แชร์

4. Insiden kecelakaan

ผู้เขียน: TrianaR
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2022-10-03 16:08:58

Saat aku ingin menghampirinya, tiba-tiba ponselku bergetar berulang kali, cukup menggangguku. Aku menoleh sebentar, mereka masih berdiri di depan resepsionis.

Kuraih handphoneku, nomor rumah memanggil. Ada apa ya mbok Jum meneleponku disaat yang tidak tepat. Kuabaikan saja panggilan itu, tapi lagi-lagi handphoneku bergetar. Sepertinya sangat penting.

[Hallo assalamualaikum mbok, ada apa?]-- sahutku, kembali menjauh agar tidak terlihat oleh mereka.

[Waalaikum salam. Non, ibu Wirda datang]-- sahut Mbok Jum dari seberang telepon dengan nada khawatir. Bu Wirda adalah ibu mertuaku, ibunda Mas Hendi.

[Mbok, tolong suruh tunggu aja dulu ya. Saya masih ada perlu]-- jawabku sembari mengatur helaan nafas.

[Mbok udah bilang non, tapi ibu datang sambil nangis-nangis]

[Lho nangis-nangis kenapa?]

[Anu non, katanya Non Freya sakit. Terus ada masalah apa, mbok juga kurang paham. Ibu nangis-nangis terus dari tadi. Tadi juga mbok udah coba hubungi Mas Hendi, tapi gak diangkat-angkat, non]

[Ya sudah mbok, suruh tunggu sebentar lagi, saya segera pulang]

[Baik, non. Assalamualaikum]

[Waalaikum salam]

Tut. Panggilan terputus. Saat aku menoleh, kedua manusia memalukan itu sudah tidak ada ditempatnya. Entah pergi kemana mereka.

Sial! Kali ini sepertinya aku gagal menguntitnya. Untung saja tadi aku sempat memfoto mereka saat masuk ke hotel. Bukankah ini bisa dijadikan bukti-bukti perselingkuhannya yang lain?

Kembali berbalik menuju parkiran motor. Pikiranku berkecamuk, campur aduk jadi satu. Memikirkan Mas Hendi dan Kartika, lalu satu lagi masalah, ibu mertuaku datang sambil menangis, entahlah ada masalah apa.

Kuhela nafas dalam-dalam, berusaha menetralisir emosiku. Setelah siap, gegas aku melajukan motorku dengan kecepatan sedang. Sepertinya akan butuh waktu satu setengah jam untuk sampai di rumah. Sudah sejauh ini, tapi aku tidak berhasil mendapatkan bukti yang lebih otentik. Rasanya seperti sia-sia saja.

***

Tiiiin tiiiiin ....

Bruukk!!

Motorku terguling ke pinggir jalan saat tiba-tiba ada kucing menyebrang jalan, sedangkan dari arah belakang sebuah mobil menyenggol motorku hingga aku hilang keseimbangan dan terjatuh.

Sakit pasti! Tapi lebih sakit rasa hatiku karena keadaanku yang tidak memungkinkan untuk lanjut mengikuti kemana Mas Hendi pergi. Gagal sudah untuk hari ini.

"Mbak, maaf saya tidak sengaja. Apa anda baik-baik saja?" tanyanya setelah membantu mengangkat motorku yang terguling menindih kaki. Ia mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri.

Aku terdiam sejenak, mendongak ke arahnya. Agak terkejut melihatnya, bukankah laki-laki itu yang tadi pagi bertemu Mas Hendi. Ya, sepertinya benar, dia Rusdy--teman Mas Hendi yang ia ceritakan itu.

Kakiku terasa begitu nyeri dan nyut-nyutan. Ada luka disana, terutama hatiku, lukanya lebih menganga lebar. Perih rasanya seperti ditaburi garam. Kulihat bercak darah merembes sampai ke bagian bawah gamis yang kukenakan.

Beberapa orang datang mengerumuniku. Dadaku bergetar hebat, kepala semakin pusing berdenyut, beginikah rasanya habis lolos dari maut?

Lelaki itu beranjak pergi namun segera ditahan oleh beberapa orang.

"Mas, jangan langsung kabur dong. Harus tanggung jawab, mbaknya terluka tuh!" tukas salah seorang warga menghadang langkahnya.

"Iya, iya pak. Saya akan bertanggung jawab, saya tidak akan pergi. Tolong bantu saya pak," sahut laki-laki berkacamata itu.

