Share

Kala

Author: Cherry Sakura
last update Last Updated: 2021-09-13 09:53:16

"Uhuk." 

 

Kala yang sedari tadi menyantap makanan dengan damai tanpa ada niatan untuk melibatkan diri dalam keriuhan para orang tua yang ngotot ingin menjodohkan putra putri mereka, nyaris menelan garpunya sendiri mendengar ocehan Ayana. Kalau dirinya tidak salah dengar, gadis itu baru saja memproklamirkan kalau Kala dan Ayana adalah sepasang kekasih. Gadis itu benar-benar membuat Kala nyaris berakhir dengan menelan garpu.

 

Sambil menepuk dadanya, Kala yang megap-megap melirik ke arah Aksa dengan panik, berharap sepupunya itu mewakili Kala untuk mengatakan sesuatu. Kala yang masih terbatuk-batuk sama sekali tidak bisa berkata apa-apa untuk membela diri sedangkan semua mata sudah tertuju padanya menuntut penjelasan. 

 

"Ngomong apa, sih, kamu ini?" sergah bunda Ayana jengkel. Sedari tadi putri bungsunya itu terus saja mengatakan sesuatu yang bisa menjatuhkan nilai dirinya sebagai menantu idaman. Tangan bundanya itu sudah gatal ingin menggetok kepala Ayana dengan centong nasi hanya untuk membuat Ayana diam.

 

"Bunda, Ayana nggak bisa meninggalkan orang yang Ayana cinta." Ayana berkata lirih dengan mata sendu, berusaha untuk menarik simpati agar para orang tua itu kasihan padanya. 

 

Dipaksa nikah, sih, dipaksa nikah. Tapi, nggak sama cowok gay juga, dong!  Ayana menggerutu dalam hati. 

 

Padahal hari ini Ayana sudah tampil dengan penampilan terburuknya sepanjang ia hidup di dunia. Bayangkan! Kapan lagi ada calon mantu yang mau ketemu calon mertua dengan tampilan bak kuntilanak tercebur di got penuh lumpur sepertinya? Dirinya pun sudah mengakui kalau tidak bisa memasak dan suka bangun siang di depan kedua camer, tapi bisa-bisanya kedua camernya tidak keberatan sama sekali dengan segala kekurangan itu. Entah karena camernya terlalu baik atau memang sudah tidak ada lagi gadis lain yang mau menerima anak mereka yang gay sehingga pasrah saja menerima calon mantu yang tak berkualitas sekalipun.

 

Alasannya pasti yang kedua. Pikir Ayana sambil mendesah pelan.

 

"Begitu, ya?" Papa Aksa tiba-tiba berkata dengan nada yang begitu khidmat.

 

"Om mengerti?" tanya Ayana dengan mata berbinar senang. 

 

"Tapi, yang om tahu..." Papa Aksa sengaja menjeda perkataannya hingga membuat Ayana ikut menahan napas dengan gelisah. 

 

"Di halaman belakang tadi bukannya kamu bilang kalau kamu dan Kala sudah putus," ujar papa Aksa datar.

 

"Itu... Om tahu dari mana?" tanya Ayana gagap. Masa di halaman belakang ada CCTV-nya juga?

 

"Dan kelihatannya Kala nggak berminat untuk mempertahankan hubungan kalian," timpal papa Aksa santai sambil melihat ke arah keponakannya yang sibuk meneguk air.

 

"Aduh, kepalaku," keluh Ayana seraya memegangi kepalanya dengan putus asa. Semua cara sudah dilakukannya, tapi hasilnya nihil. Bulu kuduk Ayana meremang memikirkan cara terakhir. Masa, sih, dirinya harus berbohong bilang kalau ia sedang hamil anak orang lain.

 

"Hieeee. Amit-amit jabang bayi," pekik Ayana histeris, takut kalau kebohongannya menjadi kenyataan. Bagaimanapun juga Ayana masih ingat dosa.

 

"Ah, daripada pakai tunangan-tunangan segala kayaknya lebih bagus kalau Ayana dan Aksa langsung ke KUA aja, ya? Langsung nikah secara agama. Yang penting resmi dulu, kalau resepsinya, kan, bisa kapan-kapan," celetuk mama Aksa dengan girangnya. Mata wanita paruh baya itu mendadak rabun hingga tidak bisa melihat wajah Aksa dan Ayana yang kompak memucat seperti orang kehabisan darah.

