Home / Fantasi / Throne of Blood : System / 5. Gate di Taman Kota

Share

5. Gate di Taman Kota

Author: Cahaya_Perak
last update Huling Na-update: 2023-04-10 15:46:18

Sekali lihat, Ruvian langsung tahu bahwa yang membuat keributan di dekat gerbang adalah Damien dan Anara. Sementara sosok bergaun gotik warna merah sama sekali asing bagi dirinya, membuat ia mau tak mau mengangkat sebelah alis dan menerka-nerka dalam hati.

Di saat Xora menoleh ke arah Ruvian, pria berusia 34 tahun itu sejenak mematung di tempat. Gadis itu sangat mirip dengan Ibunya, hanya saja dalam versi yang jauh lebih muda dan memiliki sedikit fitur wajah warisan sang Ayah.

Dia tampak berbeda, kenapa kepalanya diselimuti kain yang beraroma darah itu?Ruvian tak bisa mengalihkan pandangan dari Xora, hingga gadis itu memberikan tatapan tajam dan memalingkan wajah dengan dingin. Sesaat, panah tak kasat mata menembus jantungnya dan memberikan rasa sakit ilusi.

Lubuk hati Ruvian yang paling dalam, ia masih memiliki rasa benci yang begitu kuat terhadap Xora karena merenggut nyawa sang Ibu. Namun, pada detik ketika mata mereka saling bertatapan, semua rasa benci itu seolah menghilang.

“Kami ingin pergi, tapi dihalang olehnya.” Anara menjawab ketus.

“Kenapa kau menghalanginya, biarkan saja mereka,” titah Ruvian, mengisyaratkan para penjaga untuk membuka gerbang melalui ekspresi wajah dinginnya.

“Tidak, mereka tak boleh pergi. Ada hal yang belum selesai kita bicarakan … aku akan memberitahukannya padamu nanti, tapi mereka tak boleh pergi!” Damien bersikeras dengan nada tinggi, emosi melihat Kakak Sulungnya ikut campur.

Sayangnya, gerbang sudah dibuka saat Damien menyelesaikan kalimatnya. Xora dan Anara pun langsung mengambil kesempatan untuk melangkah pergi dengan cepat, sementara Damien meyakinkan Ruvian untuk menahan mereka.

“Sial! Apa yang kaulakukan? Semua menjadi kacau!” Damien menggertakkan gigi, berdiri di hadapan Ruvian dan memberikan tatapan tajam. “Andai kamu membaca surat peninggalan Ibu pada Adik Bungsu Kita, kamu pasti akan ikut menahanku!”

Alis Ruvian terangkat sebelah. “Surat? Ibu meninggalkan surat untuk gadis itu … di kotak yang dia peluk?” Ruvian menyangkal bahwa Xora adalah Adiknya.

“Ya!” ujar Damien bernada membentak. Ia menabrak bahu Kakaknya dan berjalan menuju garasi, mengeluarkan satu mobil untuk membawa kedua gadis itu kembali ke mansion untuk ditahan.

Di luar gerbang, Anara segera memberhentikan sebuah taksi dan menaikinya bersama Xora. Taksi itu sudah dipesan secara online oleh Anara sejak ia keluar dari pintu kamar Xora.

[Sebuah Gate terdeteksi!]

[Sebuah Gate terdeteksi!]

[Sebuah Gate terdeteksi!]

[Sebuah Gate terdeteksi!]

Begitu roda taksi melaju di atas jalanan dengan kecepatan standar, layar hologram muncul di hadapan Xora yang terkejut. Panel itu muncul berulang-ulang dengan suara yang sama. Layarnya bukan berwarna biru seperti biasa, tapi berwarna merah dengan tanda peringatan yang jelas.

[Terdeteksi ada 15 Gate yang telah muncul.]

Layar hologram pun  menampilkan sebuah peta yang begitu lengkap dengan 15 tanda titik merah. 15 titik merah itu menjadi sebuah tanda di mana Gate muncul di udara dalam bentuk seperti sebuah pintu. Gate itu berwarna hitam dan penuh bintik-bintik putih, mirip seperti tampilan langit malam dan bintang-bintangnya.