Tak butuh waktu lama, ia membukakan pintu mobil dan membawa kotak P3K. Ia kembali menghampiriku yang masih diam terpaku. Rasanya kakiku susah sekali untuk digerakkan. Sakit dan ngilu.

"Mbak maaf, bisakah disibak dulu gamisnya, biar saya lihat sedalam apa lukanya," ujarnya dengan tatapan cemas.

"Tidak usah, mas," jawabku seraya mengibaskan tangan ke udara membuat gerakannya terhenti.

"Ya sudah mbak, saya antarkan mbak ke rumah sakit saja. Motornya biar diantar ke bengkel terdekat. Nanti saya yang akan membayar semuanya," ucapnya kemudian. Wajahnya tampak khawatir. Sepertinya ia melihat noda darah di gamisku.

Mungkin karena masih shock, aku tak mampu berpikir dengan baik. Aku diam saja saat ia mengatakan hal itu, hanya mendesis pelan, menahan rasa sakit yang makin berdenyut

Tiba-tiba, tanpa kompromi lagi lelaki itu memapahku untuk berdiri lalu membawa masuk ke dalam mobil. Ah aku malu sekali kenapa rasanya aku begitu kepayahan.

"Maaf mbak, kalau saya lancang. Tapi sepertinya luka mbak cukup parah," tukasnya lagi.

Setelah berkoordinasi dengan beberapa warga tadi, akhirnya laki-laki itu mengantarku sampai di rumah sakit terdekat.

***

Sampai di Rumah Sakit, dua orang perawat berlarian sambil membawa kursi roda. Lagi-lagi laki-laki itu membantuku.

Para tenaga medis langsung membawaku ke ruang IGD dan memeriksa kondisiku disana. Kakiku mengalami cedera, tidak terlalu parah namun sangat mempengaruhi aktivitasku kedepannya. Perban itu kini sudah membalut luka di kakiku.

Astaghfirullah hal'adzim, mungkin ini kesalahanku, peringatan Allah terhadapku, karena tidak berhati-hati dalam berkendara. Apalagi dengan pikiran yang bercabang.

"Mbak, ada nomor keluarga mbak yang bisa dihubungi?" tanyanya lelaki itu.

Wajahnya tampak merasa bersalah melihat kondisiku seperti ini.

"Ada mas, suami saya."

"Boleh minta nomornya?"

Aku pun menyebutkan nomor Mas Hendi sesuai permintaannya.

Ia tampak bingung saat menghubungi suamiku.

"Hendi? Mbak ini istrinya Hendi?" tanyanya penasaran.

"Iya mas," jawabku pelan.

"Lho, tadi bukannya--" Ucapannya seketika berhenti.

"Kenapa, Mas? Mas kenal suami saya?" tanyaku.

"Ah iya, saya temannya. Panggil saja saya Rusdy. Tadi pagi kami sempat bertemu. Bahkan ngobrol banyak tapiiii--"

"Ada apa, Mas?"

"Bentar ya mbak, saya hubungi Hendi dulu, biar datang kesini."

Aku mengangguk. Aku yakin, Mas Hendi tidak akan mengangkat teleponnya. Dia kan sedang sibuk bersenang-senang bersama seorang wanita.

Berulang kali ia menghubungi suamiku, tapi tak kunjung diangkat.

"Tidak diangkat mbak," ucapnya.

"Tidak apa-apa mas, sepertinya suamiku sedang sibuk."

"Kalau begitu, biar saya yang antar mbak sampai ke rumah ya!"

"Pesankan saya taksi saja, Mas."

"Tidak mbak, saya benar-benar merasa bersalah karena sudah membuat mbak jadi seperti ini. Biar saya saja yang mengantar mbak ke rumah, anggap saja sebagai bentuk tanggung jawab saya karena sudah menabrak motor mbak dan membuatnya jadi seperti ini."

Aku hanya mengangguk. Tak mungkin juga aku pulang sendiri dengan kondisi kakiku yang seperti ini.

Aku langsung diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit, karena tak ada cedera yang lain selain cedera di kaki.

Mas Rusdy mendorong kursi rodaku hingga sampai di parkiran tempat mobilnya berada. Dengan hati-hati ia membantuku untuk masuk ke dalam mobil.

***

Sampai di rumah, aku langsung disambut oleh kekhawatiran Mbok Jum.

