Beranda / Romansa / Choose Me!! / Obrolan Di Pagi Hari

Share

Obrolan Di Pagi Hari

Penulis: Cherry Sakura
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-13 10:00:02

Karin yang tengah menyendok bubur ayamnya sontak mengerutkan kening begitu melihat Ayana berjalan ke arahnya dengan susah payah karena tas backpack segede gaban yang dipanggulnya. 

 

"Tumben bawaan kamu sebanyak itu? Mau ngapain?" tanya Karin heran. Biasanya Ayana selalu datang ke kampus dengan bawaan seminimal mungkin. Bahkan saking kecilnya tas yang dibawa Ayana, gadis itu sering kali terlihat seperti mahasiswi yang tak berniat untuk ngampus. Tapi, hari ini Ayana datang dengan bawaan bak orang yang akan mendaki gunung Himalaya.

 

"Otakku sedang dipenuhi banyak inspirasi untuk menulis novel. Outline dan premis sudah matang, tinggal eksekusi," jawab Ayana sambil nyengir kuda. Ia sudah tidak sabar untuk segera menulis kisah cinta tak biasa antara dua anak Adam dan mengazab mereka di dalam novel yang akan Ayana tulis. Ayana sudah bertekad akan memberikan ending yang tragis untuk kedua orang itu sebagai bentuk balas dendam atas ditolaknya ia di masa lalu.

 

"Ck." Ayana mendecih teringat pada pertanyaannya yang kemaren tak kunjung mendapat jawaban dari Kala. Bukannya langsung menjawab pertanyaan yang Ayana lontarkan, pria itu malah terbatuk dengan begitu hebatnya. Ayana yang panik akhirnya sibuk mengambilkan minuman untuk Kala dan pertanyaan itu terlupakan begitu saja sampai Ayana pulang.

 

"Rin, seandainya di dunia ini cuma tersisa dua jenis makhluk cowok... mana yang bakal kamu pilih? Hidup bareng cowok super playboy yang nggak bisa hidup tanpa banyak cewek atau cowok gay yang nggak butuh cewek?" tanya Ayana berapi-api.

 

Pertanyaan Ayana yang menggebu-gebu hanya ditanggapi Karin dengan kernyitan di dahinya. Sedetik kemudian, ekspresi wajah Karin berubah. Karin menatap sobatnya dengan tatapan iba atau lebih tepatnya lagi seperti tatapan seorang dokter yang dengan berat hati akan mengatakan pada pasiennya kalau sang pasien tidak akan berumur panjang.

 

"Kenapa natapnya begitu, sih?" tanya Ayana risih. 

 

"Yan, jomblo dari lahir itu bukan aib, kok! Ditolak banyak cowok juga bukan berarti kiamat. Kamu harus tabah. Jangan putus asa dulu. Baru juga ditolak berapa puluh kali, masa kamu udah mau nyerah?" ujar Karin berniat untuk menghibur Ayana yang memang punya track record menakjubkan sebagai seorang jomblo, tapi entah kenapa di pendengaran Ayana terasa seperti ledekan.

 

"Ih. Siapa yang putus asa? Aku nanya cuma buat novelku aja, kok!" bantah Ayana.

 

"Masa?" tanya Karin dengan mata menyelidik. 

 

"Udah, jawab aja. Kamu pilih playboy apa cowok gay?" desak Ayana tidak sabar.

 

Karin mengelus dagunya seolah sedang berpikir keras. "Sudah jelas aku lebih milih cowok playboy lah. Walaupun playboy, dia masih bisa suka dan cinta sama cewek. Lagipula aku yakin kalau aku pasti bisa bikin dia setia sama aku," jawab Karin percaya diri sambil mengibaskan rambut panjang hitamnya yang berkilau bak model shampoo ternama.

 

"Iya, ya. Apalagi kamu good looking, ya?" sahut Ayana lemas sambil melirik Karin yang memang cantiknya tidak kalah dengan model-model kelas atas yang berlenggak lenggok di atas catwalk. Bahkan walaupun Karin banyak makan, tubuhnya tetap membahana bak gitar spanyol dan membuat Ayana mendesah iri. Body Ayana mah jangan ditanya. Mau makan sebanyak apa, tetap saja badannya kurus kering kerontang seperti anak yang tidak diberi makan bundanya.