Selain menampilkan 15 tanda titik merah, layar hologram juga menampilkan lokasi Xora yang tengah menaiki taksi berkecepatan 35km/jam. Jalur mereka lurus, dan kebetulan berpapasan dengan sebuah Gate.

“Gate muncul sekarang?” Xora bergumam lirih dengan ekspresi terkejut yang begitu jelas.

Di sampingnya, Anara kebingungan melihat Xora tiba-tiba terkejut. Ia mengikuti tatapan Xora ke depan, tapi tak ada apa-apa selain sopir, jalanan dan dek mobil yang normal pada umumnya. Samar-samar, Anara juga mendengar gumaman Xora meski tidak lengkap. Hanya ada satu kata yang terekam dengan jelas : Gate.

Apa itu Gate? Anara mengangkat mengerutkan alisnya penuh tanda tanya.

“Turunkan aku di taman depan.” Xora langsung menoleh ke arah gadis berambut perak di sampingnya, mata gadis itu berwarna hijau emerald. Berbeda dengan dirinya yang bermata hitam pekat.

Bibir Anara terbuka. Ia ingin bertanya, kenapa Xora harus berhenti di tengah taman? Namun ia segera mengurungkan niat itu dan melihat sopir melalui cermin, lalu berkata, “Turunkan dia di taman depan.”

Sopir membalas dengan anggukan dan senyum ramah, “Baik, Nona.”

“Ini adalah kartu namaku, bila nanti kamu memerlukan sesuatu segera hubungi aku. Aku mohon maaf karena tak dapat menemanimu di taman, karena ayahku sedang menunggu di rumah.” Rasa menyesal tergambar tulus di wajah gadis berambut perak dengan mata berwarna hijau emerald.

“Tak apa.” Xora menjawab dengan tulus. Senyum tipis menghiasi wajah cantiknya.

“Apa itu?” Mata Anara terbelalak lebar saat ia melihat benda asing muncul di tengah-tengah Taman Kota. Benda itu berwarna hitam pekat dengan titik-titik putih seperti bintang yang terus bergerak, seolah-olah sedang mencerminkan luar angkasa. Benda ith sangat asing bagi orang-orang, tapi Xora tahu apa sebutannya, Gate.

Orang-orang yang ada di sana menjaga jarak, tak berani sedikit pun untuk mendekati Taman Kota karena Gate.

“Kamu takin mau berhenti di sini?” Anara menoleh ke arah Xora dengan ekspresi wajah penuh kekhawatiran. Ia ragu untuk menghentikan taksi dan menurunkan gadis itu di Taman Kota tersebut.

“Ya,” jawab Xora. Suaranya terdengar yakin, begitupun tatapan mata yang sama sekali tak menyiratkan keraguan.

Taksi pun berhenti di depan Taman Kota untuk menurunkan Xora, sebelum berangkat lagi menuju kantor Ayah Anara yang berada di St. Avent Street.

Di sekeliling taman, para polisi tampak berjaga dengan senjata dan tameng kaca mereka. Berbagai unit kendaraan militer pun siap siaga di sekitar, memperlakukan Gate sebagai sebuah benda asing yang mengancam kedaulatan.

[Peringatan! Gate akan segera terbuka!]

Gate di tengah Taman Kota mengeluarkan suara retak. Tampilannya yang hitam dan bintang-bintanh kecil, perlahan pecah seperti sebuah kaca saat jatuh dan menghantam tanah.

[Anda terdeteksi sebagai ** spesial yang mendapatkan hidden job “Vampire” rank S.]

Xora membeku di tempat, memandangi kata “Vampire” yang tertulis di layar hologram tersebut.