 

Gubrak!!!

 

"Astaghfirullah. Ayana!!!" seru bundanya kaget. Putrinya itu seketika jatuh pingsan dan tepar di lantai. 

***

"Ng?" Ayana mengerjapkan matanya berkali-kali berusaha untuk mengumpulkan kesadarannya. Seingatnya tadi ketika ia sedang makan, mama Aksa tiba-tiba mengatakan sesuatu yang begitu mengerikan mengalahkan adegan di film horor yang biasa Ayana tonton hingga membuat Ayana jatuh pingsan saking kagetnya. Kepala Ayana bahkan masih terasa sakit karena kejeduk di lantai keramik. Untung saja kepalanya tidak sampai bocor karena jatuh di tempat yang tidak semestinya.

 

"Kamu sudah sadar?" tanya Kala lembut. 

Ayana mendongak ke arah Kala yang duduk di sisi tempat tidur. Sesuai perkiraan Ayana, hanya sosok Kala yang terlihat menemaninya. Sang calon tunangan entah berada di mana. Bukannya menunggui tunangan yang pingsan, Aksa malah melepaskan tanggung jawab kepada sepupunya yang baik hati.

 

"Ish." Tanpa sadar Ayana mendecih, menyesalkan keputusan kedua orang tuanya yang jelas-jelas hampir menjerumuskannya ke dalam pernikahan tak bahagia. Di depan matanya ada lelaki baik hati dan normal seperti Kala, eh, si emak dan bapak malah memilih laki-laki gay untuk jadi menantu. Entah emak bapaknya kesambet jin di mana?

 

"Ayah dan bunda sebenarnya niat nggak sih pengen punya cucu?" gerutu Ayana pelan hingga membuat Kala mengerutkan alisnya. Kala tidak bisa mendengar perkataan Ayana, tapi ia tahu kalau gadis itu sedang mengedumel.

 

"Sudah bisa bangun? Mau aku panggilkan Aksa?" tanya Kala dengan suaranya yang ngemong dan adem bak bapak-bapak sayang anak. Ayana nyaris oleng karena suara macam itu adalah favoritnya. Lah, dulu saja Ayana kecantol Aksa karena suara lembut dan aura bak malaikat. Eh, siapa sangka kalau itu semua hanya topeng yang dikenakan Aksa untuk menutupi wajah aslinya.

 

"Jangan sampai ketipu, Yana. Jangan ketipu!" sugesti Ayana pada dirinya sendiri.

 

"Bentar aku panggilin Aksa," kata Kala sembari beranjak dari tempat duduknya.

 

"Mas Kala!" seru Ayana seraya menangkap pergelangan tangan Kala sebelum pria itu beranjak lebih jauh. Kala nyaris tersandung kakinya sendiri karena tangkapan tangan Ayana yang tiba-tiba.

 

"A... Apa?" tanya Kala bingung.

 

"Selingkuh sama aku, yuk!" todong Ayana tiba-tiba.

 

"Hah!!!" Kala cengo di tempat. 

 

"Mas Aksa, kan, udah punya pacar. Mana pacarnya cowok lagi. Kalau cemburu pasti lebih ngeri dari cewek. Aku takut dibunuh," rengek Ayana memelas. Ayana bergidik ngeri teringat berita di TV tentang pembunuhan yang dilakukan pasangan gay yang cemburu kekasihnya digoda seorang perempuan. Jangan sampai dirinya menjadi daftar korban berikutnya yang masuk ke dalam berita.

 

"Nggak, kok." Kala berusaha keras menahan tawanya. "Kamu habis nonton apaan, sih, sampai mikirnya kejauhan gitu?" tanya Kala masih dengan menahan tawa. Bisa-bisanya gadis itu kepikiran kalau dia bakal dibantai Saga.

 

"Wrong turn," jawab Ayana pendek dan tidak konsisten. Tadi dia teringat dengan berita di TV, tapi yang keluar dari mulutnya malah film slasher berjudul Wrong Turn yang selalu membuat Ayana jengkel karena korban di film itu pasti metong semua.

 

"Ha?" Kala kembali cengo. 

