Panasnya terik matahari telah terasa pagi ini saat aku berangkat ke sekolah. Aku bersepeda bersama dengan teman yang tidak kukenal dengan baik tapi satu kelas denganku. Dia mengajakku berangkat bersama karena kami akan ada ujian masuk ke sekolah lanjut hari ini. Sekolah yang ingin aku masuki tidak terlalu jauh dari rumahku, hanya butuh 15 menit bersepeda dari rumah ke sekolah. Aku tidak berharap banyak, tapi jika aku diterima di sekolah ini maka akan lebih baik. Kakak perempuanku dulu juga bersekolah di sini, dan orang tuaku menuntunku untuk masuk ke sekolah ini karena mereka tahu sekolah ini bagus dan tidak pernah ada masalah serius yang menghampiri para siswa disana. Begitulah hariku dimulai hari ini.
Begitulah isi dari halaman pertama buku diari Ayu. Dia masih belum tahu, apa yang akan menghampirinya nanti. Satu bulan berselang sejak ujian masuk, tepatnya di awal bulan Juli yang panas Ayu mengayuh sepedanya dengan bersemangat. Kemarin dia mendapat kabar bahawa siswa yang lolos nama - namanya akan diumumkan di papan pengumuman sekolah dan para pendaftar harus kesana jika ingin tahu apakah dia lolos atau tidak. Pada pukul 11.00 Ayu berangkat dari rumahnya menuju ke sekolah lewat jalan belakang rumahnya. Ketika sampai di halaman sekolah, sudah banyak sekali orang berkumpul di sana. Dia tidak peduli dan segera masuk ke area sekolah untuk melihat pengumuman. Dua lembar kertas telah dia lewati, diantara ratusan baris nama itu belum juga nampak nama Ayu. Setelah selesai membaca nama - nama pada baris atas, Ayu segera menemukannya namanya di baris bawah. Senyum riang muncul dari bibirnya, dia melangkah dengan riang dan segera pulang.
Dua minggu kemudian, sekolah dimulai dan para siswa baru masih harus memakai seragam lama karena seragam di sekolah baru Ayu waktu itu pengerjaannya terlambat. Sebelum dia masuk ke sekolah ini ada beberapa anak laki - laki yang menjadi teman masa kecil Ayu, sayangnya mereka bersekolah di beberapa tempat yang berbeda. Hal terbaik yang Ayu harapkan adalah dia tidak di satu kelas yang sama denga teman masa kecilnya. Saat Ayu masuk ke kelas B sesuai pembagian kelas, seorang anak laki - laki tersenyum dari kejauhan.
"Sial." batin Ayu.
Anak itu melambaikan tangan dan menyapanya, " Hei."
Ayu sangat kesal karena dia harus satu kelas dengan Nandar, satu dari lima sahabat laki - lakinya.
"Aku tahu kita akan satu kelas." lanjut Nandar.
"Huft, aku bahkan sudah lelah di hari pertama masuk. Sana pergi dengan teman barumu." jawab Ayu.
Mereka berdua kemudian berpisah. Hari pertama masuk dikhususkan agar para siswa saling mengenal satu sama lain jadi tidak ada pelajaran hari itu. Setelah berkenalan, ada dua anak perempuan lain yang berkenalan dengan Ayu, mereka adalah Tiwi dan Kiki. Kedua anak itu tingginya hampir sama dengan Ayu, dan mereka adalah teman yang sempurna karena mereka berdua sama dengan Ayu yang tidak terlalu peduli dengan penampilan. Kebanyakan dari teman sekelas Ayu suka sekali berdandan dan tentu saja mereka sedang mempersiapkan diri untuk menggoda kakak kelas. Sedangkan Ayu, Tiwi dan Kiki yang tidak peduli dengan hal itu akan pergi menemui teman Tiwi di kelas lain. Saat pergi ke luar kelas Ayu tidak melihat ada orang di lorong dan dia bertabrakan dengan seorang laki - laki.
"Maaf." kata Ayu sambil menunduk.
Laki - laki itu tersenyum kemudian dia pergi bersama teman - temannya. Tiwi sangat terkejut melihatnya, " Ayo pergi." katanya sambil menarik tangan Ayu dan Kiki.
"Ada apa?" tanya Ayu.
"Aku ceritakan saat kita sudah jauh dari mereka." timpal Tiwi.
Setelah beberapa waktu akhirnya Tiwi menemukan tempat yang tenang. "Kita kesana saja." kata Tiwi sambil menunjuk bangku yang ada di belakang kelas.