Kemampuanku akan berkaitan dengan Vampire? Gadis berambut perak itu membeku di tempat. Ia perlahan merasakan perubahan kualitatif pada tubuhnya : Gigi taring tumbuh memanjang hingga mencuat di antara garis bibir; kuku jari tangan tumbuh memanjang dan tampak tajam seperti sebuah belati; hidung menjadi semakin sensitif, bahkan Xora sampak mencium aroma darah dari tubuh setiap orang; pupil mata yang tadinya bulat, menyusut menjadi sebuah pupil mata garis horizontal seperti kucing.

Pada saat perubahan kualitatif itu terjadi, orang-orang di sekitarnya meletakkan fokus mereka pada fenomena Gate terbuka.

[Anda menerima skill Duplication Lv.1]

[Anda secara khusus dapat menduplikasi skill lawan untuk digunakan, tapi efek skillnya akan menjadi lebih rendah. Peluang untuk mencuri skill pun hanya 20 persen. Slot yang tersedia untuk menyimpan skill yang diduplikasi pun hanya lima.]

[Anda menerima Skill Vampire Mode Lv.1]

[Skill ini akan memperkuat pertahanan tubuh Anda dari serangan fisik dan serangan magis. Tubuh Anda pun akan menyesuaikan sebagaimana Vampire terlihat dan dapat memanjangkan kuku sebagai sebuah senjata. Namun terdapat efek samping khusus, di mana pengguna akan merasakan berlebihan terhadap darah. Skill ini memiliki waktu jeda  tiga jam setelah penggunaan.]

[Anda menerima Skill Shape Changer Lv.1]

[Shape Changer memungkinkan Anda untuk mengubah bentuk tubuh menjadi kelalawar, atau seseorang yang Anda bayangkan.]

[Anda menerima Skill Blood Control Lv.1]

[Blood Control adalah skill yang membuat Anda memiliki otorotas penuh terhadap darah Anda sendiri. Anda dapat mengubah darah tersebut menjadi bentuk yang Anda bayangkan dan mengendalikan mereka hingga jarak 50 meter.]

[Anda menerima Skill Eyes of Vampire Lv.1]

[Ketika mata Anda saling bertatapan dengan target level serupa atau lebih rendah, Anda akan memberikan tekanan yang akan membuat mereka merasa seperti sedang dimangsa oleh predator.]

Skill itu muncul di layar hologram, tapi sebuah ilusi muncul di benak Xora mendemonstrasikan setiap penggunaan skill. Secara naluriah, gadis berambut perak tersebut langsung memahami setiap skill-nya.

Ghroaaaarr! Suara melengking terdengar dari retakan Gate saat sebuah paruh burung sebesar lengan orang dewasa muncul, mengoyak Gate untuk membuka celah lebih lebar. Paruhnya berwarna kuning dan tampak mengkilat di bawah sinar senja, serta ada gerigi-gerigi tajam seperti gergaji pada bagian bibir paruhnya. Sekilas, gerigi tajam itu tampak bagai gergaji milik malaikat kematian, siapapun tahu bahwa mereka akan langsung terkoyak bila dijepit oleh paruh tersebut.

Teriakan panik, takut dan tak percaya pun menggema di udara. Para warga kocar-kacir berhamburan ke sana kemari untuk menyelamatkan diri; mereka yang datang dengan kendaraan langsung pergi membawa kendaraan, sementara yang tak membawa kendaraan terpaksa bersembunyi di gedung pertokoan. Semenara para polisi berusaha melawan rasa takutnya sambil mengangkat tameng mereka dengan teguh.

Pria berumur 26 tahun yang berdiri sebagai Pemimpin Pasukan menatap tajam ke arah Gate. Ia memiliki rambut hitam pendek dan tertutupi topi seragam, mengenakan seragam perwira berwarna hitam di balik rompi antipelurunya, sabuk pinggang dengan kantong berisi pistol, walkie talkie, dan borgol.

Sebuah name tag melekat di dada kanannya, bertuliskan “Liogra Karendra”.