 

"Bang Kala, please!!! Aku nggak mau jadi salah satu tokoh dalam serial Suara Hati Seorang Istri. Bang Aksa itu gay. Nyadarinnya pasti susah. Kang Kala nggak ada niatan mau bantu aku gitu? Kalau Kang Kala bantu aku selamat dari pernikahan yang kayak neraka, itu bisa jadi amal jariyah buat Kang Kala, lho!" cerocos Ayana menggebu-gebu, berusaha mencuci otak pria di depannya agar bersedia membantunya lolos dari perjodohan maut.

 

Kala terdiam beberapa saat. Otaknya kembali ngelag alias ngebug alias lambat loading karena panggilannya yang selalu berubah-ubah sesuka hati Ayana. Dari yang awalnya dipanggil Mas, Bang sampai jadi Kang berubah hanya dalam satu sapuan nafas. 

 

"Kalau kamu berhasil menyadarkan Aksa dan bawa dia ke jalan yang benar, kamu juga bisa dapat amal jariyah, lho! Jadi istri solehah juga," timpal Kala.

 

"Ta... Tapi?"

 

"Tapi, apa?" tanya Kala penasaran sembari mendekatkan kepalanya ke arah Ayana ketika gadis itu memberi isyarat agar Kala mendekat.

 

"Kak Kala, kan, tahu kalau Kak Aksa gay?" bisik Ayana yang langsung direspons dengan anggukan kepala oleh Kala. "Kak Kala yakin Mas Aksa bersih nggak ngidap penyakit aneh-aneh?"

 

"Uhuk." 

 

Pertanyaan Ayana sontak membuat Kala tersedak ludahnya sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Choose Me!!   Memberi Peringatan

    "Canggung banget," ucap Yusa buka suara. Beberapa menit sudah berlalu, tapi baik Aksa ataupun Saga, tidak ada satupun dari kedua orang itu yang membuka mulut. Padahal kedua orang itulah yang mengajak Yusa, lebih tepatnya lagi memaksa untuk bertemu di atas atap. Bukannya berbicara, mereka bertiga malah saling melempar tatapan tidak nyaman satu sama lain. "Kalian berdua masih nggak tahu apa yang mau dibicarakan? Kalau memang nggak ada yang mau dibicarakan, kenapa mengajakku ketemu di sini? Kan, buang-buang waktu. Mana panas lagi. Mending aku menemani Ayana di ruang kesehatan," kata Yusa pelan. Ia yang sudah merasa bosan ingin secepatnya angkat kaki meninggalkan tempat itu."Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Aksa to the point, mencegah Yusa yang tidak sabar ingin menyelonong pergi."Kenapa aku ada di sini?" ulang Yusa dengan ekspresi mencemooh. "Ini kampus, Aksa. Tentu saja aku ada di sini untuk belajar. Memangnya aku mau apa lagi? Nggak mungkin mau jual

  • Choose Me!!   Mahasiswa Baru

    "Kalian itu ngapain, sih?" tanya Aksa bingung melihat kelakuan Ayana dan Karin di depan pintu kelas. Karin dengan gigihnya berusaha menyeret Ayana untuk masuk kelas, begitupun dengan Ayana yang tidak kalah gigih bertahan di daun pintu. Saking gigihnya, Ayana nyaris menggigit pintu. Bosan berlagak seperti kelinci yang suka loncat ke sana ke mari, sepertinya Ayana ingin berubah menjadi tikus yang menggerogoti kayu."Kak Aksa, lihat 'nih kelakuan tunangan Kakak. Dia nggak mau menuntut ilmu dengan baik dan benar," lapor Karin dengan tangan masih menarik tali tas punggung Ayana."Kamu itu kenapa? Masa stress hanya gara-gara aku nggak mau ke kampus bareng?" tanya Aksa pada Ayana."Mas Aksa, Mas Aksa bisa merasakan atau ngelihat hantu nggak?" tanya Ayana tidak nyambung, membuat Aksa semakin yakin kalau Ayana benar-benar mabok akibat kebanyakan makan daging sapi. Sepertinya otak Ayana ketutupan lemak sampai-sampai hari ini Ayana semakin menggila dan bersikap tidak

