sekali."timpal Ayu.

"Besok nggak usah masuk aja Yu." saran Tiwi.

"Gila apa? Masa nggak masuk sekolah cuma gara - gara dia. Udahlah ini itu nggak bener, cuma akal - akalannya Santi aja. Pulang yuk!" ajak Ayu.

"Aku nggak tanggung ya, kalau ada apa - apa." kata Tiwi.

"Iya." jawab Ayu.

Ayu pulang dengan pikiran hampa dan khawatir. Bagaimana bisa tiba - tiba Santi menulis pesan seperti itu, terlebih lagi dia tidak kenal sama sekali dengan Herma. Kenapa Herma ingin bertemu denganku padahal aku sama sekali tidak pernah bertemu dengannya. 

Putri

Do you have someone who make you meet with another friends like Santi? What do you think about that, this is will be really helpfull or make you stressfull? Let me know in the comment section.

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status