 

Ayana menghela nafas berat. Setelah sekian lama baru kali ini Ayana merasa dirinya seperti Upik Abu saat berdampingan dengan Karin. 

 

"Memang kenapa kalau good looking? Mau good looking kayak gimana juga, yang namanya cowok gay nggak bakal lirik-lirik, kan? Jadi mending aku pilih yang playboy aja sekalian," lanjut Karin bingung sendiri melihat Ayana tiba-tiba memasang wajah galau.

 

"Tuh, kan!" sela Ayana setengah berteriak hingga membuat Karin terlonjak kaget dan hampir menyemburkan bubur ayam yang sedang ia kunyah.

 

"Apa?" tanya Karin sambil mengelus dadanya.

 

"Lebih baik cowok playboy, kan, dibanding gay? Idih. Itu para orangtua mikirnya apaan, sih?" Ayana merutuk kesal. Setelah orangtua Sitti Nurbaya berhasil memporak-porandakan hidup si Sitti, kini orang tua kandungnya akan masuk jajaran para orangtua durjana yang tega menyengsarakan anaknya sendiri. Ayana semakin yakin kalau orang tuanya sudah salah memilih jodoh untuknya.

 

"Fix dah ini. Aku bakalan jadi salah satu istri teraniaya seperti dalam sinetron Ikan Terpanggang," desis Ayana sedih memikirkan nasibnya yang di ujung tanduk.

 

"Emangnya kenapa, sih?" Karin kembali bertanya, penasaran kenapa sedari tadi Ayana terus mengedumel tidak jelas. 

 

"Jangan bilang kalau kamu mendadak dijodohin sama cowok gay? Kalau beneran, hidup kamu udah kayak drama aja," ujar Karin tertawa kecil. Maunya sih ketawa ngakak, tapi bagaimana pun juga image anggun yang melekat di diri Karin melarang keras hal itu terjadi. Menguap lebar saja adalah hal nista yang tidak boleh Karin lakukan, apalagi ketawa ngakak seperti om-om di warung kopi.

 

"Kamu nggak lagi dijodohin, kan?" Karin mengulangi pertanyaannya lagi dan disambut dengan gelengan tidak meyakinkan dari Ayana.

 

"Hm. Aku jadi curiga."

 

"Nggak, kok! Aku cuma mau riset buat novelku aja," kilah Ayana. Mulut sahabat dan mulut temen itu beda jauh, sodara-sodara. Alih-alih ikut sedih dengan nasib sial Ayana, yang ada Karin pasti akan tertawa sampai kiamat kalau tahu sahabat tercintanya dijodohkan dengan laki-laki gay.

 

"Eh, tapi aku agak serem juga, sih, kalau harus milih cowok playboy. Bayangin aja, gimana kalau tiba-tiba ada perempuan bawa anak dan bilang itu anaknya sama paksu setelah 5 tahun pernikahan kami. Astaga!!!" pekik Karin bergidik horor. 

 

"Tuh, kan! Emang paling aman itu jadi jomblo," tandas Ayana sambil menjentikkan jarinya.

 

"Eits, tapi menikah itu menyempurnakan agama, lho!" sela Karin yang tumben berada dalam mode bijak. "Kamu juga, dari sekian banyak jenis laki-laki kenapa yang harus dipilih playboy atau gay, sih? Emang nggak ada yang normalan dikit apa?"

 

"Ada, sih, tapi orangnya menolak buat diajak selingkuh," balas Ayana lesu sambil menggigiti kuku jarinya. 

 

"Ha?"

 

"Sudahlah, mending aku ke atap buat nulis, deh." Ayana segera memanggul tas punggungnya yang berpotensi membuat punggung encok. Tapi, karena Ayana yang banyak pikiran, berat tas di punggungnya masih kalah berat dengan isi kepalanya yang penuh dengan keruwetan.

 

"Kamu itu emang aneh, ya, Yan. Orang normal mah kalau mau ngetik atau ngerjain tugas tuh di perpustakaan. Enak, adem, dingin. Lha, kamu malah berjemur di atap yang panasnya membahana. Katanya pengen putih, tapi hobby berjemur di atap kampus," sindir Karin. 