  • Choose Me!!   Hari Yang Aneh

    "Pagi-pagi anak itu sudah membuatku sakit kepala," sungut Aksa.Ia berjalan dengan tergesa sambil menyugar kasar rambutnya sendiri. Setelah kemaren ia nyaris mati kebosanan menunggu lama bunda Ayana berbelanja daging, pagi-pagi buta Ayana kembali berbuat ulah dengan menelponnya. Sepertinya gadis itu mabok kebanyakan makan daging sapi sampai-sampai tidak ada angin tidak ada hujan merengek minta berangkat ke kampus bareng. Sejak kapan coba mereka punya hubungan semesra itu?"Ayo, kita ke kampus bareng!"Begitu Aksa mengangkat panggilan telpon dari Ayana, suara cempreng itulah yang menerobos gendang telinga Aksa. Tidak ada ucapan salam ataupun basa basi. Bahkan sekedar say halo pun tidak diucapkan Ayana, apalagi ucapan Assalamualaikum yang jauh lebih panjang. Aksa yang masih mengantuk bahkan langsung sadar dari alam bawah sadarnya. Matany

  • Choose Me!!   Menjadi Tamu Di Rumah Ayana

    "Akhirnya aku sehat dan bisa bersih-bersih rumah," ujar Ayana berbicara sendiri.Ia menyapu lantai ruang tamu dengan begitu bersemangat. Setelah mendapat pelatihan memasak dari Tante Anna yang tidak juga membuahkan hasil, Ayana berinisiatif untuk latihan beberes rumah yang baik dan benar. Meskipun kemungkinan untuknya menjadi istri Aksa sangatlah kecil, Ayana tetap bersemangat berlatih menjadi ibu rumah tangga. Karena itu dengan senang hati Ayana mengambil alih pekerjaan asisten rumah tangganya untuk bersih-bersih teras."Tapi, kenapa lantai yang kusapu nggak bersih-bersih juga, ya?" tanya Ayana bingung."Arah sapuanmu salah, Yan!" tegur seseorang.Ayana sontak menoleh ke arah suara yang menegurnya. Kakak sulungnya berdiri sambil menutup hidung dengan sapu tangan, menghindari debu yang beterbangan agar tidak masuk ke dalam hidungnya

  • Choose Me!!   Perasaan Was-was

    Sreeet.Aksa merobek bungkus obat pereda demam yang baru saja ia beli di apotek sambil menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. Begitu bangun dari pingsannya, Ayana tiba-tiba terserang demam sehingga membuat Aksa terpaksa singgah ke apotek dalam perjalanan pulang.Apa di tubuh Yusa tertempel jin sehingga bisa membuat seseorang yang dipeluknya terserang demam tinggi? Aksa bertanya-tanya dalam hati.“Kenapa kamu malah terkena demam begini? Segitu senangnya, ya, dapat pernyataan cinta dari cowok tadi?” tanya Aksa, tentu saja dengan maksud untuk menyindir Ayana yang duduk di sampingnya. Ayana yang masih menggigil mengabaikan Aksa dan sibuk menenggak air untuk mengenyahkan rasa pahit yang tertinggal di lidahnya.Aksa ingin fokus dengan setir kemudi di depannya, tapi suara gigi Ayana yang bergemeletukan membuat Aksa terpaksa menolehkan kepalanya k

  • Choose Me!!   Pernyataan Cinta Yusa

    "Lebih baik kita pulang sekarang," ajak Aksa."Lho, kenapa? Mas Aksa bahkan belum berbincang-bincang dengan Saga," tanya Ayana bingung. Disuguhkan minum pun belum, tapi Aksa sudah mengajak untuk pulang. Padahal tadi butuh waktu hampir dua jam mereka berdua berdebat karena Ayana yang ngotot ingin ikut dan Aksa yang juga bersikeras menolak membawa Ayana berkunjung ke rumah Saga. Masa belum apa-apa mereka sudah mau pulang? Kepala Ayana saja masih pusing karena pingsan tadi."Nggak ada gunanya juga aku bertemu Saga kalau ada kamu dan orang menyebalkan itu di sini," ujar Aksa dongkol.Ayana menggelengkan kepalanya. "Kenapa Mas Aksa selalu menganggap semua orang menyebalkan? Nggak boleh, lho, berburuk sangka kayak gitu mulu" tukas Ayana menasehati Aksa.Aksa mendengus. Ingin balas melemparkan nasehat pada Ayana yang dinilainya selalu berpikir kelewat positif terhadap orang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status