Beranda / Romansa / Choose Me!! / Penolakan Ayana

Share

Penolakan Ayana

Penulis: Cherry Sakura
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-13 09:46:12

"Ehem." 

 

Kala berdehem setelah berhasil menelan potongan daging yang entah kenapa mendadak terasa alot di dalam mulutnya. Ucapkan terima kasih pada dua anak manusia di depan dan di sampingnya yang saling menatap dengan tatapan membunuh hingga membuat Kala tidak bisa menikmati steak daging sapi kesukaannya. Kalau kedua orang itu didiamkan lebih lama lagi, Kala khawatir baik Aksa maupun Ayana akan saling melemparkan garpu ke wajah mereka masing-masing.

 

"Kenapa kalian saling menatap dengan tatapan membunuh begitu?" tanya Kala was-was. Sepertinya yang menyadari tatapan sengit itu hanya dirinya saja. Para orang tua yang ada di ruang makan itu masih tampak asyik dengan obrolan tentang pertunangan anak mereka tanpa mempedulikan wajah kusut sang calon mempelai.

 

"Jadi kapan kita bisa meresmikan pertunangan Aksa dan Ayana? Mama sudah nggak sabar, lho, mau pamer ke teman-teman arisan mama," ujar mama Aksa dengan wajah sumringah. 

 

Aksa nyaris tersedak mendengar celotehan mamanya. Selama ini mamanya memang terkenal suka pamer dengan apapun yang menjadi miliknya bahkan bisa dibilang hobby pamer mama Aksa mendekati riya', tapi Aksa sama sekali tidak menyangka kalau mamanya sampai berniat untuk pamer calon mantu pada teman-teman arisannya. Sepertinya mamanya terobsesi ingin jadi orang pertama yang berhasil menikahkan anaknya sebelum didahului teman satu gengnya.

 

"Lebih cepat lebih baik."

 

Kali ini ucapan bundanya yang membuat Ayana terbatuk karena terkejut. Dirinya memang menyukai pria tampan seperti Aksa, tapi kalau pria itu ternyata belok, oh no! Dengan senang hati, Ayana akan memilih untuk mundur. Ayolah, menyadarkan kaum yang belok itu lebih susah daripada sekedar menginsyafkan laki-laki playboy. Ayana tidak punya kesabaran bak gunung Himalaya dan keikhlasan hati seluas samudera. Bersaing dengan sesama perempuan saja Ayana tidak berminat, apalagi kalau harus bersaing dengan lelaki.

 

"Hieeee." Ayana spontan menggelengkan kepalanya dengan tubuh yang merinding. Pikirannya mulai ke mana-mana memikirkan sudah sejauh mana hubungan Aksa dan Saga berjalan.

 

"Nggak bisa, Bun!" tolak Ayana tegas. 

 

"Lho? Ayana nggak suka Aksa, ya? Aksa, kan, ganteng. Pasti nggak malu-maluin kalau diajak kondangan." Mama Aksa berkata lirih dengan wajah sendu. Sedangkan Aksa hanya bisa melotot ke arah mamanya. Tadi emaknya itu dengan jelas memproklamirkan keinginan untuk pamer mantu, sekarang dengan tanpa dosa malah menyuruh si calon mantu untuk ikut pamer pasangan di kondangan. 

 

Sabar, Sa. Sabar. Batin Aksa. 

 

Aksa mengatupkan mulutnya rapat-rapat, menahan diri untuk tidak mempedulikan celotehan mamanya yang keluar tanpa filter.

 

Tampansih, tampan. Tapi, masalahnya anak Tante nggak normal. Yang ada aku bisa makin malu kalau bawa dia kondangan. Batin Ayana menjerit.

 

Ingin rasanya ia berteriak dan mengatakan yang sebenarnya. Tapi, mana tega Ayana mengatakan kabar buruk pada para orang tua yang sudah mulai memasuki usia sepuh. 

 

"Ta... tapi, Ayana sudah punya orang yang Ayana suka," cicit Ayana terbata-bata.