Ayu dan Tiwi hanya menurut meski mereka juga tidak tahu kenapa tiba - tiba Tiwi seperti itu.
"Ayu, habis kamu." hardik Tiwi tiba - tiba.
"Hah? Kenapa?" jawab Ayu kebingungan.
"Laki - laki yang menabrakmu tadi adalah salah satu anak yang berpengaruh disini. Ayahnya adalah kepala sekolah di sekolah tetangga. Apapun yang dia lakukan dia tidak pernah mendapat hukuman, singkatnya tidak ada yang berani dengannya. Dia ada di kelas H, dan semua anak di kelas H pasti takut dengannya." jelas Tiwi.
"Kamu benar anak baru sama seperti kami?" tanya Ayu.
"Iyalah. Gila apa." jawab Tiwi ketus.
"Bagaimana bisa kamu punya informasi sebanyak itu di hari pertamamu sekolah?" timpal Kiki.
"Dia tetanggamu?" tanya Ayu.
"Nggak lah, aku nggak sudi punya tetangga seperti dia. Ada orang yang ku kenal, dia juga bersekolah disini. Kelasnya di samping kelas laki - laki tadi jadi dia memberiku banyak informasi. Jika bisa tidak berhubungan dengannya, lebih baik tidak." kata Tiwi.
"Dia tadi hanya bertabrakan, itu tidak sengaja." kata Kiki.
"Benar, aku pun juga tidak mengenal satu pun diantara mereka tadi." kata Ayu.
"Tapi dia tersenyum padamu. Semoga dia tidak mencari tau tentangmu." kata Tiwi.
Ayu dan Kiki merasa Tiwi sangat aneh.
Halaman kedua buku diari Ayu dimulai dengan, "Tiwi dan Kiki". Kami bertiga pergi keluar kelas bersama karena tidak sengaja dan tidak membentuk persahabat ini dengan paksa. Kami hanya punya keinginan sama kemudian begitulah kami bertiga akhirnya bersama. Tiwi adalah informan di antara kami. Singkatnya, dia tau segala hal yang tidak kami tahu, setiap pagi dia selalu membawa kabar untuk kami tentang kejadian terkini. Dia juga bisa mencarikan informasi tentang orang lain, mulai sisi baik sampai sisi buruknya. Kiki adalah pecinta K - Pop, dia tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Dia satu - satunya orang yang bisa memberikan penilaian tanpa memihak siapa pun, sederhananya dia adalah penengah. Meskipun kami bertiga berbeda, aku melihat hari - hari di sekolahku akan sangat berwarna. Ada satu lagi yang terjadi hari ini, entah ini pantas atau tidak aku tulis tapi aku belum bisa melupakannya. Laki - laki yang tidak sengaja aku tabrak tadi, siapakah dia? Apakah benar lebih baik tidak mengenalnya? Aku merasa dia bukan orang jahat, tatapan matanya tidak menunjukkan dia orang jahat. Aku rasa lebih baik aku tidak mengenalnya lebih jauh, rumor tentangnya sudah sangat buruk.
Jika hari - hari awalnya di sekolah sudah semenegangkan ini. bagaimana dia akan menghabiskan tiga tahun. Laki - laki yang tidak dia kenal tiba - tiba menghampirinya, lebih tepatnya tidak sengaja bertemu. Dua teman karibnya yang menyempurnakan hari Ayu paling tidak bisa menjadi jaminan pasti ada hal baik yang bisa dia rasakan ketika bersama mereka berdua. Belum lagi banyaknya tugas yang akan dia hadapi. Selain itu, belum ada jaminan Ayu hanya akan berurusan dengan laki - laki itu, bagaimana jika ada laki - laki lain yang muncul di hari - hari sekolahnya.
Hola everyone, this is Putri. This story is about what Ayu thinks about love and what will happen to her when she falls in love with her first love. Please let me know, what you feel when you fall in love for the first time. Did you still remember that?
Hari - hari sekolah terlewati seperti biasanya, Ayu juga mulai memiliki banyak kenalan. Salah satu teman yang dikenal sejak lama dan menjadi semakin dekat dengan Ayu adalah Santi. Gadis cantik ini sudah terkenal mudah bosan dengan pacarnya dan semua hubungannya tidak pernah berlangsung lama. Setiap kelas pasti ada yang menjadi mantan pacarnya. Santi menjadi dekat dengan Ayu karena kelas mereka bersebelahan. Ayu di kelas B dan Santi di kelas C, mereka sering bercengkrama saat tidak ada guru yang mengajar, dan juga kadang pergi ke kantin bersama jika Tiwi dan Kiki sedang tidak mau ke kantin. Santi adalah kunci semuanya berawal, dia secara tidak langsung menjadi jalan dimana Ayu bertemu dengan seseorang yang akan merubah hidupnya dan tentu saja orang itu tidak sulit dilupakan. Ayu yang saat ini tidak tahu bahwa dia akan mengakhiri usia belasannya dengan penuh lika - liku. Dia masih belum tahu, bahwa Santi adalah pedang yang menyeamatkannya dari musuh, tapi juga menggoresnya perlahan.