 

"Di atas atap enak, angin sepoi-sepoi," tukas Ayana santai. "Oya, kok, kamu nggak baca novel online aku yang baru, sih? Mumpung masih gratis, belum dikunci, buruan gih baca. Kamu masih ingat nama pena aku, kan?" todong Ayana yang baru ingat kalau Karin selaku sahabat sampai detik ini belum juga mampir di novel online terbaru yang Ayana tulis.

 

"Ogah," sahut Karin dengan bibir mengerucut maju. "Kamu tiap nulis cerita udah kayak punya dendam pribadi sama tokoh utamanya. Tokoh utamanya nggak pernah punya jodoh. Yang dapat jodoh malah Second Lead Male-nya. Apa-apaan?" protes Karin blak-blakan. 

 

Ayana menyengir lebar menanggapi protes Karin perihal novel yang ia tulis. Memang dari sekian banyak novel yang berhasil Ayana tulis, tokoh utama wanita dan pria hampir tak pernah bersatu. Lha, bagaimana kedua tokoh utamanya bisa bersatu kalau setiap kali menulis Ayana selalu oleng ke tokoh pria kedua. 

 

"Jangankan nonton Drakor, Rin, di cerita yang aku tulis aja aku dukungnya Second Lead Male," aku Ayana sambil tertawa.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Choose Me!!   Memberi Peringatan

    "Canggung banget," ucap Yusa buka suara. Beberapa menit sudah berlalu, tapi baik Aksa ataupun Saga, tidak ada satupun dari kedua orang itu yang membuka mulut. Padahal kedua orang itulah yang mengajak Yusa, lebih tepatnya lagi memaksa untuk bertemu di atas atap. Bukannya berbicara, mereka bertiga malah saling melempar tatapan tidak nyaman satu sama lain. "Kalian berdua masih nggak tahu apa yang mau dibicarakan? Kalau memang nggak ada yang mau dibicarakan, kenapa mengajakku ketemu di sini? Kan, buang-buang waktu. Mana panas lagi. Mending aku menemani Ayana di ruang kesehatan," kata Yusa pelan. Ia yang sudah merasa bosan ingin secepatnya angkat kaki meninggalkan tempat itu."Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Aksa to the point, mencegah Yusa yang tidak sabar ingin menyelonong pergi."Kenapa aku ada di sini?" ulang Yusa dengan ekspresi mencemooh. "Ini kampus, Aksa. Tentu saja aku ada di sini untuk belajar. Memangnya aku mau apa lagi? Nggak mungkin mau jual

  • Choose Me!!   Mahasiswa Baru

    "Kalian itu ngapain, sih?" tanya Aksa bingung melihat kelakuan Ayana dan Karin di depan pintu kelas. Karin dengan gigihnya berusaha menyeret Ayana untuk masuk kelas, begitupun dengan Ayana yang tidak kalah gigih bertahan di daun pintu. Saking gigihnya, Ayana nyaris menggigit pintu. Bosan berlagak seperti kelinci yang suka loncat ke sana ke mari, sepertinya Ayana ingin berubah menjadi tikus yang menggerogoti kayu."Kak Aksa, lihat 'nih kelakuan tunangan Kakak. Dia nggak mau menuntut ilmu dengan baik dan benar," lapor Karin dengan tangan masih menarik tali tas punggung Ayana."Kamu itu kenapa? Masa stress hanya gara-gara aku nggak mau ke kampus bareng?" tanya Aksa pada Ayana."Mas Aksa, Mas Aksa bisa merasakan atau ngelihat hantu nggak?" tanya Ayana tidak nyambung, membuat Aksa semakin yakin kalau Ayana benar-benar mabok akibat kebanyakan makan daging sapi. Sepertinya otak Ayana ketutupan lemak sampai-sampai hari ini Ayana semakin menggila dan bersikap tidak