 

Lidahnya mendadak kelu begitu semua mata tertuju padanya. Wajah kecewa dan juga penuh harap membuat Ayana merasa serba salah. Ingin menolak, tapi tidak tega. Menerima, itu sama saja dengan bunuh diri. Bagaimana caranya coba dirinya menyadarkan laki-laki yang pada dasarnya tidak menyukai wanita?

 

Ayana menghela nafas panjang. Rasanya ia ingin menangis saat itu juga. Seandainya saja dia sudah memiliki kekasih, niscaya Ayana akan meminta kekasihnya untuk membawa lari dirinya detik itu juga. Tapi, masalahnya Ayana termasuk golongan jomblo dari lahir. Mau minta dibawa lari siapa kalau dirinya saja sampai sekarang masih belum bisa lepas dari title jomblo ngenes?

 

"A... Ayana suka Saga," ujar Ayana tidak yakin. Hanya nama Saga yang melintas di otaknya. Perkara Aksa cemburu karena nama kekasihnya dipinjam nanti saja ia pikirkan. Yang ada di benak Ayana hanyalah cara untuk meyakinkan para orang tua kalau dirinya sudah punya kekasih dan bukannya jomblo ngenes yang harus dibantu mencari jodoh.

 

"Saga?" gumam papa Aksa pelan, tapi entah kenapa membuat Ayana merasakan firasat buruk. 

 

"Dia, kan, gay. Mana mungkin dia menerima kamu. Lebih baik kamu lupakan dia!" sambar bundanya tanpa tedeng aling-aling.

 

"Ta... tapi... dia juga." Dengan bersemangat, Ayana menunjuk Aksa dengan sendok yang ada di tangannya. "Dia juga... gay?" bisik Ayana lirih. Lagi-lagi ia tidak tega untuk mengucapkan kata-kata itu dengan lantang. 

 

"Sekarang Aksa memang belum bisa suka perempuan, tapi mama yakin, kok, kalau Ayana pasti bisa membuat Aksa cinta sama Ayana. Mama yakin!" tandas mama Aksa dengan tangan terkepal.

 

"Aku nggak akan pernah suka apalagi cinta sama dia," pungkas Aksa sinis sembari mendecih.

 

"Idih. Aku juga nggak minta dicintai sama kamu," sahut Ayana dengan bibir mengerucut sebal.

 

"Mama yakin, kalian berdua pasti bisa saling cinta. Pasti bakal punya anak banyak," cetus mama Aksa girang membayangkan calon cucu yang bahkan belum berada dalam tahap produksi.

 

"Ta... tapi, Ayana nggak bisa masak, lho, Tante. Tante nggak apa-apa anaknya nggak dikasih makan? Nanti anak Tante kurang gizi, lho!" cicit Ayana. Seumur-umur baru kali ini Ayana bangga dengan kemampuan memasaknya yang nol besar. Sebagai calon mantu, ada kemungkinan dirinya langsung dicoret dari list karena tidak bisa memasak. Memangnya ibu mana yang tega anak laki-lakinya kurang gizi karena diurus oleh istri yang tidak berkompeten?

 

"Tenang, Yan. Order gopud bisa. Warung makan juga banyak. Ah, Aksa juga jago masak, lho! Ntar belajar sama Mas Aksa aja," balas mama Aksa enteng sembari mengedipkan sebelah matanya.

 

"Ya... Yana juga suka bangun siang, lho, Tante," ujar Ayana mulai mengumbar aib dirinya sendiri. Rasa malunya terpaksa dibuang jauh-jauh. 

 

"Kalau ada Mas Aksa, kan, nanti ada yang bangunin, Yan. Bisa shalat subuh bareng." Kali ini papa Aksa yang angkat bicara. 

 

"Ta... tapi, Yana masih kuliah. Takut nggak bisa bagi waktu. Ka... kalau nunggu Ayana lulus kuliah dulu gimana?" 

 

"Justru bagus kalau nikahnya pas masih kuliah. Nanti begitu wisuda, sudah ada pasangan. Kamu, kan, maunya waktu wisuda nanti udah ada yang gandeng?" 

 

Ayana menarik nafas pasrah, kehabisan kata-kata untuk membalas perkataan terakhir yang diucapkan bundanya. Semua yang diucapkan Ayana agar menjadi calon menantu yang tidak diinginkan seolah dimentalkan. Satu-satunya harapan Ayana sekarang hanya tinggal Aksa yang masih menyantap makanannya dengan wajah datar.