"Non kenapa? Kok bisa seperti ini?" tanya Mbok Jum.

Tak lama ibu mertuaku keluar dengan mata yang sembab. Ia sama khawatirnya dengan Mbok Jum. Wanita paruh baya itu udah kuanggap seperti pengganti ibu kandungku sendiri.

"Nak, kamu kenapa? Kok kamu bisa seperti ini. Terus ini siapa? Hendi mana?"

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (1)
goodnovel comment avatar
senja
mertua penjilat sama dengan hendi
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Chat Mesra Di Nomor Suami   84. Sebuah Akhir

    Season 2 Part 26"Mbak Anita, aku titip Bayu. Tolong jaga dan rawat dia dengan baik. Anggap saja dia sebagai anakmu. Aku percaya padamu, sekali lagi maaf aku merepotkanmu," ucap Viona sesaat sebelum masuk ke jeruji besi.Dia divonis bersalah dengan masa hukuman lima belas tahun penjara. Kulirik bocah kecil dalam gendonganku, aku trenyuh saat menatapnya. Di usia sekecil ini, ia harus ditinggal oleh ayah dan ibunya. Rasa kasihan muncul begitu saja. Ya, aku merasa kasihan, takutnya ia terlantar.Aku melirik lelaki yang berdiri di sampingku. Ia tersenyum."Ikuti saja kata hatimu."Hanya ucapan itu yang keluar dari bibirnya, membuat tekadku mantap untuk merawatnya layaknya anakku sendiri. Walaupun kedua orangtuanya pernah menyakitiku, tapi anaknya tidak bersalah. Mungkin ini ujian bagiku agar tetap bersabar.***"Dek, besok kakak akan resmi melamarmu bersama orang tua kakak. Setelah itu, kakak akan langsung mengurus pernikahan kita," ucapnya saat itu. Enam bulan sudah berlalu, ia masih sa

  • Chat Mesra Di Nomor Suami   83. Dinyatakan bersalah

    Season 2 Part 25POV Viona"Maaf. Maafkan semua kesalahanku. Aku sudah berbuat jahat padamu.""Apa maksudmu, Mbak?""Aku ... Aku ..."Kuhela nafas dalam-dalam, untuk meringankan gejolak di dada. Baiklah, aku ingin berubah. Hukuman apapun akan kuterima. Aku sudah salah, jadi harus kupertanggungjawabkan ini semua. "Sebentar mbak, sepertinya pembicaraan ini cukup serius. Aku bawa Bayu ke kamar dulu."Aku memandanginya, Anita terlihat begitu tulus sayang sama Bayu. Tak lama, Anita kembali."Ada apa, Mbak?" tanyanya."Maafkan atas semua kesalahanku. Aku, aku yang sudah membuatmu celaka," sahutku sambil terisak."Apa kamu bilang?"Plaaakk!!Tiba-tiba, sebuah tamparan mendarat di pipiku. Kurasakan pipiku sangat panas, pedih dan perih."Kak, jangan kasar sama wanita. Kasihan, Kak." Kupegang pipi yang pasti sudah memerah ini. Lelaki itu yang sudah menamparku. Justru dia yang lebih marah dari pada Anita. Matanya nyalang menatap ke arahku."Duh, kamu ini terlalu baik, Dek! Wanita sejahat dia t

  • Chat Mesra Di Nomor Suami   82. Tersiksa

    Season 2 Part 24POV VIONA"Viona sayang, cepat kau siap-siap," ucap Leo sambil mengedipkan mata genitnya."Mau kemana?""Kamu gak mau kan tertangkap polisi?""Maksudnya?""Sayang, polisi mulai mengejar kita. Apa kamu mau hidup di penjara?"Aku menggeleng perlahan. Dadaku berdegup lebih kencang. Entahlah selama beberapa hari ini hidupku tidak tenang, seperti dikejar-kejar oleh perasaan bersalah."Kita akan pergi keluar kota, luar pulau kalau bisa.""Beri aku waktu.""Baiklah, mulai besok kita akan pergi.""Tapi--""Ah iya satu lagi, sekarang kau sudah jadi milikku. Bercerailah dari suamimu. Terserah apapun alasanmu, kamu harus berpisah dengannya."Aku menunduk dalam. Kalau akhirnya seperti ini, aku tak mungkin mau mencelakai Anita. Yang kudengar kabar terakhir tentang Anita, dia lolos dari maut. Tapi kenapa polisi justru akan menangkapku? Yang bersalah disini adalah Leo, bukan aku. Kenapa kesialan terus menerus menghantuiku? "Bukankah dia tidak jadi mati? Kenapa polisi--""Polisi te