  • Choose Me!!   Hari Yang Aneh

    "Pagi-pagi anak itu sudah membuatku sakit kepala," sungut Aksa.Ia berjalan dengan tergesa sambil menyugar kasar rambutnya sendiri. Setelah kemaren ia nyaris mati kebosanan menunggu lama bunda Ayana berbelanja daging, pagi-pagi buta Ayana kembali berbuat ulah dengan menelponnya. Sepertinya gadis itu mabok kebanyakan makan daging sapi sampai-sampai tidak ada angin tidak ada hujan merengek minta berangkat ke kampus bareng. Sejak kapan coba mereka punya hubungan semesra itu?"Ayo, kita ke kampus bareng!"Begitu Aksa mengangkat panggilan telpon dari Ayana, suara cempreng itulah yang menerobos gendang telinga Aksa. Tidak ada ucapan salam ataupun basa basi. Bahkan sekedar say halo pun tidak diucapkan Ayana, apalagi ucapan Assalamualaikum yang jauh lebih panjang. Aksa yang masih mengantuk bahkan langsung sadar dari alam bawah sadarnya. Matany

  • Choose Me!!   Menjadi Tamu Di Rumah Ayana

    "Akhirnya aku sehat dan bisa bersih-bersih rumah," ujar Ayana berbicara sendiri.Ia menyapu lantai ruang tamu dengan begitu bersemangat. Setelah mendapat pelatihan memasak dari Tante Anna yang tidak juga membuahkan hasil, Ayana berinisiatif untuk latihan beberes rumah yang baik dan benar. Meskipun kemungkinan untuknya menjadi istri Aksa sangatlah kecil, Ayana tetap bersemangat berlatih menjadi ibu rumah tangga. Karena itu dengan senang hati Ayana mengambil alih pekerjaan asisten rumah tangganya untuk bersih-bersih teras."Tapi, kenapa lantai yang kusapu nggak bersih-bersih juga, ya?" tanya Ayana bingung."Arah sapuanmu salah, Yan!" tegur seseorang.Ayana sontak menoleh ke arah suara yang menegurnya. Kakak sulungnya berdiri sambil menutup hidung dengan sapu tangan, menghindari debu yang beterbangan agar tidak masuk ke dalam hidungnya

  • Choose Me!!   Perasaan Was-was

    Sreeet.Aksa merobek bungkus obat pereda demam yang baru saja ia beli di apotek sambil menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. Begitu bangun dari pingsannya, Ayana tiba-tiba terserang demam sehingga membuat Aksa terpaksa singgah ke apotek dalam perjalanan pulang.Apa di tubuh Yusa tertempel jin sehingga bisa membuat seseorang yang dipeluknya terserang demam tinggi? Aksa bertanya-tanya dalam hati.“Kenapa kamu malah terkena demam begini? Segitu senangnya, ya, dapat pernyataan cinta dari cowok tadi?” tanya Aksa, tentu saja dengan maksud untuk menyindir Ayana yang duduk di sampingnya. Ayana yang masih menggigil mengabaikan Aksa dan sibuk menenggak air untuk mengenyahkan rasa pahit yang tertinggal di lidahnya.Aksa ingin fokus dengan setir kemudi di depannya, tapi suara gigi Ayana yang bergemeletukan membuat Aksa terpaksa menolehkan kepalanya k

  • Choose Me!!   Pernyataan Cinta Yusa

    "Lebih baik kita pulang sekarang," ajak Aksa."Lho, kenapa? Mas Aksa bahkan belum berbincang-bincang dengan Saga," tanya Ayana bingung. Disuguhkan minum pun belum, tapi Aksa sudah mengajak untuk pulang. Padahal tadi butuh waktu hampir dua jam mereka berdua berdebat karena Ayana yang ngotot ingin ikut dan Aksa yang juga bersikeras menolak membawa Ayana berkunjung ke rumah Saga. Masa belum apa-apa mereka sudah mau pulang? Kepala Ayana saja masih pusing karena pingsan tadi."Nggak ada gunanya juga aku bertemu Saga kalau ada kamu dan orang menyebalkan itu di sini," ujar Aksa dongkol.Ayana menggelengkan kepalanya. "Kenapa Mas Aksa selalu menganggap semua orang menyebalkan? Nggak boleh, lho, berburuk sangka kayak gitu mulu" tukas Ayana menasehati Aksa.Aksa mendengus. Ingin balas melemparkan nasehat pada Ayana yang dinilainya selalu berpikir kelewat positif terhadap orang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status