“Tembak!” Liogra mengangkat tangan kanan lurus ke atas, lalu mengayunkannya ke depan sebagai isyarat untuk menghujani monster tersebut dengan peluru.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Throne of Blood : System   14. Ven—Pedang Kutukan

    Trangg! Saat pedang Xora menyentuh bulu Poison Tongue Bird, pedang itu langsung terlempar jauh dari tangan Xora. "Apa yang terjadi? Kenapa aku tak bisa menebasnya?" lirih Xora dengan mata terbelalak. Di saat yang bersamaan, Poison Tongue Bird di hadapan Xora bergerak cepat untuk mencengkram tubuh Xora. Boom! Poison Tongue Bird itu mencengkram tubuh Xora, dan menghempasnya ke atas tanah dalam waktu singkat. Rasa sakit luar biasa pun menyerang punggung Xora. 'Sakit,' keluh Xora di dalam hati. Mata Xora melirik ke arah Poison Tongue Bird yang menghempasnya ke tanah. Ada kebencian yang tersorot jelas dari tatapan Xora. Dia kemudian beralih menatap pedangnya yang tergeletak cukup jauh. Xora berusaha mengabaikan rasa sakit pada punggungnya, lalu bangkit dan meraih pedang itu. Xora menatap Pedang Kutukan di genggamannya. 'Kenapa aku tidak bisa menebas mereka dengan mudah, seperti Flyor?' batin Xora bertanya-tanya. Dia merasa kecewa karena kemampuannya tidak seperti Flyor."Miss. U!" Teri

  • Throne of Blood : System   13.

    Flyor meraba bibirnya yang tengah tersenyum lebar."Akhir-akhir ini ... aku banyak tersenyum," gumam Flyor yang merasakan perbedaan drastis pada dirinya, setelah Xora datang. "Tapi sebelum itu, lebih baik aku segera menentukan latihan apa yang perlu diberikan kepada Miss. U," sambung Flyor sambil mencuci piring. ***Mentari mengangkasa dengan angkuh dan terik. Suasana sekitar terasa begitu panas, tapi tak berlaku bagi Xora yang duduk di bawah rindangnya pohon ketapang. Gadis itu mengangkat telapak tangannya ke depan wajah, lalu memandang mereka dengan ekspresi tak percaya. "Baru saja, aku mengayunkan pedang sebanyak 3000 kali." Dia bergumam lirih dengan napas terengah-engah. [Notifikasi! Anda menyelesaikan Quest Tambahan!][Notifikasi! Anda mendapatkan item rahasia berupa 'Kalung Usang'.][Notifikasi! Anda mendapatkan bonus berupa 5 distribution point!]Kening Xora mengerut melihat panel di hadapannya. Dia berlatih sampai 3000 kali ayunan sampai setengah mati, tapi hanya mendapa

  • Throne of Blood : System   12. Jamur Dore

    "Mengayunkan pedang sebanyak 2000 kali saja perlu waktu sampai sore. Apalagi 3000 pedang?" sambung Xora dengan intonasi tak percaya diri. Dia merasa tak yakin bisa menyelesaikan misi besok. Xora membaringkan tubuhnya di atas kasur, lalu menghela napas. "Jika seperti itu, aku harus bangun lebih pagi lagi," lirih Xora. Xora mulai menutup mata, dan mulai terlelap dalam mimpi.Pagi menjelang .... Flyor yang ada di kamarnya mulai terbangun. Dia segera beranjak dari kasur dan melangkah menuju dapur. 'Aku harus segera memasak, sebelum Miss U bangun,' batin Flyor. Dia dengan cepat berkutat di dapur, memasak menggunakan teknik dan bumbu dari tumbuhan di Dungeon. Menu utamanya adalah sup Jamur Dore. Jamur Dore adalah jamur Dungeon, yang bisa menambah stamina dan vitalitas tubuh. 'Ini cocok untuk dia yang akan berlatih mengayunkan pedang sebanyak 3000 kali,' pikir Flyor.Flyor tersenyum kecil di sudut bibirnya, sambil meletakkan sup Jamur Dore itu di atas meja. Tak hanya sup Jamur Dore yang

