Share

18. Surat panggilan sidang

Part 18

"Reina, apa-apaan ini?!" teriak Mas Hendi. Ia mendekat ke arahku sambil menyodorkan lembaran kertas putih itu.

Aku membacanya sekilas, ternyata surat panggilan cerai dari pengadilan. Seulas senyum merekah dari bibirku. Ternyata cukup cepat juga prosesnya.

"Oh ternyata sudah datang, lebih cepat dari yang kuduga," jawabku enteng.

"Kamu beneran menggugatku cerai, Reina?! Apa salahku?" ketusnya. Wajahnya merah padam, dadanya naik turun menahan emosi. Entahlah, akhir-akhir ini Mas Hendi sering sekali emosi padaku.

"Kamu sudah tau sendiri apa jawabannya."

Mas Hendi mengepalkan tangannya bersiap memukulku, mungkin.

"Apa kau akan memukulku? Kasus KDRT akan tambah memberatkanmu, Mas. Kamupun bisa dipenjara kalau melakukan kekerasan pada istrimu sendiri."

Ia urung melakukannya, hanya menatapku tajam.

"Jangan lupa, nanti datang di persidangan," ujarku santai.

"Tidak akan."

"Tidak apa-apa, datang ataupun tidak, keputusanku tetap sama. Bercerai darimu. Justru bagus kalau kamu tidak datan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tari Emawan
bagus jln ceritanya, penulis paham pernik2 ttg perceraian dan institusi2 terkait.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status