  • Chat Mesra Di Nomor Suami   81. Kehilangan

    Season 2 Part 23POV AryaUntuk beberapa jeda, Anita menoleh ke arahku, tatapannya begitu sayu dan mendung."Kak, apa yang terjadi?" tanyanya pelan. Anita terlihat sangat lemah.Aku hanya tersenyum, belum berani mengatakan yang sejujurnya. Takut ia kembali shock.Tak lama, perawat datang bersama dokter jaga. Lalu memeriksa kondisi Anita. Kondisinya memang belum stabil, tapi sudah menunjukkan kemajuan."Kak, gimana keadaan ayah?" tanyanya kemudian.Deg. Bagaimana aku menyampaikan berita sebenarnya pada Anita. Haruskah kukatakan yang sejujurnya? Tapi aku takut kondisinya akan drop kembali."Tenanglah dek, ayahmu baik-baik saja. Kamu harus sehat ya, jangan pikirkan yang lain dulu."Anita mengangguk lalu tersenyum. Tiba-tiba ia meraba perutnya."Bayiku, mana bayiku...?! Mana bayiku?!" tanyanya histeris, saat menyadari kehilangannya."Sayang, tenanglah. Bayimu sudah tidak merasakan sakit lagi. Kamu kegugur--""Tidak, itu tidak mungkin! Aku tidak mungkin keguguran, Kak! Tolong kembalikan ba

  • Chat Mesra Di Nomor Suami   80. Duka mendalam

    Season 2 Part 22"Paman tahu perasaanmu padanya. Kamu mencintai Anita, bukan? Paman merestui kalian. Tolong jaga Anita untuk paman--"Suaranya tertahan, tanpa terasa butiran bening jatuh di pipi keduanya. "Ya, Paman, pasti. Paman tidak usah khawatir, saya akan menjaga mereka dengan baik. Paman, cepatlah sembuh, agar bisa melihat pernikahan kami."Pak Rusdy tersenyum, kemudian ia pamit untuk tidur. Arya tak pernah menyangka kalau tidurnya adalah tidur untuk selamanya dan tak pernah kembali lagi."Innalilahi wa innailaihi roji'un--" ucap dokter saat ia memeriksanya.Semua hening, seolah tak percaya Pak Rusdy berpulang begitu cepat, padahal Anita pun belum sadar dari komanya.Fandi dan Bi Surwi menangis tergugu. Kehilangan orang yang sangat penting dalam hidup adalah menyakitkan.Arya menelepon beberapa orang kepercayaannya, untuk mengurus segala keperluan pemakaman Pak Rusdy.Para relasi, karyawan serta staff perusahaan ikut berbela sungkawa atas kepergiannya.***Sementara di balik je

  • Chat Mesra Di Nomor Suami   79. Kecelakaan

    Season 2 Part 21"Tentang perasaan kakak padamu. Kakak tahu ini tabu. Tapi---" ucapannya terhenti ketika melihat sosok laki-laki paruh baya itu datang mendekat."Lho kok pada diam? Lagi pada serius ngobrolin apa?" tanya Pak Rusdy.Mereka saling berpandangan. Tegang."Ah itu Paman ..." Arya melirik ke arah Anita yang tampak menggeleng pelan lalu menunduk dalam. Sepertinya ia tak setuju kalau Arya mengatakan yang sejujurnya. Ia takut sang ayah tidak setuju."Sini duduk dulu, Paman. Biar sekalian saya kupasin buahnya ya, hahaha ..." Arya mencoba mencairkan suasana. Pak Rusdy hanya tersenyum simpul lalu melirik putrinya yang sedari tadi diam."Menurut Paman gimana kalau ada laki-laki yang menyukai Anita dan melamarnya?" tanya Arya basa-basi sembari mengupas buah apel yang ada di tangannya."Memangnya siapa? Dia tidak dekat dengan siapapun kecuali kamu," sahut Pak Rusdy."Hahaha, ini kan misalnya ...""Paman tidak akan memaksa Anita lagi, semua terserah padanya. Kalau Anita suka, Paman ak

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status