  • Throne of Blood : System   11. 3000 Ayunan Pedang

    Mendengar kata-kata itu, mulut Xora terbuka lebar. Sama dengan matanya yang terbelalak tak percaya.''Bukankah hukuman ini harusnya dikurangi?!' teriak Xora di dalam hati. "Apa itu masih berat untukmu?" Xora membeku di tempat, usai mendengar jawaban yang tak sesuai dengan harapannya. Melihat Xora membeku di tempat, Flyor kembali bertanya, "Apa itu masih berat untukmu?"Secara spontan, Xora langsung tersadar dan menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak-tidak! Ini sudah cukup bagi saya!"Xora pun dengan sekuat tenaga mengangkat pedang itu, lalu mengayunkannya. Tetapi, belum sampai satu ayunan. Pedangnya langsung terjatuh dan lepas dari tangan Xora. 'Berat,' keluh Xora di dalam hatinya. Selama satu bulan Xora berlatih, total ayunan yang harus dicapai setiap harinya tidak berubah ... yaitu 2000 kali ayunan. Sayangnya, Xora tidak sekuat itu. Xora hanya mampu mencapai 1000 kali ayunan. Bahkan ketika di akhir bulan. Satu bulan berikutnya, Xora juga terus berlatih dan baru mencapai

  • Throne of Blood : System   10. Hukuman

    Xora mendongkak menatap langit, yang dipenuhi dengan para Poison Tongue Bird. Para Poison Tongue Bird itu terbang ke sana ke mari, seperti menjaga pintu goa. Mendengar kalimat Xora, Flyor menoleh ke arah Xora yang berada di sampingnya. Flyor mengernyitkan alisnya dan bertanya, "Kaumenyebut Monster Burung itu dengan nama Poison Tongue Bird?" Xora menoleh dan mengangguk. "Ya," jawab Xora dengan senyum yang bisa dilihat oleh Flyor, karena dagu dan bibir Xora tidak ditutupi oleh topeng. "Seperti yang Anda katakan sebelumnya, air liur mereka mengandung racun. Makanya mereka dinamakan seperti itu," sambung Xora. Mata Flyor membola. 'Gadis ini benar-benar seorang Penyihir! Dia mengetahui segalanya, bahkan memberikan monster itu nama,' batin Flyor yang beralih menatap para Poison Tongue Bird. Flyor benar-benar salah paham terhadap Xora. "Bagaimana kita menyerangnya? Apakah Anda merasa yakin untuk melawan para Poison Tongue Bird itu?" Xora bertanya dan menoleh, menatap wajah Flyor. Flyor p

  • Throne of Blood : System   9. Kisah Flyor di Dungeon

    Dua panel notifikasi itu muncul di hadapan Xora, bertepatan ketika Flyor membelah tubuh monster yang tersisa di sekitar mereka. "Harus sampai seratus persen?" tanya Xora dengan nada yang sangat pelan. [Notifikasi! Benar!]Membaca notifikasi yang muncul di hadapannya, Xora membeku di tempat. 'Tadi ada banyak Monster yang dibunuh oleh Flyor, tapi, itu hanya sepuluh persennya saja?' batin Xora tak percaya. 'Memangnya, ada sebanyak apa Monster-monster di Dungeon ini?' sambung Xora bertanya-tanya. Dia mendongkakkan kepala menghadap langit yang berwarna biru cerah. "Miss U?" melihat Xora hanya berdiam di tempat sambil mendongkak menatap langit, tentu saja Flyor penasaran. Flyor memanggil nama samaran milik Xora, membuat Xora menoleh. "Apa yang kaupikirkan?" tanya Flyor yang dipenuhi rasa penasaran. Tersadar dari lamunannya, Xora segera berdiri dari posisi duduk. "Ah, tidak. Saya tiba-tiba berpikir, berapa banyak waktu yang akan diperlukan jika ingin memusnahkan semua Monster di sini,"

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status