 

"Kamu nggak ada kata-kata yang mau disampaikan? Kamu juga nggak suka aku, kan?" tuntut Ayana kesal sambil menatap tajam Aksa yang tampak masa bodo. 

 

Seharusnya mereka berdua berjuang bersama guna menggagalkan pertunangan sepihak rancangan kedua orangtua mereka, tapi bukannya membantu Ayana, Aksa malah lebih sibuk berkutat dengan daging steaknya.

 

"Hanya keajaiban yang bisa mengubah keputusan orangtuaku yang keras kepala ini," sindir Aksa pedas. Ia kembali mengunyah makanannya tanpa minat.

 

Ayana kembali menarik nafas guna melegakan rongga dadanya yang terasa sesak. Tidak. Tidak. Ia masih belum mau menyerah dan menghabiskan sisa umurnya untuk hidup bersama orang yang tidak mungkin mencintainya. 

 

"Maaf, Bunda. Tapi, Ayana sudah punya pacar. Dia orangnya!" tandas Ayana dengan jari telunjuk teracung ke arah Kala yang sedari tadi makan dengan tenang.

 

"Uhuk."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Choose Me!!   Memberi Peringatan

    "Canggung banget," ucap Yusa buka suara. Beberapa menit sudah berlalu, tapi baik Aksa ataupun Saga, tidak ada satupun dari kedua orang itu yang membuka mulut. Padahal kedua orang itulah yang mengajak Yusa, lebih tepatnya lagi memaksa untuk bertemu di atas atap. Bukannya berbicara, mereka bertiga malah saling melempar tatapan tidak nyaman satu sama lain. "Kalian berdua masih nggak tahu apa yang mau dibicarakan? Kalau memang nggak ada yang mau dibicarakan, kenapa mengajakku ketemu di sini? Kan, buang-buang waktu. Mana panas lagi. Mending aku menemani Ayana di ruang kesehatan," kata Yusa pelan. Ia yang sudah merasa bosan ingin secepatnya angkat kaki meninggalkan tempat itu."Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Aksa to the point, mencegah Yusa yang tidak sabar ingin menyelonong pergi."Kenapa aku ada di sini?" ulang Yusa dengan ekspresi mencemooh. "Ini kampus, Aksa. Tentu saja aku ada di sini untuk belajar. Memangnya aku mau apa lagi? Nggak mungkin mau jual

  • Choose Me!!   Mahasiswa Baru

    "Kalian itu ngapain, sih?" tanya Aksa bingung melihat kelakuan Ayana dan Karin di depan pintu kelas. Karin dengan gigihnya berusaha menyeret Ayana untuk masuk kelas, begitupun dengan Ayana yang tidak kalah gigih bertahan di daun pintu. Saking gigihnya, Ayana nyaris menggigit pintu. Bosan berlagak seperti kelinci yang suka loncat ke sana ke mari, sepertinya Ayana ingin berubah menjadi tikus yang menggerogoti kayu."Kak Aksa, lihat 'nih kelakuan tunangan Kakak. Dia nggak mau menuntut ilmu dengan baik dan benar," lapor Karin dengan tangan masih menarik tali tas punggung Ayana."Kamu itu kenapa? Masa stress hanya gara-gara aku nggak mau ke kampus bareng?" tanya Aksa pada Ayana."Mas Aksa, Mas Aksa bisa merasakan atau ngelihat hantu nggak?" tanya Ayana tidak nyambung, membuat Aksa semakin yakin kalau Ayana benar-benar mabok akibat kebanyakan makan daging sapi. Sepertinya otak Ayana ketutupan lemak sampai-sampai hari ini Ayana semakin menggila dan bersikap tidak