Keesokan paginya saat Ayu sampai di halaman sekolah dia tersenyum riang melihat sosok Tiwi yang berjalan ke arahnya. Mereka berdua menuju ke kelas bersama sambil membicarakan tugas mereka hari itu. Saat keduanya mulai berjalan di lorong kelas, Ayu merasa ada yang memperhatikan mereka, namun ketika dia menoleh dia tidak menemukan siapa pun di sekitar mereka. Entah apa yang akan terjadi di hari ini, tapi Ayu merasa ada hal yang tidak terlalu baik akan terjadi. Tiwi yang merasa risih melihat sikap Ayu kemudian bertanya, “Kamu kenapa sih?”. Ayu yang dari tadi sibuk melihat sekeliling kemudian menjawab,”Kamu merasa ada yang ngelihatin kita nggak sih? Aku dari tadi kok ngerasa ada yang lihatin kita wi.” “Nggak tuh, perasaan kamu aja paling. Apa bener ya soal rumor kalau di sekolah kita ini ada satu tempat yang angker gitu.” kata Tiwi. “Hus, gila apa?! Masih pagi wi, jangan aneh – aneh.” timpal Ayu. “Padahal situ yang aneh, eh nanti jadi? Santi bilang apa?” tanya Tiwi. “Jadi ngapain? A
Sesampainya di kelas, Tiwi dan Kiki segera makan dengan lahap. Entah mereka memang tidak sarapan atau mereka kelaparan karena pelajaran hari ini menguras tenaga. “Ayo makan!” ajak Tiwi. Tapi Ayu hanya mengangguk saja tanpa menjawab. Tiwi dan Kiki segera bertukar pandangan, mereka tidak tahu apa yang terjadi dengan Ayu sampai dia tertegun seperti itu. Tiwi dan Kiki kemudian melanjutkan makannya saat Santi tiba – tiba muncul dan memanggil Ayu. Anehnya, Ayu tidak peduli dengan panggilan Santi, sehingga Tiwi menghampiri Santi dan memintanya datang lagi nanti saat jam istirahat kedua atau saat pulang. “Dia baru saja bertemu Herma, aku baru diberi tahu teman Herma. Mungkin itu alasannya dia seperti orang bingung. Aku pergi, oh iya aku tidak akan menemui Ayu beberapa hari ke depan.” kata Santi sambil berlari meninggalkan Tiwi. Kiki yang penasaran dengan pembicaran mereka segera menghampiri Tiwi dan bertanya, “Ada apa?” “Aku rasa kita dapat masalah.” kata Tiwi. “Masalah apa? Kenapa Santi la
Beberapa hari berlalu setelah kejadian hari itu, saat Ayu bertemu dengan Herma. Kehidupan sekolah Ayu mulai membaik, dia tidak lagi banyak diam dan takut bertemu dengan Herma. Lebih tepatnya, Ayu sudah mulai melupakan kejadian pada hari itu dan hanya menganggapnya sebagai kebetulan. Dia menjadi lebih ceria kembali dan semakin banyak menghabiskan waktu dengan Tiwi dan Kiki. Dua bulan lagi mereka akan ada ujian tengah semester sehingga tugas yang diberikan oleh para guru menjadi semakin banyak. Pada saat itu juga, Ayu mulai masuk ke ekskul basket dan voli. Dia menjadi lebih sering merangkum catatan dari guru karena minggu depan dia akan sering meminta dispensasi kepada guru untuk berlatih voli sebagai persiapan pertandingan antar sekolah. Ayu juga sudah kembali berbincang dengan Santi, mereka tidak membicarakan kejadian waktu itu sama sekali. Sepertinya Santi tahu jika Ayu tidak ingin membahas kejadian itu, sehingga mereka berbincang seperti biasa dan membahas hal - hal lain. Hari itu, k
Pertemuan terakhir Ayu dengan Herma membuatnya semakin tertarik dengan Herma. Ayu mulai merasa bahwa Herma sangatlah berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh teman - temannya. Setelah pertemuan itu, Herma sering menemui Ayu diam - diam atau menghubunginya. Ayu tidak menceritakan hal ini kepada dua temannya, Kiki dan Tiwi. Ayu merasa bahwa mereka berdua bisa saja tidak memihaknya dan membuatnya semakin membenci Herma padahal Herma tidaklah seburuk itu. Begitu juga dengan Santi, tidak pernah sekalipun Ayu membahas hal ini di hadapan Santi. Seiring berjalannya waktu Herma mulai banyak menceritakan apa yang selama ini terjadi padanya sehingga banyak sekali anggapan buruk tentangnya. Sebenarnya tidak semua rumor yang ada salah, ada beberapa rumor yang memang benar adanya tapi tidak semuanya benar. Hari itu saat ada jam kosong Ayu sedang pergi ke toilet bersama dengan temannya. Ketika hendak kembali ke kelas, Ayu melihat dari kejauhan ada sosok yang dia kenal. Dia adalah Herma yang berjalan