  • Choose Me!!   Hari Yang Aneh

    "Pagi-pagi anak itu sudah membuatku sakit kepala," sungut Aksa.Ia berjalan dengan tergesa sambil menyugar kasar rambutnya sendiri. Setelah kemaren ia nyaris mati kebosanan menunggu lama bunda Ayana berbelanja daging, pagi-pagi buta Ayana kembali berbuat ulah dengan menelponnya. Sepertinya gadis itu mabok kebanyakan makan daging sapi sampai-sampai tidak ada angin tidak ada hujan merengek minta berangkat ke kampus bareng. Sejak kapan coba mereka punya hubungan semesra itu?"Ayo, kita ke kampus bareng!"Begitu Aksa mengangkat panggilan telpon dari Ayana, suara cempreng itulah yang menerobos gendang telinga Aksa. Tidak ada ucapan salam ataupun basa basi. Bahkan sekedar say halo pun tidak diucapkan Ayana, apalagi ucapan Assalamualaikum yang jauh lebih panjang. Aksa yang masih mengantuk bahkan langsung sadar dari alam bawah sadarnya. Matany

  • Choose Me!!   Menjadi Tamu Di Rumah Ayana

    "Akhirnya aku sehat dan bisa bersih-bersih rumah," ujar Ayana berbicara sendiri.Ia menyapu lantai ruang tamu dengan begitu bersemangat. Setelah mendapat pelatihan memasak dari Tante Anna yang tidak juga membuahkan hasil, Ayana berinisiatif untuk latihan beberes rumah yang baik dan benar. Meskipun kemungkinan untuknya menjadi istri Aksa sangatlah kecil, Ayana tetap bersemangat berlatih menjadi ibu rumah tangga. Karena itu dengan senang hati Ayana mengambil alih pekerjaan asisten rumah tangganya untuk bersih-bersih teras."Tapi, kenapa lantai yang kusapu nggak bersih-bersih juga, ya?" tanya Ayana bingung."Arah sapuanmu salah, Yan!" tegur seseorang.Ayana sontak menoleh ke arah suara yang menegurnya. Kakak sulungnya berdiri sambil menutup hidung dengan sapu tangan, menghindari debu yang beterbangan agar tidak masuk ke dalam hidungnya

  • Choose Me!!   Perasaan Was-was

    Sreeet.Aksa merobek bungkus obat pereda demam yang baru saja ia beli di apotek sambil menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. Begitu bangun dari pingsannya, Ayana tiba-tiba terserang demam sehingga membuat Aksa terpaksa singgah ke apotek dalam perjalanan pulang.Apa di tubuh Yusa tertempel jin sehingga bisa membuat seseorang yang dipeluknya terserang demam tinggi? Aksa bertanya-tanya dalam hati.“Kenapa kamu malah terkena demam begini? Segitu senangnya, ya, dapat pernyataan cinta dari cowok tadi?” tanya Aksa, tentu saja dengan maksud untuk menyindir Ayana yang duduk di sampingnya. Ayana yang masih menggigil mengabaikan Aksa dan sibuk menenggak air untuk mengenyahkan rasa pahit yang tertinggal di lidahnya.Aksa ingin fokus dengan setir kemudi di depannya, tapi suara gigi Ayana yang bergemeletukan membuat Aksa terpaksa menolehkan kepalanya k

  • Choose Me!!   Pernyataan Cinta Yusa

    "Lebih baik kita pulang sekarang," ajak Aksa."Lho, kenapa? Mas Aksa bahkan belum berbincang-bincang dengan Saga," tanya Ayana bingung. Disuguhkan minum pun belum, tapi Aksa sudah mengajak untuk pulang. Padahal tadi butuh waktu hampir dua jam mereka berdua berdebat karena Ayana yang ngotot ingin ikut dan Aksa yang juga bersikeras menolak membawa Ayana berkunjung ke rumah Saga. Masa belum apa-apa mereka sudah mau pulang? Kepala Ayana saja masih pusing karena pingsan tadi."Nggak ada gunanya juga aku bertemu Saga kalau ada kamu dan orang menyebalkan itu di sini," ujar Aksa dongkol.Ayana menggelengkan kepalanya. "Kenapa Mas Aksa selalu menganggap semua orang menyebalkan? Nggak boleh, lho, berburuk sangka kayak gitu mulu" tukas Ayana menasehati Aksa.Aksa mendengus. Ingin balas melemparkan nasehat pada Ayana yang dinilainya selalu berpikir kelewat positif terhadap orang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status