Pada hari senin semua anak di sekolah mendapat informasi tentang pelaksanaan ujian tengah semester yang akan dilaksanakan bersama dengan kakak kelas. Berita buruk tentunya bagi teman – teman sekelas Ayu karena mereka harus duduk bersebelahan dengan kakak kelas dan membuat mereka tidak leluasa jika ingin saling mencontek. Lebih buruknya, kelas Ayu dikenal sebagai satu – satunya kelas yang tidak peduli dengan hubungan junior dan senior. Mereka tidak banyak mengenal kakak kelas mereka dan tidak peduli dengan mereka. Jika mereka berpapasan dengan kakak kelas pun mereka tidak akan menyapa jika memang tidak mengenalnya. “Hei, habis sudah kita akan satu kelas dengan anak kelas D dari kelas XI.” teriak Tiwi saat masuk ke kelas. “Apakah aku kenal mereka?” tanya Ayu polos. “Tidak sama sekali.” jawab Kiki singkat. Semua anak di kelas mendengus dengan kesal. Mereka tidak tahu harus merespon apa karena peraturan konyol ini. Belajar untuk ujian saja sudah sulit, kenapa mereka juga harus ujian de
Pada hari senin, semua murid masuk ke kelas mereka sesuai pembagian yang telah diberikan pada hari sabtu. Ayu, Tiwi, dan Kiki seperti biasa memasuki kelas itu bersama – sama sambil tentunya membaca suasana di sana. Sepertinya mereka bukan kakak kelas yang jahat, dan sepertinya mereka cukup asik. Dua minggu ini, mereka akan baik – baik saja, kurang lebih begitulah arti senyuman mereka bertiga ketika masuk kelas dan melihat suasananya. Tentunya kakak kelas mereka cukup banyak yang tampan dan menawan, namun seperti biasanya mereka pasti sudah memiliki pacar dan tentunya pacar mereka ada di kelas itu juga. Meski hanya terpaut satu tahun, tapi begitulah pahitnya dunia ini. Ayu tidak pernah bekeskpektasi apa – apa untuk ini, dia masih sibuk karena mulai mengagumi Herma yang menurutnya Herma bukanlah orang jahat ataupun brengsek. Dia hanya tidak menemukan orang yang memahaminya sehingga banyak yang merasa bahwa Herma adalah orang jahat. Atau ini masih dari bagian jatuh cinta yang akhirnya me
Ab adalah kakak kelas yang harus ujian bersama – sama dengan Ayu di kelas yang sama. Ab sebenarnya duduk agak jauh dari Ayu, namun karena Ab biasanya membantu Dany teman Ayu untuk bertanya beberapa jawaban saat ujian, Ayu dan Ab menjadi dekat. Selain itu, juga terkadang teman Ab yang duduk di dekat Ab meminta tolong untuk bertanya kepada Ab karena Mereka berdua tidak sepenuhnya yang benar – benar dekat, hanya saja paling tidak mereka bisa berbincang tanpa canggung dan Ab selalu memiliki topik yang menarik untuk dibawa ketika bertemu dengan Ayu. Ab jauh dari kata misterius seperti Herma. Dia tidak setampan Herma dan sesempurna dia, namun Ab selalu punya cerita yang menyenangkan untuk didengar, dan itu yang Ayu suka. Herma memang bisa selalu melindungi Ayu kapan pun, tapi Herma tidak selalu bersama Ayu. Meski begitu, Ab bukanlah orang yang akan menggantikan Herma atau dia akan merebut Ayu karena kenyataanya Ayu masih begitu tergila – gila dengan Herma. Meski demikian, beberapa hari in